Desa Jatimulyo adalah wilayah seluas sekitar 1.629 hektar yang berada di kawasan pegunungan Menoreh, Kec. Girimulyo, Kulonprogo. Keistimewaannya adalah banyaknya spesies satwa endemik di sana, khususnya burung. Mengingat pentingnya keberadaan dan pelestariannya, sejak tahun 2014 Jatimulyo ditetapkan secara resmi sebagai wilayah konservasi burung dan kemudian mendapatkan julukan sebagai Desa Ramah Burung.
Menurut koordinator konservasi, Kelik Suparno, saat ini tercatat ada 110 jenis burung di Jatimulyo. Sebuah kekayaan satwa yang luar biasa menarik sebagai obyek wisata dan pusat penelitian. Kelik menambahkan, selain burung ada beberapa satwa endemik lainnya di Jatimulyo yang juga dijaga kelestariannya.
“Sekarang ini menurut data ada 97 jenis kupu-kupu, 30 jenis capung, dan 34 jenis ular di Jatimulyo. Namun kami hanya melakukan konservasi untuk burung saja lewat komunitas kami Kelompok Tani Hutan Wanapaksi yang berdiri sejak tahun 2018. Selain burung, komunitas lain yang bertanggung jawab akan kelestariannya,” ujar Kelik.
Sebagai desa wisata yang terus berkembang, Jatimulyo butuh ide-ide segar untuk semakin lebih menarik wisatawan berkunjung. Kelik dkk kemudian mempunyai ide untuk menanam anggrek di wilayahnya agar terlihat semakin cantik pemandangannya. Karena belum berpengalaman sama sekali dalam mengurusi tanaman anggrek, maka pihak KTH Wanapaksi kemudian meminta kepada Kagama Orchids (KO) untuk melakukan pendampingan dan pengarahan dalam pelaksanaannya.
Gayung bersambut, KO menerima permintaan kerja sama tersebut dengan tangan terbuka, karena salah satu misi KO adalah menanamkan kecintaan anggrek kepada masyarakat. Setelah melalui proses persiapan yang cukup lama, akhirnya terwujud juga rombongan Bidang Pengabdian Masyarakat KO, di bawah pimpinan ketuanya, Yoppie Khan berangkat ke Jatimulyo membawa 50 lebih tanaman anggrek, Minggu (4/12/2022). Mereka langsung menuju “Warung Kopi Sulingan” di Dukuh Gunungkelir, tempat di mana biasanya pengunjung berkumpul sebelum melakukan aktivitasnya mengamati atau mendokumentasikan burung.
Di situ penandantanganan MoU dilakukan, antara Yoppie Khan mewakili KO dengan Kelik Suparno mewakili KTH Wanapaksi. Setelah itu dilakukan penyerahan anggrek secara simbolis kepada pihak KTH Wanapaksi berupa serumpun besar Cymbidium Bicolor yang diterima oleh ketuanya, Sujarwo.
Kemudian acara dilanjutkan dengan penanaman anggrek di sekitar “Warung Kopi Suling” dengan melibatkan beberapa aktivis KTH Wanapaksi, sekalian mengajari mereka cara menanam anggrek yang benar serta perawatannya setelah ditanam.
Karena salah satu tujuannya memang ingin memperkenalkan anggrek di Jatimulyo, anggrek yang ditanam sangat beragam jenisnya. Di antaranya rumpun Dendrodium (Apilum, Anosmum, Crumenatum, Moschatum), rumpun Vanda (Limbata, Tricolor), Rhyncostylis Retusa, Cymbidium Finlaysianum, Phalaenopsis Sogo Yukidian, Coelogyne Asperata, dsb.
Sujarwo mengucapkan terima kasih tak terhingga atas kesediaan KO melakukan kerja sama dengan KTH Wanapaksi. Ia berharap anggrek yang ditanam akan semakin mempercantik wajah desanya, sehingga pengunjung selain menikmati keberagaman satwa burung juga bisa menikmati keindahan bunga anggrek. Dengan anggrek sebagai daya tarik baru, tentu saja harapan ke depannya adalah akan semakin banyak wisatawan berdatangan.
“Harapan saya, kerja sama awal yang sudah terjalin baik ini di kemudian hari akan tetap terus berlanjut dengan kerja sama lainnya yang bermanfaat,” ujar Sujarwo.
Sementara itu Yoppie Khan menyatakan harapannya kerja sama ini akan membuat masyarakat Jatimulyo mengenal anggrek, dan memacu mereka untuk ikut bersama KO dalam usaha pelestarian amggrek. Senada dengan Sujarwo, harapannya nanti semakin banyak wisatawan berkunjung ke Jatimulyo karena daya tarik anggreknya, selain burung sebagai faktor utamanya.
“Apabila budi daya bisa berlangsung dengan baik, tak mustahil kelak Jatimulyo akan menjadi sentra anggrek. Sehingga anggrek akan bisa menjadi sumber mata pencaharian baru dan selanjutnya akan meningkatkan perekonomian serta taraf hidup masyarakat,” pungkas Yoppie.