Bagi seorang Ika Ristiyani Morisco dunia penyelaman adalah panggilan jiwa sejak masa remaja, dan mungkin akan selamanya. Saat ia diterima di Jurusan Zoologi, Fakultas Biologi, UGM pada tahun 1994 dari sekian banyak Unit Kegiatan Mahasiswa yang ada, hanya satu yang menarik minatnya yaitu Unit Selam atau lebih populer dengan sebutan UNYIL (Unit Nyilem). Ika melihat ada yang “berbeda” dari UNYIL, yaitu sebuah kegiatan adventure menantang yang kemungkinan besar bisa mendukung studinya. Sejatinya sejak kecil ia selalu tertarik dengan alam bawah laut. Selain itu ia pernah melakukan snorkeling atau selam permukaan. Ia berpikir jika bisa menyelam lebih dalam pasti akan lebih menyenangkan dan menantang. Dan di kemudian hari Ika membuktikan sendiri bahwa alam bawah laut Indonesia memang benar-benar indah luar biasa.
Begitu bergabung dengan UNYIL pada tahun 1994, maka sejak saat itu aktifitas Ika tidak pernah lepas dari dunia selam. Ia sangat aktif di organisasi UNYIL. Ia pernah menjabat sebagai sekretaris UNYIL pada tahun 1995-1997, serta jabatan ketua pernah disandangnya pada tahun 1997-1999.
Baru setahun ikut UNYIL, yaitu pada tahun 1995 Ika sudah terlibat dengan kegiatan pendidikan metodologi penelitian terumbu karang tingkat dasar yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Oceanologi (P2O) LIPI di Jepara. Lalu berlanjut tahun 1996-1997 untuk tingkat advanced bersama P2O LIPI juga di wilayah Situbondo, Banyuwangi dan Bali Barat, serta di Lombok bersama Coral Reef Rehabilitation & Management Program (COREMAP). Pada tahun 1998 Ika kembali terlibat kegiatan dengan P2O LIPI di Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Pada tahun 1999 ia mulai mengerjakan skripsinya dengan tidak perlu susah-susah melakukan penelitian dari awal, karena ia tinggal melanjutkan penelitiannya di Pasir Putih, Situbondo. Tanpa menghadapi kesulitan yang berarti, setahun kemudian ia berhasil meraih gelar kesarjanaan S1-nya.
Pada bulan Januari 2001 Ika diterima menjadi tenaga honorer di Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Jakarta, yaitu sebuah lembaga pemerintah non-departemen di bawah koordinasi Kementerian Lingkungan Hidup. Karena panggilan jiwanya adalah menjadi penyelam, di sela-sela kesibukannya Ika sempat bergabung dengan TVRI Diving Club menjadi guide atau asisten penyelaman. Biasanya setiap liburan akhir minggu mereka melakukan penyelaman di Kepulauan Seribu.
Rupanya Ika tidak betah bekerja di BAPEDAL, sehingga pada bulan Agustus 2001 ia mengajukan pengunduran dirinya. Pada akhir 2001 ia diterima bekerja di sebuah perusahaan underwater working & salvage. Di situlah ia menemukan pekerjaan yang sesuai dengan passionnya dan merasa betah. Pada tahun 2002 ia menikah dengan Budi Agung Darmawan, alumnus FH UGM angkatan 1988, sesama rekan penyelam yang juga merupakan seniornya di UNYIL.
Namun takdir berkata lain, pada tahun 2008 ayah Ika mulai terganggu kesehatannya. Setelah melalui pertimbangan matang, Ika dan suaminya memutuskan meninggalkan pekerjaan mereka di Jakarta dan kembali ke Yogyakarta pada bulan Januari 2009 untuk mendampingi ayahanda.
Sekembalinya ke Yogya, Ika dan suami dengan mantab membuka pelatihan selam sekaligus melakukan sertifikasi kepada para penyelam secara berjenjang. Dasar pemikirannya sederhana, saat bekerja di Jakarta, Ika sebagai pribadi sudah sering diajak kerja sama melakukan pelatihan selam dan survey bawah air untuk beberapa lembaga, instansi dan perusahaan sebagai Instruktur Selam . Dengan membuka perusahaan yang mempunyai legal standing jelas, akan memudahkan kerja sama dengan lembaga dan instansi tersebut. Maka pada bulan Juni 2009 berdirilah perusahaan yang diberi nama “Sentra Selam Jogja (SSJ)”. Ika memfungsikan rumahnya di Jl. Pandega Marta 52 Yogyakarta sebagai kantor, sekaligus sebagai toko yang menjual perlengkapan alat selam dan snorkeling.
