Asesmen nasional merupakan pengganti Ujian Nasional (UN) dikuti oleh siswa, guru dan kepala sekolah. Asesmen nasional merupakan upaya evaluasi yang dilakukan pemerintah untuk pemetaan mutu pendidikan pada satuan tingkatan pendidikan dasar dan menengah. Asesmen tersebut juga perlu didukung oleh orang tua/wali murid untuk mengetahui dan memperbaiki kualitas pembelajaran anak namun bukan penilaian secara individu melainkan penilaian sistem pendidikan Indonesia.
Hai itulah yang menjadi pembahasan Webinar Pendidikan “Asesmen Nasional: Apa yang Perlu Diketahui Orang Tua” yang diselenggarakan Rabu (08/09/2021) oleh PP Kagama bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI. Turut hadir 2 narasumber hebat dalam webinar tersebut, yaitu Anindito Aditomo S.Psi., M.Phil., Ph.D. (Kepala Balitbang dan Perbukuan Kemdibud RI) dan Prof. Dr.rer.soc. R. Agus Sartono, M.B.A (Deputi Menteri Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, Kementerian Koordinator PMK). Ganjar Pranowo, S.H, M.IP (Ketua Umum PP Kagama) berkenan memberikan sambutan. Jalannya acara dipandu oleh Sari Oktafiana sebagai moderator dan Ratna Dewi Puspita sebagai MC.
Narasumber pertama, Anindito Aditomo memaparkan asesmen nasional dan transformasi pembelajaran yang menitikberatkan pada perbaikan kualitas pembelajaran. Pemetaan dan umpan balik dari satuan pendidikan dasar hingga menengah yang bertujuan untuk peningkatan karakter dan kompetensi peserta didik. Asesmen nasional menggantikan model evaluasi pendidikan sebelumnya yang cenderung administratif, terfragmentasi dan kurang mendorong perbaikan kualitas pembelajaran.
“Penerapan asesmen nasional semester 1 tahun 2021/2022 dilakukan di daerah yang boleh PTM terbatas. Hasilnya pada tahun 2021 menjadi baseline / data awal untuk memetakan learning loss / kesempatan belajar di seluruh Indonesia. Orang tua tidak perlu cemas menghadapi asesmen nasional. Gunakan untuk mencari cara bersama dalam memperbaiki kualitas proses dan hasil pendidikan anak.” pungkas Anindito.
Narasumber kedua, Prof. R. Agus Sartono menjelaskan asesmen nasional berpengaruh terhadap Indeks PISA (Program for International Student Assessment) yang merupakan penilaian siswa berskala internasional dengan memperhatikan performa akademis anak-anak sekolah pendidikan dasar dan menengah. Namun kehadiran PISA mendapatkan kritik dari banyak kalangan yang beranggapan PISA merupakan pemaksaan pandangan neolitik dan barat sentris yang mendistorsi tujuan pendidikan tersebut.
“Pendidikan merupakan rekayasa sosial yang terencana untuk membentuk karakter dan membangun keadaban. PISA mendiskreditkan bahwa pendidikan merupakan proses pembangunan manusia yang bertahap. PISA hanya menggunakan pendekatan kuantitatif yang masih diragukan validitasnya. PISA dibawah naungan OECD juga bukan lembaga dunia yang memiliki mandat yang jelas dan sah untuk meningkatkan pendidikan dan kehidupan anak-anak diseluruh dunia seperti UNESCO dan UNICEF. Rezim PISA merugikan pendidikan kita yang tentunya membahayakan kesejahteraan siswa dan guru.” pungkas guru besar FEB UGM tersebut. [arma]
*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel: