Zayinul Farhi, Alumni Kehutanan UGM yang “Ketagihan” Mengabdi di Tanah Papua

Zayinul Farhi, alumni Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada angkatan 1997, dikenal sebagai salah satu rimbawan yang memiliki keterikatan emosional yang kuat dengan Tanah Papua. Perjalanan kariernya dimulai dari Pekanbaru, Riau tahun 2004, tempat ia pertama kali bertugas di Kementerian Kehutanan sebagai Pengendali Ekosistem Hutan pada Balai Pengelolaan DAS Indragiri Rokan, sebelum mendapat promosi ke Balai Pengelolaan DAS Remu Ransiki Manokwari sebagai Kepala Seksi Program dan Kelembagaan pada tahun 2012. Setelah itu, ia sempat menjalani masa penugasan sebagai Kepala Seksi Program DAS di Balai Pengelolaan DAS Solo tahun 2014-2023 di Surakarta dan di Balai Pengelolaan DAS Pemali Jratun Semarang tahun 2023-2025 sebagai Kepala Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Namun, perjalanan mutasi tersebut justru menegaskan satu hal: Papua selalu memanggilnya untuk kembali.


Salah terobosan yang sudah dilakukan terkait RHL adalah mengenai pemanfaatan hasil RHL berbasis ketahanan pangan melalui kolaborasi antara Balai Pengelolaan DAS Remu Ransiki dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Papua Barat. Melalui kerja sama ini kelompok tani maupun masyarakat pelaksanan RHL yang sudah bisa memanen hasilnya akan langsung terkoneksi dengan para pelaku pasar yang berada di bawah naungan KADIN. “Ada beberapa hasil hutan bukan kayu berbasis ketahanan pangan yang merupakan hasil RHL seperti Jeruk, Jambu Kristal, Sagu, Sukun dan jenis lainnya jika sudah dipanen maka kelompok tani akan mudah dalam melakukan pemasarannya karena sudah ada pelaku pasar tangan pertama di bawah naungan KADIN yang siap membeli dengan harga bersaing sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat” menurut pria yang hobi sate ini. Adanya kepastian pemasaran tersebut berimplikasi pada makin antusiasnya permohonan permintaan bibit produktif dan meningkatkan motivasi dalam melakukan pemeliharaan terhadap bibit yang sudah ditanam.


Melalui pendekatan ini, Zayinul berupaya memastikan bahwa kelestarian hutan berjalan seiring dengan kesejahteraan masyarakat. Ia percaya bahwa pembangunan Indonesia Timur harus bertumpu pada kekuatan lokal dan kearifan ekologis Papua. Karena itu, setiap kebijakan yang ia dorong selalu menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam menjaga dan memanfaatkan hutan secara berkelanjutan.
Dengan rekam jejak panjang, komitmen kuat dalam mengemban tugas di Tanah Papua, Zayinul Farhi menjadi gambaran rimbawan ideal—sosok yang tak hanya mencintai tugasnya, tetapi juga membangun harapan bagi masa depan kehutanan dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia Timur.


Tak heran, ketika ia kemudian per 21 April 2025 dipercaya sebagai Kepala Balai Pengelolaan DAS Remu Ransiki di Manokwari, Zayinul Farhi menyambutnya sebagai kehormatan sekaligus amanah besar. Baginya, Papua bukan sekadar wilayah kerja, tetapi sebagai sebuah kawah candradimuka bagi ASN untuk mengabdi secara paripurna. Baginya mengabdi lagi di Tanah Papua merupakan sebuah rencana Tuhan bahwa beberapa hal yang belum dilaksanakan saat penugasan sebelumnya bertugas di Tanah Papua bisa diwujudkan saat ini. “Ketika saya kembali bertugas di Papua, saya merasa bahwa sekaranglah saatnya saya untuk bisa membuat sebuah perubahan besar terutama terkait Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di Tanah Papua” Ujar mantan Ketua Kagamahut Papua Barat 2012-2014.