Di awal Ika membuka usahanya, bukan pujian dan disupport yang diperoleh saat itu. Justru banyak kawan yang menyangsikan & meragukan. Ika dianggap ‘gila’, karena sungguh tidak masuk akal membuka usaha penyelaman di Yogya yang notabene bukan pasar potensial. Sekedar info Yogya tidak punya lautan tenang, hanya ada samudra dengan ombak besar. Dengan kata lain Yogya tidak mempunyai lokasi penyelaman yang representatif.
Namun, seiring perjalanan waktu, Ika dan suaminya hanya butuh waktu setahun untuk mematahkan anggapan miring orang tentang usaha mereka. Tahun 2010 SSJ sudah bisa disebut stabil bisnisnya, dengan menghasilkan pendapatan yang lumayan. Jika dahulu SSJ hanya memegang 3 agen penjualan alat perlengkapan selam dan snorkeling, saat ini sudah bertambah menjadi 6. Lalu seiring dengan semakin populernya nama SSJ, semakin dikenal pula nama Ika dan suaminya sebagai instruktur selam yang bisa memberikan sertifikasi berbagai level. Meski sebenarnya sebelum mendirikan SSJ, Ika pada tahun 2006-2008 sudah sering melakukan sertifikasi kepada para penyelam UNYIL di Karimunjawa.
Ika bisa memberikan sertifikasi karena sejak tahun 2003 ia sudah memilki kompetensi sebagai instruktur selam dari Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) yang berafiliasi dengan federasi selam internasional Confédération Mondiale des Activités Subaquatiques (CMAS). Sejenak mundur ke belakang, langkah Ika untuk menuju menjadi instruktur membutuhkan proses panjang dan bertahap. Tahap pertama menjadi penyelam open water / bintang 1 diperoleh Ika tahun 1995 di Jepara. Disusul menjadi advanced diver / bintang 2 pada tahun 1996 di Situbondo. Berikutnya menjadi rescue diver / bintang 3 pada tahun 1999 di Semarang. Dan yang terakhir menjadi dive master / bintang 4 pada tahun 2000 di Lampung.
Dalam kegiatannya di dunia penyelaman, Ika seringkali terlibat kerja sama dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan pariwisata, misalnya Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) UGM. Hal itu membuat Ika punya pemikiran alangkah idealnya kalau ia juga mempunyai background pendidikan di bidang pariwisata, agar ilmu yang dimilikinya semakin komplit. Pada tahun 2016 ia mengambil S2 di Magister Kajian Pariwisata Pascasarjana UGM dan menyelesaikannya dalam waktu 2 tahun. Thesisnya diberi judul “Strategi Pengembangan Kompetensi Pemandu Wisata Selam di Karimunjawa”, dengan mengambil studi kasus proyek “Kagama Mbangun Karimunjawa” yang dikerjakannya bersama Kagama Diving Society pada tahun 2015-2017. Lalu demi melengkapi kompetensinya, Ika mengikuti pelatihan asesor kompetensi di tahun 2016. Saat ini ia tercatat sebagai asesor pariwisata dalam sebuah Lembaga Sertifikasi Profesi.
Saat ini kesibukan Ika adalah sebagai pelatih di UNYIL dan Unit Selam Perikanan. Selain itu juga mengajar selam untuk Divisi Selam Arkeologi UGM, Universitas Atmajaya Yogyakarta, dan Balai Arkeologi Yogyakarta. Sebagai pelatih di UNYIL dan Unit Selam Perikanan, Ika berkewajiban mengajar saat diklat dan mengawal perekrutan anggota baru.
Untuk urusan sertifikasi juga masih jalan dengan peserta utama dari UNYIL dan Unit Selam Perikanan. Peserta dari mahasiswa, masyarakat umum dan instansi-instansi bukan hanya datang dari Yogyakarta saja, namun banyak juga yang berasal dari luar kota.
