Kagama Telekonseling 3: Isolasi Mandiri pada Anak

Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, pada hari Minggu (18/7/2021) PP Kagama menggelar webinar Kagama Telekonseling seri ke-3 membahas isolasi mandiri pada anak-anak. Webinar menampilkan 2 narasumber, yaitu psikolog Anggiastri H. Utami, M.Psi, dan dr. Rina Triasih, M.Med (Paed), SpAK, Ph.D. Berkenan memberkan opening speech adalah Ir. Budi Karya Sumadi, Wakil Ketua Umum 1 PP Kagama & Menteri Perhubungan RI. Bertindak sebagai keynote speaker adalah Wamenkes dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD, Ph.D., mewakili Menteri Kesehatan yang berhalangan hadir. Jalannya acara dipandu oleh dr. Menul Ayu Umborowati, Sp.KK sebagai moderator dan Muthiah sebagai MC.

Ir. Budi Karya Sumadi, Menteri Perhubungan dan Wakil Ketua Umum 1 PP Kagama

Dalam kata sambutannya, Budi Karya Sumadi mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan PP Kagama yang terus memberikan manfaat dalam segala kondisi terutama masa pandemi Covid-19. Ia menegaskan webinar yang diselenggarakan untuk menyambut peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli.

Budi Karya meminta semua pihak, khususnya keluarga, agar memenuhi hak anak untuk menciptakan SDM yang unggul. Karena anak merupakan bibit SDM di masa yang akan datang. SDM yang unggul merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mengejar ketertinggalan kita dari negara-negara lain.

Budi Karya menambahkan, pembangunan di negara kita akan lebih mudah tercapai apabila hak-hak anak, seperti pendidikan sampai tempat bermain yang layak untuk anak-anak dapat tercukupi dengan baik. Ia mengatakan dampak dari Covid-19 bukan hanya di bidang ekonomi saja, namun juga sangat berpengaruh kepada anak dalam mendapatkan hak pendidikan dan kesempatan bermain. Oleh sebab itu, Budi Karya memohon dengan sangat agar apa yang diterapkan selama pandemi bagi orang dewasa, hendaknya juga diberlakukan yang sama kepada anak-anak, agar terlindungi dari Covid-19.

Budi Karya menekankan, upaya tersebut tentu saja membutuhkan kerja sama yang baik dari semua pihak, termasuk keluarga. Ia lalu menyampaikan data dari Satgas Penanganan Covid-19, ada kira-kira 12,6% anak-anak yang terpapar Covid-19. Artinya, dari kasus Covid di negara kita yang mencapai sekitar 2 juta jiwa, berarti ada kurang lebih 250 ribu kasusnya adalah anak-anak.

“Saya harapkan kesadaran dan semangat semua pihak untuk meningkatkan kualitas serta daya saing generasi muda. Karena mereka adalah agen pembangunan bangsa ini,” demikian pungkas Budi Karya.

Wamenkes dr. Dante Saksono Harbuwono

Wamenkes dr. Dante Saksono Harbuwono dengan sungguh-sungguh meminta masyarakat tidak ragu-ragu melakukan tes Covid-19 pada anak yang bergejala. Alasannya, hal tersebut bisa turut memutus rantai penularan dengan mencegah transmisi ke orang sekitarnya. Bila anak terpapar penanganannya dapat dilakukan lebih dini.

Dante meminta kepada semua pihak untuk memperluas edukasi dan pendampingan keluarga guna meningkatkan kemampuan melakukan isolasi mandiri pada anak yang terkonfirmasi positif Covid-19. Ia mengatakan upaya untuk menekan Covid-19 dengan 3T (testing, tracing, treatment) perlu dilakukan juga kepada anak-anak.

Dante mengakhiri paparannya dengan menyampaikan sedikit informasi, yaitu Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Satgas Platform Telemedicine telah memberikan pelayanan konsultasi dan pengiriman obat gratis bagi pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri di wilayah seputaran Jabodetabek.

dr. Rina Triasih

Senada dengan Wamenkes, narasumber pertama dr. Rina Triasih menegaskan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada anak saat isolasi mandiri. Menurutnya, anak belum mengerti akan dirinya kontak erat dengan penderita Covid-19. Keluarga berperan penting dalam mengedukasi anak agar selalu melakukan protokol kesehatan.

“Jika anak pernah kontak harus segera dilakukan tes swab untuk mengetahui reaktif/non reaktif. Jika anggota keluarga dan anak positif makanya berikan pemahaman pada anak bahwasanya ada mekanisme untuk sembuh dan untuk sementara harus menjalani isolasi mandiri baik di rumah dengan memenuhi syarat atau di shelter yang disediakan pemerintah.” imbuh dr. Rina

Peran keluarga sangat dibutuhkan untuk memberikan dukungan moral, pemenuhan kebutuhan anak, dan memantau kondisi kesehatan anak. Peran orang tua sebagai pendamping bagi anak dengan tetap mengikuti protokol kesehatan. Dengan menyiapkan sejumlah alat kesehatan seperti thermometer, pulse oxymeter, obat demam, multivitamin dan zinc.

“Hal yang dapat diajarkan kepada anak saat isoman, di antaranya penting mengonsumsi makanan bergizi, dukungan fasilitas hiburan, mengajarkan berjemur dibawah sinar matahari, ajari anak menjalankan prokes, periksa rutin suhu dan saturasi O2, desinfeksi kamar secara rutin. Orang tua dapat menggunakan telemedis dan jika keadaan memburuk langsung dibawa pada faskes untuk mendapatkan perawatan intesif.” demikian dr. Rina mengakhiri paparannya.

Psikolog Anggiastri H. Utami

Narasumber kedua, psikolog Anggiastri H. Utami, memaparkan pentingnya memperhatikan kondisi psikologis dan mental anak selama pandemi Covid-19. Menurutnya, dampak yang dirasakan anak muncul dari dampak keluarga dalam menghadapi pandemi. Dampak fisik, psikologis, ekonomi dan sosial merupakan beberapa dampak yang timbul selama pandemi.

Anggi menambahkan, kesehatan mental anak meliputi, perkembangan emosi, kemampuan berpikir, kehidupan sosial dan kesehatan fisik anak harus diperhatikan ketika isolasi mandiri dilakukan pada anak. Isolasi mandiri pada anak terjadi karena adanya anggota keluarga yang positif, anak yang positif dan pemberlakuan PPKM.

Sejauh temuan di lapangan, dampak fisik yang dialami anak adalah merasakan sakit fisik (anak yang positif), tidak bermain di luar dan pasif, banyak bermain gadget. Dampak psikis yang sering terjadi anak mudah bosan, bingung, dan frustasi sehingga dapat menunjukan sikap agresif dan marah. Berujung pada stress yang dapat dialami anak.

“Stress bukanlah suatu yang buruk dan dapat ditangani dengan baik. Penanganan stress pada anak dapat dilakukan dengan menerapkan CARD yakni Comfort (membuat anak nyaman dengan supporting system), Ask Questions, (usahakan menjawab pertanyaan anak dengan baik dengan bahasa sesuai dengan usianya), Relax (ajarkan pada anak untuk relaksasi dengan musik menenangkan dan ajarkan anak belajar bersyukur), Distract (ajak anak untuk membicarakan hal-hal yang disukainya dengan memberikan sarana komunikasi yang interaktif dengan anak).” pungkas Anggi. [arma]

*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*