Webinar PP Kagama – Kafispolgama: Presidensi G20 Indonesia Mengusung Tema Recover Together & Recover Stronger

Bicara tentang Presidensi G20, tidak bisa lepas dari apa yang namanya troika, yaitu bentuk kepemimpinan suatu organisasi atau sidang yang dijabat oleh tiga pihak dengan peran yang sama. Pemilihan pihak yang ditunjuk ini biasanya melibatkan ketua periode sebelumnya, ketua periode sekarang, dan ketua periode mendatang. Demikian disampaikan staf ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Luar Negeri, Muhsin Syihab, salah satu narasumber pada webinar berjudul Presidensi G20 Indonesia: Tantangan, Kesempatan dan Peran Masyarakat Indonesia″, yang diselenggarakan PP Kagama bersama Kafispolgama, Jumat (17/12/2021).

Periode sebelumnya Italia ditunjuk sebagai Presidensi G20, tahun ini Indonesia, dan tahun depan tongkat estafet kepemimpinan akan kita serahkan kepada India. Namun, menurut Muhsin, selama ini troika dalam Presidensi G20 tidak berjalan optimal, dan lebih kepada simbolis saja. Kita ingin troika benar-benar fungsional, khususnya menjamin agar apa yang kita bahas bisa berkesinambungan kepada presidensi-presidensi selanjutnya.

Berikutnya, karakteristik G20 penting kita perhatikan agar kita bisa mengelola ekspektasi tentang G20. Jangan sampai kita sebagai Presidensi G20 kemudian merasa bisa menyelesaikan segalanya. Betul G20 merupakan kerja sama ekonomi internasional, tetapi ekonomi internasional tidak bisa lepas dari isu-isu lainnya karena semuanya interconnected.

Awal berdirinya G20 tahun 1999 untuk menjawab adanya krisis moneter dan financial global, khususnya di kawasan Asia dan Asia Tenggara tahun 1998. Saat itu negara-negara yang tergabung dalam G7 merasa tidak mampu menyelesaiakannya tanpa melibatkan negara berkembang. G7 kemudian mempunyai inisiatif untuk mengundang negara-negara yang berpengaruh di kawasan dan tingkat global. Tapi itu masih terbatas di kalangan menteri Keuangan dan Bank Sentral, karena memang tujuannya untuk menjawab krisis financial dan moneter.

Selanjutnya G20 berkembang terus sampai tahun 2008 ketika ada krisis kembali, mulai terpikirkan untuk mengangkat ke tingkat KTT, karena tidak mampu lagi hanya dibahas di tingkat ministrial. Diperlukan keputusan politik tingkat global yang mampu mempengaruhi perjalanan ekonomi dunia. Maka KTT G20 dibentuk pada tahun 2008. Karena sudah tingkat KTT dan bersifat politikal maka isu yang diangkat bukan hanya masalah moneter dan finansial saja, namun menyangkut isu pembangunan lainnya. Bahkan isu politik global seperti anti korupsi, good governance, dll.

Karakteristis G20 bersifat formal sebagai forum kerja sama utama ekonomi internasional. Tetapi G20 juga bersifat informal, buktinya tidak punya sekretariat. Jadi siapapun yang menjadi presidensi bertanggung jawab untuk mengatur pertemuan baik dari sisi logistik, administrasi, maupun substansinya dan merancang agenda.

G20 juga bersifat consensus based decision making process yang mempunyai 2 keuntungan. Ia bisa menjadi collective decision, tetapi di sisi yang lain semua pihak bisa melakukan voting tidak setuju, sehingga harus dicari irisan paling minimum yang bisa diterima semua pihak.

Karakteristik terakhir, anggota G20 terdiri dari negara maju dan negara berkembang. Menunjukkan G20 menjadi global agenda center, dan itu terbukti apa yang dibahas di G20 kemudian diarusutamakan oleh forum-forum multilateral lainnya. Karena memang negara-negara yang tergabung dalam G20 mempunyai pengaruh sangat besar di tingkat global. Dan kita pantas bangga karena Indonesia adalah satu-satunya negara di ASEAN yang tergabung dalam G20.

“Tema G20 selama ini tidak terlepas dari konteks global. Pada saat kita menjadi Presidensi G20 harus mencari tema yang kontekstual dan relevan agar kita bisa meninggalkan warisan yang bagus, dan menjadi platform pembahasan mendalam dan berdaya guna tinggi yang terkait dengan kondisi global saat ini. Untuk itulah kita mengusung tema Recover Together, Recover Stronger,” ujar Muhsin.

Setelah kita menjadi presidensi, nanti akan ada 3 negara berikutnya yang akan melanjutkan, yaitu India, Brazil dan Afrika Selatan. Bersama-sama, keempat negara tersebut sampai tahun 2025 akan mempunyai pengaruh yang sangat besar di kawasannya masing-masing. Apabila kita bisa mengkapitalisasi dan mengoptimalisasi presidensi kita sampai ke Afrika Selatan, maka akan menjelaskan betapa sangat relevan dan kontekstual keberadaan negara-negara berkembang di G20.

Muhsin melanjutkan, Presidensi G20 Indonesia akan menyelenggarakan 157 pertemuan sepanjang tahun 2022. Jika dihitung secara prorata, maka 2 atau 3 hari sekali akan ada pertemuan G20 yang diadakan di Indonesia. Hal tersebut menggambarkan sibuknya aktivitas politik luar negeri Indonesia pada tahun 2022.

Signifikansi Presidensi G20 Indonesia ada lima. Yang pertama, Indonesia memberikan solusi pemulihan pandemi dan pasca pandemi dengan mendorong lingkungan positif yang memungkinkan untuk pemulihan pasca pandemi.

Yang kedua, Indonesia ingin menjelaskan pada dunia lead by example yang berkesinambungan atas kepemimpinan Indonesia di forum global. Tema ‘Recover Together, Recover Stronger‘ yang kita usung untuk menjamin inklusifitas, memberikan perhatian besar kepada negara berkembang, dan sebagai pembangun jembatan di masa pemulihan global.

Yang ketiga, inklusifitas dan global partnership adalah kunci. Kita mempunyai hak prerogatif untuk mengundang siapa yang patut diundang selain anggota tetap G20, yaitu 9 negara dan 10 organisasi internasional.

Yang keempat, ada sinergi regional dan multilateral. Tahun 2022 adalah tahun Asia, mengingat Asia salah satu pendorong pemulihan global. Ada Kamboja sebagai keketuaan ASEAN dan Thailand memimpin APEC. Indonesia akan mensinergikan keketuaan G20 dengan kekuatan ASEAN-nya.

Yang kelima, ada potensi manfaat nyata bagi Indonesia baik jangka pendek, menengah dan panjang. Manfaat jangka pendek terjadi penyerapan tenaga kerja sekitar 33.000 orang yang tersebar di berbagai lokasi pertemuan, dan meningkatkan PDB nasional sebesar Rp. 7,43 trilyun. Sedangkan manfaat jangka menengah dan panjangnya yaitu memperkuat citra positif Indonesia, menunjukkan kepemimpinan RI di forum global, menampilkan kemajuan pembangunan Indonesia (infrastrukur, konektivitas, potensi investasi), dan menarik investasi asing.

*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*