Agus Supriyo, Alumnus Kehutanan yang Cerdas Melihat Peluang Bisnis di Masa Pandemi

Efek dari pandemi Covid-19 sungguh demikian dahsyat di segala sektor kehidupan. Bahkan sanggup mengubah perilaku secara masal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Ketika jumpa fisik dibatasi, maka solusinya adalah mengadakan tatap muka secara daring. Tiba-tiba kita semua menjadi familiar dengan istilah webinar, yaitu kegiatan seminar yang dilakukan secara daring, menggunakan aplikasi tertentu berbasis internet. Semua mendadak jadi terbiasa dengan webinar, termasuk UGM dan KAGAMA yang sangat sering menggelar webinar untuk segala keperluan dan membahas hal apa saja.

Bagi para peserta, mengikuti webinar sangat mudah. Tinggal klik link menuju room aplikasinya sudah bisa menyimak. Namun tidak banyak yang tahu bahwa di balik sebuah webinar ada sebuah proses teknis yang lumayan ribet, serta ada tokoh-tokoh di belakang layar yang perannya sangat penting namun tidak muncul ke permukaan.

Salah satu tokoh kunci di belakang banyaknya dan bervariasinya webinar yang diselenggarakan oleh Kagama adalah seorang pria bernama Agus Supriyo, alumnus Fakultas Kehutanan Angkatan 1994. Bapak dari dua anak tersebut, termasuk salah satu orang yang sangat jeli melihat peluang  bisnis di tengah-tengah pandemi melanda. Hal itu tidak mengherankan karena sejak masa kuliah sampai saat ini, saking kreatifnya Agus telah melakoni bermacam-macam pekerjaan.

Begitu diwisuda tahun 2000, Agus langsung terjun menjadi instruktur freelance outbond di Yogyakarta, sebuah dunia yang sudah diakrabinya sejak masa kuliah. Berikutnya pada tahun 2004 ia bergabung dengan penyedia jasa outbond Team Master Indonesia di Jakarta selama 3 tahun. Tahun 2007 Agus sempat mencoba berwira usaha penyulingan minyak atsiri di Tegalrejo, Magelang, namun cuma mampu bertahan selama setahun. Tahun 2008 ia kemudian bergabung dengan Cartenz Solo sebagai manajer jasa  pelatihan. Tapi karena capai harus bolak-balik menempuh perjalanan Yogyakarta-Solo dan faktor keluarga, 2 tahun kemudian ia akhirnya mengundurkan diri. 

Tahun 2010 Agus berpikir membuat perusahaan sendiri akan jauh lebih baik daripada bekerja pada perusahaan orang lain. Maka berdirilah perusahaan rintisannya bernama Menoreh Adventure Service, yang merupakan lembaga pengembangan SDM berbasis alam terbuka. Tentang usahanya yang satu ini bisa dilihat di laman www.menorehadventure.com.

Pada tahun 2014 Agus bergabung dengan sebuah lembaga bernama AELI (Asosiasi Experiental Learning Indonesia). AELI merupakan asosiasi para pelaku bisnis yang menggunakan experiental learning atau pembelajaran berdasarkan pengalaman sebagai metode dalam pekerjannya. Tahun 2017 Agus ditunjuk menjadi Sekretaris AELI DPD Yogyakarta dan pada 31 Juli 2020 karena reputasinya ia terpilih sebagai ketua.

Ketika pandemi melanda, otomatis kegiatan dan pekerjaan fisik atau offline Agus berkurang banyak dan lebih sering  melakukan pekerjaannya di rumah secara online. Hampir semua pekerjaan fisiknya terganggu, termasuk usahanya Menoreh Adventure terkena imbasnya. Namun Agus tidak kehilangan akal. Dengan cerdas ia mampu menyiasatinya, yaitu menciptakan produk  inovasi dari Menoreh Adventure, berupa “outbond virtual” atau Virtual Team Building yang diberi nama Virtual Journey. Idenya tersebut rupanya mendapat sambutan hangat di pasar, terbukti sampai saat ini sudah ada 10 perusahaan yang memakai jasanya, termasuk Prodi Magister dan Doktor Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan yang baru-baru ini mengirimkan 120 peserta untuk mengikuti Virtual Leadership Journey.

Mengubah habit baru tentu saja tak semudah membalik telapak tangan, demikian pula dengan menambah skill baru yang terkait kehidupan daring. Februari 2020 saat awal-awal corona mengguncang dunia Agus memutuskan membeli akun Zoom berbayar yang ia gunakan untuk membuat kelas gratis sekaligus sarana mempelajari seluk-beluk penyelenggaraan meeting dan webinar online. Lalu pada bulan Mei 2020 ia mendirikan jasa webinar online, yang dikemas promosinya lewat website www.jasawebinar.online.

Ada tiga layanan utama yang ditawarkan Agus kepada klien, yaitu sewa ruang conference meeting, operator support, dan organizing webinar yaitu melayani mulai dari registrasi sampai dengan mendistribusikan sertifikat. Produk turunannya adalah menyediakan jasa live event, bisa online, offline, atau hybrid online-offline. Lalu melayani pula live streaming, blasting WA, pengadaan sertifikat,desain grafis, dan language interpreter.

Kepada pihak luar, Agus menarik sejumlah bayaran tertentu sesuai pelayanan yang diminta. Namun untuk webinar Kagama, Agus menggratiskan hampir semua bantuan yang ia diberikan. Bahkan saat diangkat sebagai Direktur Marketing Bernas.id, Agus menjadikan Bernas media partnershipnya webinar Kagama. Jadi ada beberapa webinar yang dipublikasikan di Bernas tanpa dipungut biaya sama sekali.

Rupanya, Agus memang sangat jeli melihat peluang bisnis. Setelah terhitung sukses merambah jasa webinar berikut bisnis turunannya, ia bersama beberapa teman-teman yang sevisi dan dari berbagai latar belakang pekerjaan membangun sebuah perusahaan yang diberi nama Jelajah, yaitu platform wisata yang mempertemukan wisatawan dengan para penjual paket wisata. Info tentang Jelajah  bisa diakses di laman www.jelajah.live.

Dilatarbelakangi keprihatinannya melihat sektor pariwisata yang sangat terdampak pandemi Covid-19, Agus punya ide ingin kembali membangkitkan pariwisata nusantara. Bermodal pengalaman puluhan tahun di dunia wisata dan network yang sudah lama dibangunnya, Agus ingin menjadikan Jelajah sebagai rintisan wisata pertama yang mengedepankan kearifan lokal (localize), wisata personal (personalize) dan wisata yang sesuai kebutuhan (cuszomize). Sebagai bussiness development chief di Jelajah, tantangan terbesarnya adalah memastikan seluruh produk yang terjual di platform ini benar-benar ditangani oleh host (penjual paket) yang terpercaya dan kompeten.

“Sebagai fasilitator, kami menjadi role model saat memandu peserta di lapangan. Materi materi leadership, inisiatif problem solving adalah materi dasar yang kami sampaikan pada peserta pelatihan. Nah pandemi ini adalah waktu dimana kami harus membuktikan bahwa yang kerap kami lakukan di depan peserta bukanlah omong kosong belaka yakni  berani memasuki dunia yang belum pernah kita kenal sebelumnya.” demikian pungkas Agus mengakhiri wawancaranya dengan Kagama.id.

7 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*