Ika menjelaskan untuk teori dibutuhkan rata-rata 8 jam pelajaran per strata. Pembagian waktunya sangat fleksibel mengikuti keinginan peserta, bisa 8 jam sekaligus atau dibagi-bagi per 2 jam misalnya dengan 4 kali pertemuan. Lokasinya juga terserah peserta maunya di mana, bisa di kantor SSJ atau ruang publik seperti cafe.
Setelah teori tahap berikutnya adalah Latihan Keterampilan Kolam (LKK), yaitu praktek menyelam di dalam kolam selama total 16 jam. Lokasinya biasanya di Umbul Ponggok, Klaten. Setelah LKK selanjutnya dilakukan Latihan Perairan Terbuka (LPT), sekaligus ujian mendapatkan sertifikat, selama 2 hari atau 4x penyelaman. Lokasinya terserah maunya peserta, biasanya di Karimunjawa, Pasir Putih Situbondo, Pulau Menjangan Bali Barat, atau Pantai Tulamben Bali Timur. Namun bisa juga di Raja Empat atau Bunaken, tergantung permintaan peserta.
Yang menarik, Ika dan suaminya untuk menyelenggarakan jasa pelatihan menyelam berikut sertifikasinya tidak menarik biaya yang mahal. Mereka berdua lebih mengejar keuntungan immaterial, yaitu dengan memperbanyak pertemanan dan menjalin silaturahmi dengan jaringan penyelam seluruh Indonesia. Ada tujuan yang jauh lebih penting yaitu memajukan dunia wisata bawah air Indonesia yang saat ini belum semuanya dikelola dengan optimal. Caranya, yaitu dimulai dari mengembangkan SDM penyelam yang kompeten di mana ada lokasi wisata penyelaman. Konsep yang dipakai adalah Community Base Tourisme (CBT) atau pengelolaan wisata berbasis warga setempat, agar orang lokal tidak hanya cuma jadi penonton namun menjadi pemain utama dalam memajukan wilayahnya sendiri secara mandiri.
Bukti konkret pengembangan wisata berkonsep CBT yang menjadi milestone atau pencapaian Ika dan suami yaitu bisa dilihat bagaimana wisata selam di Umbul Ponggok, Klaten menjelma menjadi lokasi wisata fenomenal seperti sekarang ini. Mereka berdua dibantu para asisten selama sekitar 2 tahun yaitu dari tahun 2009 s/d 2011 mengembangkan wisata selam Ponggok mulai dari nol, dan hasilnya sungguh luar biasa. Mulai dari mengajari dari dasar sampai warga Ponggok menjadi kompeten, dan ketika dilepas mereka sudah sepenuhnya mampu mengelolanya secara mandiri dengan baik.
Selain di Ponggok, Ika dan tim juga membantu mengembangkan pemandu wisata selam di Karimunjawa. Sampai saat ini sudah berhasil mencetak 240 orang pemandu selam dan snorkeling bersertifikat yang tergabung dalam keanggotaan HPI. Bahkan sudah melahirkan seorang Instruktur Selam.
Di akhir wawancara dengan Kagama.id, Ika mengajak semuanya khususnya teman-teman penghoby selam untuk ikut mengangkat kekayaan dan kecantikan bawah air nusantara yang sayangnya belum semuanya tereksplore. Ika menjelaskan bahwa perairan Indonesia terletak di wilayah yang disebut coral triangle atau segitiga terumbu karang. Coral triangle tersebut memiliki tingkat keragaman dan densitas biomassa yang sangat tinggi, dengan banyaknya spesies terumbu karang dan makhluk-makhluk laut penghuninya.
Pusat segitiga ada di Indonesia, membuat negara kita sangat kaya akan keragaman biota laut. Luas terumbu karang di Indonesia menyumbang sekitar 65% dari keseluruhan total coral triangle, dan sebagian besar berada di wilayah negara kita bagian timur. Dengan melihat kondisi tersebut artinya itu merupakan sebuah keuntungan buat kita, bisa menikmati dan mendokumentasikan berbagai macam terumbu karang berikut biota lautnya yang cantik.
“Mari menyelam bersama menikmati kecantikan dunia bawah air Indonesia yang sungguh luar biasa. Namun jangan lupa ikut serta menjaga kelestarian satwa-satwa penghuninya dan merawat terumbu karang, bukannya malah merusaknya.” demikian pungkas Ika.
Cocok ini