Oleh: Dian Kurniawati
Dalam rangka memperingati har jadi Kota Surakarta ke-278, komunitas Kagama Beksan (Kabek) Solo Raya bersama komunitas Gema STOVIA Nusantara (GESTORA) wilayah Joglosemar dan Institut Arsitektur dan Rancang Kota (IARKO) “Nicholish” menggelar Forum Discusion Group (FGD) dalam platform hybrid dengan tema “Menelisik Potensi Pariwisata Kesehatan (Health Tourism) dan Pelestarian Cagar Budaya Pasca Pandemi”, di Hotel Harris Surakarta, Minggu (5/2/2023). Rangkaian acara FGD dipandu oleh 2 moderator yaitu oleh ketua panitia yang juga merupakan ketua komunitas GESTORA, dr. Puspita Laksmintari, Sp.KK., dan Direktur IARKO, Ir. Muhammad Nur Kholis, ST., MT,
Acara FGD dihadiri oleh perwakilan dari kantor Dinas Kesehatan serta Dinas Perdagangan & Perindustrian Propinsi Jawa Tengah, perwakilan beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Surakarta, Karaton Kasunanan Surakarta, dan Praja Mangkunegaran. Lalu turut hadir pula perwakilan beberapa unsur masyarakat seperti Pokdarwis, Pusat Studi Pariwisata beberapa perguruan tinggi, komunitas pecinta sejarah dan budaya, pelaku industri pariwisata, pelaku ekonomi kawasan, perwakilan warga Kalurahan Setabelan (Villa Park), dan awak media.
Sebelum cara dimulai, peserta diajak melakukan “kunjungan lapangan” di Rumah Kriya Banjarsari (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Tengah) yang juga berada di area Villa Park Banjarsari. Di tempat itu peserta beramah tamah menikmati hidangan karya UMKM setempat, serta mengunjungi beberapa bangunan cagar budaya di kawasan Vila Park Banjarsari sembari menikmati penampilan tari dari Kagama Beksan Solo Raya, dan lagu-lagu dari Doctors Band RSUD Karanganyar dengan vokalisnya para dokter anggota GESTORA.
Di awal acara, dr. Puspita mengatakan tujuan diadakannya FGD adalah untuk menggali aspek dan potensi pengembangan pariwisata kesehatan (health tourism) dan pelestarian cagar budaya di kawasan Villa Park Banjarsari untuk menghasilkan sebuah sumbangan pemikiran bagi pemerintah.
Ketua Umum PP Kagama yang juga merupakan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang memberikan kata sambutan secara daring menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya FGD. Ia mengharapkan agar FGD menghasilkan pemikiran yang bermanfaat sebagai acuan pemerintah daerah mengembangkan dan mengelola kawasan Banjarsari, dalam konsep health tourism dan pelestarian serta pengelolaan kawasan cagar budaya.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, yang bertindak sebagai keynote speaker menyampaikan materinya secara online melalui tapping video. Sandiaga mengatakan pengembangan wisata kesehatan menjadi prioritas strategi nasional karena menjawab tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia yaitu pemulihan ekonomi dan kesehatan pasca pandemi.
Sandiaga menambahkian, pembangunan wisata kesehatan ini bentuk dukungan pada program pemerintah khususnya PERMENKES no 76 tahun 2015 tentang pelayanan wisata medis untuk meningkatkan pemasukan dan mencegah keluarnya devisa sektor pariwisata kesehatan. Kedudukan kawasan Villa Park Banjarsari sebagai ruang terbuka hijau memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi kawasan pariwisata dengan pendekatan health tourism disertai dukungan berbagai aspek pariwisata di Kecamatan Banjarsari dan Kota Surakarta pada umumnya.
Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan RI, drg. Yuli Astuti Saripawan, M. Kes., yang juga hadir sebagai keynote speaker menyampaikan materinya berjudul “Babak Baru Pengembangan Health Tourism Pasca pandemi Covid-19“. Ia membahas transformasi sistem kesehatan 2021-2024, konsep wisata medis, kebijakan terkait wisata medis, dan berbagai upaya meningkatkan potensi RS dalam wisata medis.
FGD menghadirkan tiga narasumber. Narasumber pertama yaitu Pengageng Parentah Karaton Kasunanan Surakarta yang juga Ketua Umum KAGAMA Surakarta, Drs. KGPHA Dipokusumo, M.Si., menyampaikan materinya berjudul “Refleksi Khazanah dan Budaya Keraton Surakarta Mendukung Health Tourism“.
Narasumber kedua adalah Asmara Dewi, S.S., M.A. dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah, yang membawakan materi berjudul “Potensi Pelestarian dan Pengelolaan Villa Park Banjarsari Menjadi Kawasan Cagar Budaya”.
Paparan terakhir diberikan oleh Guru Besar Arsitektur / Tenaga Ahli Pusat Studi Pariwisata UGM, Prof. Ir. Yoyok Wahyu Subroto, M Eng, Ph.D., IPU, yang menyampaikan materi bertajuk “Konsep Pariwisata Inklusif dan Pelestarian Cagar Budaya di Kawasan Banjarsari Surakarta dalam Konteks Wellness Tourism”.
Ketiga paparan sangat menarik buat peserta, terbukti kemudian banyak yang menanggapinya. Peserta yang terlibat sesi tanya jawab di antaranya dr. Siti Wahyuningsih, MKes., MH. (Kepala Dinas Kota Surakarta), dr. Yulianto Prabowo, M.Kes. (mantan Ka Dinkes Prov Jawa Tengah), dan drg. Dian Nirmalasari (Ketua Kagama Beksan). Lalu ada juga pertanyaan dari perwakilan beberapa lembaga, seperti RS PKU Muhamadiyah dan RS Triharsi, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta, Dinas Lingkungan Hidup Surakarta, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Surakarta, Komunitas Pelestari Cagar Budaya Surakarta, dan warga Setabelan.
Menjelang maghrib diskusi ditutup dengan pembacaan kesimpulan sementara FGD oleh dr. Mukhlis Ahsan Udji Sofro, Sp.PD., KPTI, FINASIM. Selanjutnya dokumen diserahkan kepada perwakilan pimpinan Organisasi Perangkat Daerah Kota Surakarta yang hadir.