Minggu (18/7/2021), PP Kagama bekerja sama dengan Mardliyah Islamic Center, Mardliyah Muda, dan Lazismu menyelenggarakan webinar melalui Zoom Meetings, mengangkat topik “Hikmah Idul Adha: Berkurban di Masa Pandemi”. Webinar menghadirkan tiga pembicara, yaitu Prof. Hilman Latief, S.Ag, M.A., Ph.D, Nanung Danar Dono, S.Pt, M.P., Ph.D dan dr. Riris Andono Ahmad, MPH., Ph.D. Jalannya webinar dipandu oleh Khansa sebagai moderator.
Prof. Hilman Latief, S.Ag., sebagai pembicara pertama menerangkan minat masyarakat Indonesia yang tinggi saat penyelenggaraan kurban dalam memperingati hari raya Idul Adha. Penyaluran kurban di masa sekarang dapat disalurkan dengan berbagai lembaga filantropi Islam seperti LazisMu, LazisNu, Dompet Dhuafa dan banyak lembaga lainnya.
“Perayaan Idul Adha kali ini tengah dalam kondisi wabah pandemi Covid-19. Perlunya tetap menjaga protokol kesehatan dalam melaksanakan tata cara kurban. Memperhatikan kesehatan hewan kurban menjadi syarat utama agar hasil kurban menjadi berkah bagi sesama. Masa Pandemi tidak menyurutkan langkah masyarakat Indonesia untuk berkurban. Data dari LazisMu sendiri, tetap melakukan kurban diberbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. Di luar negeri, LazisMu melaksanakan kurban di daerah konflik yakni di Yaman.” ujar Ketua LazisMu Pusat PP Muhammadiyah tersebut.
“Di masa pandemi, LazisMu mencoba mengemas penyerahan daging kurban dengan menerapkan prinsip clean and fresh. Daging kurban dikemas dengan baik untuk disalurkan ke berbagai kalangan masyarakat. Kurban sifatnya dalam fleksibel dapat diterima baik dari berbagai lapisan sosial.” pungkas pria yang menyelesaikan Ph.D nya di Utrecht University, Belanda tersebut.
Nrasumber kedua, Nanung Danar Dono, menjelaskan panduan aman penyembelihan dan penyaluran hewan kurban di tengah pandemi Covid-19. Menurutnya, penyembelihan penyaluran hewan kurban harus mengikuti protokol kesehatan umum dengan beberapa rincian seperti menggunakan masker 3 lapis dan faceshield ketika proses penyembelihan dan penyaluran hewan kurban, menjaga jarak dan disarankan untuk tidak merokok. Pengurus kurban atau takmir masjid harus menyediakan air, sabun dan handsanitizer. Anak-anak, lansia dan warga yang sakit tidak dilibatkan dalam proses penyembelihan serta untuk mencegah kerumunan sohibul kurban disaran tidak hadir saat prosesi penyembelihan.
“Masa pandemi mengajurkan keterbatasan aktivitas fisik di luar ruangan. Hewan kurban bias dititipkan pada Lembaga agama yang mengurusi hewan kurban dan penyembelihan bisa juga dilakukan di RPH resmi untuk menghindari kerumunan massa terjadi. Jika dilaksanakan di masjid dapat direkayasa dalam mencegah kerumunan dengan membatasi jumlah panitia kurban, membagi waktu penyembelihan dalam 3-4 hari, membagi lokasi penyembelihan dalam 3-4 tempat. Hal itu dapat dibagi per RT atau sesuai kesepakatan panitia.” imbuh dosen Fakultas Peternakan UGM tersebut.
“Pasca penyembelihan hewan kurban harus diperhatikan beberapa bagian yakni organ dalam hewan kurban, memotong daging dengan menerapkan protokol kesehatan, hindari batuk dan bersin ke arah daging, jangan pernah mencuci jeroan di sungai atau sumber air. Setelah itu daging dapat dikemas dengan baik dengan diserahkan ke sohibul kurban dan masyarakat secara umum.” demikian Nanung mengakhiri paparannya.
Dari sisi medis khususnya epidemiologi, dr. Riris Andono Ahmad, menyampaikan pencegahan penularan varian delta saat perayaan Idul Adha. Varian Delta yang menyebar secara cepat lebih dari virus corona sebelumnya. Menurut dr. Riris Andono, varian delta merupakan mutase virus Covid-19 yang muncul pertama kali di India dikarenakan perayaan keagamaan yang mengakibatkan kerumunan massal.
“Virus tidak bisa kemana-mana. Manusialah yang membawanya kemana-mana. Virus ditularkan melalui paparan droplet / air liur sehingga cara pertama mengatasinya adalah menggunakan masker yang sesuai dengan standar kesehatan yakni masker dengan tiga lapisan atau kombinasi masker kain dan masker medis.” ucap Direktur Pusat Kedokteran Tropis FK-KMK UGM tersebut.
Dokter Riris menambahkan, perjalanan alamiah virus dimulai dari paparan yang menyebabkan infeksi. Infeksi mengalami masa inkubasi dalam rentang 5 hari yang selanjutnya memunculkan gejala sampai 14 hari. Setelah fase ini penderita bisa sembuh namun ada penderita yang tidak mampu bertahan akhirnya meninggal dunia.
“Satu-satunya solusi hingga saat ini untuk mengurangi penularan adalah menerapkan 3M dan program vaksinasi. Untuk mengurangi tingkat infeksi harus melaksanakan 3T termasuk isolasi dan karantina, restriksi mobilitas, yaitu bekerja, sekolah dan menjalankan rangkaian ibadah, termasuk di dalamnya penyelenggaraan kurban.” pungkas dr. Riris [arma]
*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:
Leave a Reply