PP Kagama bersama Kagama Fotografi kembali menggelar webinar pada hari Sabtu (27/02/2021) jam 10.00 s/d 12.00 WIB yang sudah memasuki seri 6 dengan membahas fotografi untuk segmen industrial dan korporasi. Webinar menghadirkan narasumber utama Yulianus Firmansyah Ladung, dengan dimoderatori oleh fotografer penuh pengalaman Purwanto Nugroho. Berkenan memberikan kata sambutan, Anwar Sanusi, Wakil Ketua Umum II PP Kagama.
Sebelum masuk ke materi inti, Ladung menjelaskan saat ini komunikasi visual sangat penting perannya buat industri dan korporasi. Fotografi adalah aset dan salah satu metode komunikasi dalam bisnis dan kegiatan operasional sebuah industri, apapun jenis industrinya.
Di mata Ladung, fotografer adalah seorang pengusaha yang harus mengerti caranya berusaha dari segi bisnis. Mempersiapkan diri sebaik-baiknya adalah sangat penting. Yang pertama kesehatan harus menjadi perhatian utama, apalagi di saat pandemi seperti saat ini.
Berikutnya, gaya hidup juga harus diperhatikan. Kemudian yang tak kalah penting adalah inventarisasi kendala yang ada. Lalu carilah referensi sebanyak-banyaknya untuk mengetahui trend yang terjadi kekinian dalam fotografi industrial. Rencana keuangan, portofolio, perangkat, serta badan usaha juga memegang peranan penting.
Yang terakhir adalah support system juga pegang peranan sangat penting. Entah itu dari keluarga sendiri, sanak kerabat, teman atau relasi kerja.
Ladung kemudian menekankan pentingnya portofolio. Menurutnya bisnis fotografi adalah tentang portofolio. Portofolio harus kontekstual dan memiliki logika visual yang tepat. Kreatif dalam berkarya juga sangat penting. Bahkan kalau perlu foto sudah jadi duluan dalam benak kita sebelum memotretnya atau bahkan sebelum sampai di lokasi. Intuisi tajam sangat diperlukan dalam hal ini, baik dalam pemilihan angle dan waktu yang tepat buat mengambil gambar.
Untuk memulai sebuah portofolio tidak usah berpikiran yang muluk-muluk. Jangan membayangkan sebuah perusahaan migas atau tambang raksasa, tapi bisa dimulai dari yang sederhana yang berada di lingkungan sekitar kita dulu, semisal memotret bengkel teralis besi, pembuat gamelan, penempa keris, dll.
Selain itu berusahalah untuk melakukan kolaborasi. Kolaborasi menjadi hal yang sangat penting untuk survive dan menjaga keberlangsungan pekerjaan kita, apalagi di masa pandemi yang sulit ini.
Jika kesulitan untuk membuat portofolio sendiri, cobalah untuk magang pada fotografer-fotagafer senior berpengalaman untuk mencari referensi. Kuncinya tetaplah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan portofolio dan jangan gampang menyerah.
Seperti sudah disinggung di muka, fotografi adalah sebuah metode komunikasi secara visual. Sehingga kemampuan berkomunikasi yang baik sangat penting bagi seorang fotografer. Lalu bagaimana kalau orangnya pendiam atau introvert? Tentu saja untuk menghadapi klien harus menjadi extrovert dan hukumnya wajib harus bisa berkomunikasi secara baik. Tentu saja caranya diupayakan sesering mungkin berlatih agar lancar komunikasinya dengan misalnya berlatih bicara di depan publik. Selain itu juga harus memahami bahasa industri, untuk mendapatkan kepercayaan klien. Yang terakhir menguasai berbahasa Inggris itu suatu keharusan, karena kita bicara pangsa pasar skala global.
Setelah urusan portofolio beres, langkah berikutnya adalah melakukan personal branding dengan tepat. Ladung menyarankan untuk menentukan spesialisasi sejak awal. Dengan memahami spesialisasi, maka kita akan bisa menentukan kebutuhan, semisal perangkat dan perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, dll. Tidak lupa untuk mengamati lingkungan serta relasi, pahami industri / ruang lingkup klien, dan ikuti perkembangan tren industri.
Sebagai pengusaha, seorang fotografer wajib memiliki keterampilan manajemen yang baik. Walaupun berkaitan, marketing dan sales itu berbeda. Marketing adalah suatu cara berjualan, sedangkan sales adalah transaksi penjualannya. Marketing yang baik akan mendukung sales, demikian pula sebaliknya. Selain manajemen marketing dan sales yang bagus, juga tidak boleh melupakan manajemen waktu dan komitmen kepada klien.
Semakin banyak yang mengenal dan mengetahui portofolio atau rekam jejak kita, maka akan semakin baik bagi bisnis kita. Selain marketing lewat berbagai cara termasuk lewat media sosial, jangan lupakan referensi mulut lewat mulut adalah media promosi tidak berbayar yang sangat efektif.
Menurut Ladung, sejatinya tidak adda acuan resmi dalam jasa fotografi. Jam terbang, portofolio dan kredibilitas akan menentukan kualitas tarif. Ladung memberikan beberapa tips tentang teknik penjualan, yang pertama jangan menjawab pertanyaan tentangf harga pada kesempatan pertama. Lalu pahami dengan benar kebutuhan klien. Juga pahami tren, karakteristik dan skala industri klien. Selanjutnya tentukan pricing dengan tepat, dan yang terakhir jangan buang waktu untuk klien yang tidak jelas.
Dalam berbisnis, Ladung mempunyai prinsip “lebih baik dikenal mahal daripada dikenal murah”. Karena dikenal mahal itu sulit, sementara untuk dikenal murah sangat gampang. Dikenal mahal justru akan mengundang penasaran calon klien, dan kita harus bisa menjelaskan mengapa kita mematok harga yang tinggi. Begitu kita dikenal murah maka akan sangat sulit untuk merubah pencitraan tersebut.
Setelah hasil karya foto tercipta, maka selanjutnya urusan hak cipta menjadi sangat penting. Secara singkat, seorang fotografer adalah pemegang dan pemilik hak cipta dari foto-foto yang dihasilkan. Terkecuali memang ada perjanjian lain dengan kesepakatana antara kedua belah pihak, antara fotografer dan klien. Biasanya seorang fotografer masih bisa mempergunakan karya foto yang dihasilkan selama tidak untuk dikomersialkan kepada pihak lain.
Di akhir pemaparan Ladung menjelaskan konsep “bagus dan murah belum tentu cepat, cepat dan bagus belum tentu murah, murah dan cepat belum tentu bagus”. Jadi buat teman-teman yang memutuskan akan memulai bisnis fotografi komersial di segmen pasar industrial dan korporasi, ingat baik-baik prinsip tersebut.
*) Materi webinar selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:
Leave a Reply