Rintania, Alumnus Teknik Elektro yang Menekuni Bisnis Gudeg Manggar

Dunia masak memasak sudah menjadi hal yang biasa dilakukan oleh seorang Rintania Elliyati Nuryaningsih sejak masih remaja. Maka tidak mengherankan wanita alumnus Teknik Elektro UGM angkatan 1997 itu saat ini justru lebih fokus menggeluti dunia kuliner. Padahal profesi yang sebenarnya adalah menjadi dosen elektro di Universitas Khairun Ternate sejak tahun 2005 yang lalu. Sekedar informasi mengapa Rintania bisa ‘terdampar’ sampai ke Ternate adalah karena ia ikut suaminya yang berdinas sebagai dokter gigi di sana.

Gudeg manggar produk andalan “Luweng Kayu” (Foto: istimewa)

Tahun 2008, tiga tahun setelah menjadi dosen, Rintania berpikir di tengah banyak waktu luangnya sebagai tenaga pengajar harus ada yang ia lakukan. Karena passionnya di dunia makanan maka ia mendirikan Rumah Makan “Nila Bakar Barokah” di Ternate yang lumayan sukses.

Sekitar 2 tahun lalu di dekat rumah orang tuanya di Gamplong, Moyudan, Sleman didirikan studio perfilman yang sekaligus dijadikan obyek wisata. Pengunjungnya melimpah ruah apalagi saat hari libur tiba. Rintania mengamati sudah 2 tahun berjalan namun belum ada warung makan atau restoran yang representatif di dekat-dekat studio.

Akhirnya Rintania punya ide untuk mendirikan usaha kuliner di rumahnya. Akhir 2019 dimulailah pembangunan rumah makannya. Namun takdir berkata lain, datangnya pandemi corona membuyarkan segalanya. Karena kondisi yang tidak memungkinkan terpaksa pada bulan Maret 2020 proyek pembangunan dihentikan untuk sementara.

Ide berbisnis kuliner di kampungnya ditunda untuk sementara. Namun Rintania melihat banyak warga kampungnya terdampak pandemi, khususnya mereka yang bekerja di sektor kerajinan. Ia lalu mulai memutar otak bagaimana caranya bisa ikut meringankan beban para tetangganya yang pada kehilangan pekerjaan.

Pada bulan April Rintania menemukan ide mengapa ia tidak jualan kuliner secara online saja. Selain cita-citanya yang tertunda bisa terwujud, ia juga bisa memberi pekerjaan kepada tetangga sekitarnya. Maka idenya itu segera ditindaklanjuti dan terwujudlah usaha kulinernya yang ia beri nama “Luweng Kayu”.

Bermacam-macam jenis kuliner yang ia jual seperti ayam ingkung, mangut lele, brongkos iga, rica-rica mentok, dll. Namun ada satu yang benar-benar menjadi andalannya yaitu gudeg manggar. Alasannya, di Yogyakarta belum ada pemain utama yang mendominasi jualan gudeg manggar seperti gudeg nangka muda (gori).

Rintania merekrut 10 tetangganya untuk membantu usahanya, dari mengolah bahan dasar, pengepakan sampai penjualan. Sebagai pemasok kebutuhan bahan dasar masakan seperti telor dan daging ayam juga banyak melibatkan warga kampungnya. Namun khusus untuk manggar ia harus mendatangkan dari Bantul, di mana di sana ketersediannya melimpah.

Pelan-pelan produk “Luweng Kayu” mulai dikenal khalayak luas. Tak butuh waktu lama gudeg manggarnya mulai dicari-cari orang. Postingan Rintania di sosmed menjaring banyak atensi kawan-kawannya, sehingga mulailah banyak yang tertarik menjadi reseller dengan sistem penjualan dropship. Apalagi ketika menjelang hari raya idul fitri ia meluncurkan promo dengan tagline “Tombo Kangen Yojo” minat orang-orang terhadap gudeg manggar produksinya semakin meningkat. Jumlah reseller yang bergabung menjadi semakin banyak. Sampai saat ini ada 105 reseller yang tidak berasal dari Yogyakarta saja, namun juga dari kota-kota lain di pulau Jawa semisal Pekalongan dan Bandung, dan tentu saja yang terbanyak adalah yang berada di wilayah Jabodetabek.

Rintania berharap usahanya tumbuh semakin berkembang, sehingga bisa mengkaryakan lebih banyak karyawan. Yang pada ujungnya menghidupkan roda ekonomi di desa, serta bermanfaat untuk lebih banyak orang. Ia juga berharap semoga pandemi segera berlalu dan pecinta kuliner bisa segera menikmati semua suguhan “Tombo Kangen Yojo” secara langsung di RM “Luweng Kayu”.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*