Webinar KAGAMA Berbudaya #2: Wayang Gajah Mada dalam Khasanah Budaya Nusantara

Hari Kamis (17/12/2020) jam 19.00 s/d 22.00 WIB berlangsung webinar Kagama Berbudaya #2 dengan judul “Wayang Gajah Mada dalam Khasanah Budaya Nusantara”. Webinar diselenggarakan oleh Kagama bekerja sama dengan Museum Wayang Kekayon Yogyakarta menghadirkan narasumber utama RM Donny Surya Megananda SSi., MBA., Prof. Dr. Timbul Haryono, Msc., Rudy Wiratama, M.A., dan Dr. Sindung Tjahyadi. Sebagai pembawa acara Dr. Iva Ariani, serta Drs. Namastra Probosunu, Msi. sebagai moderator.

Narasumber pertama RM Donny Surya Megananda berbagi tentang khasanah wayang nusantara. Menurutnya bangsa Indonesia harus berbangga, karena sejak tahun 2003 wayang sudah ditetapkan sebagai karya besar umat manusia dalam pustaka lisan dan budaya. Selain wayang kulit yang sering kita dengar Indonesia telah mengenal kesenian wayang sejak jaman dulu yang bisa dikenal dengan Wayang Nusantara, yaitu wayang yang tersebar dari ujung Sumatra hingga Nusa Tenggara dan Papua.

RM Donny Surya Megananda

Setiap daerah memiliki kesenian dengan kearifan intinya sendiri, yang kaya akan keindahan serta makna filosofisnya masing-masing. Cerita yang dikembangkan juga berbeda-beda, ada yang serupa dengan wayang kulit dan ada pula yang memiliki cerita lokal yang lahir dari setiap daerah asal wayang tersebut, tentu saja cerita yang indah untuk dinikmati serta didiskusikan, apakah hal tersebut termasuk bagian dari sejarah atau bagian dari mitos?

Setelah membagikan banyak hal tentang khasanah wayang nusantara, di akhir kesempatannya Donny mengajak teman-teman untuk terus menularkan kecintaannya terhadap wayang. Menurutnya mencintai wayang tidak harus dengan menonton pertunjukan wayang. Ada banyak hal yang bisa dicintai dari wayang, bisa melalui musik, cerita maupun, gamelannya. Setiap orang bisa mencintai wayang dengan alasan mereka masing-masing.

Prof. Timbul Haryono

Narasumber selanjutnya Prof. Timbul Haryono berkesempatan untuk berbicara tentang “Sumber dan Bangunan Narasi Wayang Gajah Mada”. Wayang Gajah Mada nantinya jelas akan menjadi kebanggaan masyarakat UGM dan masyarakat secara umum, serta akan menghadirkan cerita-cerita tentang sejarah masa lampau pada jaman Kerajaan Majapahit maupun kerajaan sebelumnya. Ia juga berharap konsumsi masyarakat terhadap karya Wayang Gajah Mada nantinya akan memunculkan berbagai sumber ekonomi di kalangan masyarakat sendiri. Tiga hal tersebut merupakan fungsi dan manfaat karya budaya yang sudah mencakup ideologi, edukasi, dan ekonomi. Maka dari itu kehadiran Wayang Gajah Mada nantinya akan menjadi suatu kebanggaan karena lahir dari masyarakat kita dan bermanfaat untuk masyarakat.

Prof. Timbul berharap banyak institusi pendidikan yang menerapkan pendidikan seni. Menurutnya pendidikan seni sangatlah penting. Ia mengutip tcapan Ki Nayono “Pendidikan seni adalah salah satu segi usaha pendidikan yang bermaksud mendidik dan memberi kesempatan pada sang anak untuk mengembangkan rasa keindahannya, sesuai dengan bakatnya serta selaras dengan laku kodrat hidupnya, agar ia dapat tumbuh sebagai manusia estetis yang aktif, kreatif dan berpribadi”. Ia yakin bahwa pendidikan seni mengandung konsep pendidikan budi pekerti, adab, sopan-santun, dan unggah-ungguh. Pendidikan seni juga dapat mengolah kekuatan manusia yaitu dalam hal cipta, rasa, dan karsa. Pendidikan seni juga merupakan pendidikan humanistik yang di dalamnya terdapat konsep ‘memahami diri’ melalui ‘memahami yang lain’. Begitulah paparan di akhir kesempatannya sebagai narasumber.

Rudy Wiratama

Narasumber ketiga Rudy Wiratama memaparkan “Proses penciptaan rupa dan karakter Wayang Gajah Mada”. Pada awal kesempatan ia melakukan demonstrasi dari pertujukan Wayang Gajah Mada. Ia mengakui memang pelukisan sosok Gajah Mada belum sempurna. Latar belakang penciptaan Wayang Gajah Mada dibagi menjadi 3 aspek 1. Aspek pragmatis, 2. Aspek ideologis, 3. Aspek edukatif. Desain dari Wayang Gajah Mada sudah melalui berbagai diskusi tatap muka maupun melalui WAG GadjahMada Project. Desain Wayang Gajah Mada didasarkan kepada; 1. Wayang Gambuh Majapahit-Bali, 2. Wayang Beber Paji-Pacitan, 3. Wayang Gedhog Madura, 4. Wayang Krucil versi Keraton Surakarta, 5. Wayang Purwa Cirebon, 6. Wayang Gedhog Pakualaman Yogyakarta. Selanjutnya ia memperlihatkan prototipe beberapa peraga yang dipergunakan dalam lakon Gajahmada. Kemudian Rudy menjelaskan tentang repertoar lakon Gajah Mada yang meliputi Wira Gajah Mada, Gajah Mada Labuh Negara, Gajah Mada Winisudha, Gajah Mada Prasetya, Gajah

Mada Tundhung, dan Gajah Mada Muksa. Repertoar tersebut patut ditunggu-tunggu pementasannya. Masyarakat dapat banyak mengambil pelajaran sejarah serta tentu saja dapat menghibur. Di akhir kesempatan ia menyampaikan tentang alasan pemilihan Gajah Mada, dan juga menyampaikan pengembangan dari Wayang Gajah Mada nantinya.

Dr. Sindung Tjahyadi

Narasumber terakhir Sindung Tjahyadi memaparkan tentang “Strategi Pengembangan Wayang Gajah Mada”. Ia menyampaikan bahwa Wayang Gajah Mada menekankan pada 3 hal pokok yaitu rupa, narasi, dan bentuk pergelaran. Pengembangan Wayang Gajah mada juga memiliki tantangan tersendiri, salah satunya yaitu berkembangnya narasi historis yang ahistoris. Tentu saja kita masih ingat fenomena munculnya narasi “Gaj Ahmada”. Meskipun narasi tersebut ditulis oleh orang yang tidak memadai untuk “menulis sejarah” namun bisa menjadi tantangan untuk pengembangan wayang ini nantinya. Selain itu tentu masih banyak tantangan lainnya dalam pengembangan Wayang Gajah Mada kelak di kemudian hari, dan juga tentang peluang pengembangan Wayang Gajah Mada. [itok]

*) Materi webinar selengkapnya dapat disaksikan melalui kanal Youtube Kagama Channel di link:

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*