Saat ini aktivitas politik luar negeri Indonesia sangat padat. Karena kita ingin selalu menjadi bagian solusi dari tantangan yang sedang dihadapi dunia, termasuk adanya pandemi Covid-19 yang belum berakhir, bahkan bermunculan varian baru. Hal itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, saat memberikan pidato pembukaan pada webinar berjudul “Presidensi G20 Indonesia: Tantangan, Kesempatan dan Peran Masyarakat Indonesia″, yang diselenggarakan PP Kagama bersama Kafispolgama, Jumat (17/12/2021).
Menlu mengatakan, akses terhadap vaksin dan dapat menjalankan vaksinasi menjadi problematika banyak negara di dunia. Di sinilah mesin politik dan diplomasi kita pergunakan secara full speed untuk mendapatkan akses vaksin bagi kepentingan Indonesia sendiri, dan memperjuangkan kesetaraan akses vaksin bagi semua negara.
Kesenjangan vaksin sangat terasa antar negara. WHO menyatakan terdapat 41 negara yang belum melaksanakan vaksinasi 10% dari jumlah penduduknya akibat keterbatasan akses dan kepemilikan vaksin, serta 98 negara belum mencapai 40% sesuai target WHO pada akhir tahun 2021. Menlu menekankan masalah kesehatan akan menjadi isu utama yang menjadi fokus perhatian dalam kepemimpinan Indonesia di G20.
G20 lahir saat krisis global terjadi tahun 1999. Lalu dunia mengalami krisis lagi pada tahun 2008, dan sekarang kembali terjadi krisis di bidang kesehatan dengan merebaknya Covid-19 di seluruh dunia yang dampaknya di bidang sosial ekonomi sungguh dahsyat.
“Dari sejarahnya G20 mampu menjadi katalis pemulihan untuk bangkit kembali. Diharapkan pada krisis kali ini, G20 kembali bisa menjadi solusi pemulihan dunia secara bersama dan menjadi lebih kuat. Sebagai forum yang mewadahi sekitar 60% populasi dunia, 80% PDB dunia, dan 75% perdagangan global, keberadaan G20 sangat ditunggu perannya,” ucap Ibu Menlu.
Retno menambahkan, varian baru Covid-19 yakni Omicron menjadi momok yang memperlihatkan kemampuan untuk pulih antar negara sangat berbeda-beda. Jadi terjadi kesenjangan dan ketidak merataan dalam penanggulangan pandemi, khususnya masalah vaksinasi. Dikhawatirkan gap tersebut akan membuat semakin melebarnya gap pembangunan antar negara.
Untuk itulah Presidensi G20 Indonesia akan membawakan suara dan kepentingan negara berkembang. Inklusivitas dalam tatanan hubungan antar negara akan menjadi ruh kepemimpinan Indonesia di G20 yang berarti tidak ada satupun negara yang tertinggal dan diabaikan.
Prsidensi G20 mengusung tiga prioritas utama, yaitu penguatan arsitektur kesehatan global, transisi energi, dan transformasi digital. Penguatan arsitektur kesehatan dijadikan prioritas dengan tujuan agar negara berkembang mempunyai kapasitas yang lebih kuat dalam penanganan pandemi. Untuk itu Indonesia mendorong terbentuknya traktat pandemi, dan mekanisme pendanaan bagi negara berkembang dalam menangani pandemi, termasuk finalisasi pendanaan oleh task force G20 di mana Indonesia bersama Italia menjadi co-chair.
Lalu prioritas transisi energi, terkait dengan perubahan iklim hanya bisa diatasi jika ada dukungan pendanaan dan teknologi untuk transisi energi. Masalahnya tidak semua negara mempunyai kapasitas memadai untuk itu, khususnya negara berkembang. Untuk itu Indonesia mendorong adanya teknologi rendah karbon yang terjangkau dan dapat dilakukan oleh negara berkembang untuk melakukan transisi energi.
Kemudian prioritas transformasi digital ditujukan untuk memperkuat ekonomi, khususnya UMKM. Kita tahu tulang punggung negara berkembang termasuk Indonesia adalah UMKM. Digitalisasi ekonomi khususnya untuk UMKM akan mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya bagi masyarakat kecil.
Lalu apa sebenarnya makna dan manfaat Presidensi G20 bagi Indonesia? Retno menjelaskan, yang pertama selama menjadi presidensi maka Indonesia akan menunjukkan kepemimpinannya yang tak dapat diukur dengan uang. Ini masalah kepercayaan, namun juga dituntut tanggung jawab yang tinggi. Kalau kita ingin dipandang sebagai pemimpin dunia, maka Presidensi G20 inilah yang menjadi platformnya.
Makna kedua, kita bisa showcase atau memamerkan kemajuan pembangunan, daya tarik dan potensi Indonesia. Perhatian dunia pasti akan terpusat ke Indonesia, terutama saat menjadi tuan rumah KTT G20. Kepemimpinan ini menjadi momen yang pas untuk menunjukkan semua potensi. Dan dengan showcasing ini diharapkan muncul kepercayaan dari dunia, sehingga secara otomatis akan berdampak kepada tingkat perekonomian.
Makna ketiga, akan ada pengaruh kepada perekonomian secara langsung. Kegiatan Presidensi G20 tentu akan berkontribusi dalam menggiatkan perekonomian, mulai dari hotel, transportasi, jasa makanan, pariwisata, dll.
“Kepemimpinan Indonesia di G20 baru saja dimulai, yaitu per 1 Desember 2021. Tanggung jawab besar baru saja kita emban. Kita masih harus bekerja keras untuk 11 bulan mendatang. Kita ingin Presidensi G20 menjadi katalis pemulihan pandemi yang merata, baik skala nasional atau global. Dan tentunya dukungan dari segenap masyarakat sangat dibutuhkan, agar kepemimpinan kita bisa sukses, serta dikenang oleh dunia,” demikian pungkas Ibu Menlu.
*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:
Leave a Reply