Tantangan Membangun Budaya Tatanan Baru

Oleh: Ganjar Pranowo

Menghadapi pandemi covid-19 kita tidak bisa membuat kebijakan yang seragam. Kebijakan top down rasanya juga kurang tepat karena umumnya orang tidak mau diatur-atur. Kita butuh disiplin keras dan butuh otoritas yang harus sungguh-sungguh ditegakkan.

Dampak pandemi meluas di semua sektor kehidupan seperti kesehatan, sosial, ekonomi dan keuangan. Di sektor kesehatan banyak tenaga medis yang terpapar corona. Rata-rata tertular bukan saat menghandle pasien, dan juga tidak di rumah sakit, tapi dari luar. Ini masalah serius yang menjadi pekerjaan rumah kita bersama.

Dari sisi sosial, aktivitas ekonomi banyak yang berhenti dan tenaga kerja di berbagai sektor tidak terserap. Dampak yang terkena problemnya juga rumit. Pengambil kebijakan dan keputusan menghadapi tekanan dari publik seperti pusat perbelanjaan, wahana hiburan, kegiatan keagamaan dll harus segera dibuka. Tapi tantangan dan resiko kita masih cukup tinggi sehingga itu menjadi sebuah dilema.

Permasalahan di bidang ekonomi juga tidak kalah pelik. Banyak hal buruk terjadi seperti kinerja ekonomi menurun tajam, konsumsi terganggu, investasi terhambat, ekspor-impor terkonstraksi, pertumbuhan ekonomi melambat dll. Hal itu berimbas ke sektor keuangan semisal turunnya investor convidence, terjadinya flight to quality, perusahaan mengalami tekanan, dsb.

Untuk menuju tatanan baru seperti perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal, dengan menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19, nampaknya kita harus ‘cerewet’ betul. Berbagai metode baru harus diterapkan dengan improvisasi yang tidak boleh berhenti. Laksana meneteskan air secara kontinyu pada batu agar batunya bisa berlubang.

Kebijakan pembangunan budaya tatanan baru yang meliputi bidang pemerintahan & pelayanan publik, kesehatan, pendidikan, perindustrian, perdagangan, pariwisata dan transportasi harus ditangani secara sungguh-sungguh.

  1. Bidang Pemerintahan & Pelayanan Publik

    Banyak aturan yang mesti menjadi perhatian khusus. Work from office yang menjadi problem utama, karena tidak bisa menghindarkan diri dari bersentuhan tidak langsung seperti lewat tombol lift maupun tombol presensi. Tata kerja juga harus dipaksa berubah dengan prioritas utama menjalankan protokol kesehatan, seperti keharusan merubah cara absensi.

    Dengan kedisplinan kita bersama di semua ruang publik termasuk di lingkungan kerja, ada peluang besar pada bulan September nanti kurva persebaran covid akan melandai dan melantai. Namun bisa juga terjadi fenomena ‘dancing car’ di pergerakan kurva yaitu masih ada gerakan zig-zag maupun naik turun sedikit. Untuk itu butuh sebuah keputusan strategis yang sifatnya kalkulatif.

    Untuk koordinasi pekerjaan dan pelayanan publik solusinya memanfaatkan teknologi informasi online seperti lewat video confrence. Sedangkan untuk perjalanan dinas dibatasi sesuai kepentingan dan prioritas. Ada dua keuntungan yang diperoleh dengan pembatasan tersebut, yaitu pertama jelas mengurangi resiko penularan covid lalu yang kedua terjadi penghematan biaya yang bisa dialihfungsikan untuk menangani covid.

  2. Bidang Kesehatan

    Dilakukan pemberdayaan potensi dan kearifan lokal. Untuk pengenaan sanksi dirasa kurang efektif. Maka ditempuh kebijakan bottom-up seperti pelaksanaan program ‘jogo tonggo’ atau kita saling menjaga tetangga sekitar. Meski untuk saat ini mulai mengendor intensitasnya namun dicoba dibangkitkan kembali lewat satgas kesehatan dengan mengadakan berbagai macam lomba menarik secara digital.

  3. Bidang Pendidikan

    Diupayakan membuat area-area agar terbaca lebih detil dengan indikator-indikator. Semua daerah disuruh membuat sistem informasi yang bisa dimengerti sehingga menjadi data science agar bisa keputusan diambil lebih baik. Yaitu wujudnya berupa gambar-gambar, di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa warnanya apa. Yang warnanya hijau relatif aman sehingga bisa dilakukan penguatan-penguatan agar aktivitasnya bisa berjalan lebih baik. Warna kuning aktivitas lebih terbatas, dan warna merah pembatasannya akan lebih ketat.

  4. Bidang Perdagangan

    Diharapkan di setiap lokasi perdagangan seperti pasar tradisional, pusat perbelanjaan, toko swalayan dll menerapkan protokol kesehatan kepada semua pegawai dan pengunjung. Problemnya adalah saat ini perekonomian mulai menggeliat lagi, bertemu dengan kebiasaan nongkrong yang mulai subur kembali setelah sekian lama terkungkung di rumah, sehingga menimbulkan masalah terjadi kerumunan massa. Sebenarnya itu bisa diatasi dengan pengaturan jarak berkumpul dengan penempatan meja & kursi yang tidak terlalu rapat, tapi biasanya perilaku orang sulit diatur. Jadi yang bisa dilakukan oleh pemegang kebijakan adalah melakukan persuasi kepada pengelola tempat nongkrong untuk tertib atau ditutup usahanya.

  5. Bidang Perindustrian

    Di kawasan industri yang lama berjalan seolah semuanya sehat dan tidak ada yang mengawasi, bisa terjadi hal yang berbahaya. Contohnya belum lama ini terjadi outbreak yang cukup besar di wilayah perindustrian di Jawa Tengah. Peran pemerintah dituntut untuk mengontrolnya dengan peraturan yang ketat namun tidak boleh menghambat kegiatan produksi karena industri tetap harus berjalan.

    Di sini peran keluarga dan komunitas menjadi sangat penting untuk ikut mengontrol. Jadi nantinya PSBB akan lebih baik dijadikan pembatasan-pembatasan yang lebih kecil ruang lingkupnya, mungkin bisa cuma satu kecamatan, satu kalurahan atau per komunitas. Sehingga kontrolnya berbasis masyarakat, di mana akan terjadi saling cek dan balancing di antara kelompok masyarakat atau komunitas.

  6. Bidang Pariwisata

    Para pengelola tempat wisata diharuskan mengupayakan meniminalisir kontak langsung antar pengunjung seperti lewat e-ticketing, mengontrol jumlah pengunjung, dan mempermudah tracing apabila terjadi situasi darurat. Juga harus ada ‘patroli covid’ yang selalu siap siaga untuk mengawasi pengunjung agar tidak terlalu bergerombol. Karena mengharapkan pengunjung membangun kesadaran diri rasanya berat dan tidak bisa optimal.

  7. Bidang Transportasi

    Untuk pesawat dan kereta api relatif lebih aman dan lebih mudah menangkal covid-19, dengan banyaknya alat yang bisa ‘dicangkokkan’ seperti air purifier di dalam moda transportasinya. Namun untuk bis belum bisa sempurna, bahkan untuk jenis angkutan lainnya semacam angkot akan lebih sulit lagi mengaturnya.

    Sebenarnya bersepeda adalah sebagai sistem transportasi yang baik. Diskursus bike to work sudah sering dibahas & didiskusikan. Dengan adanya pandemi ini sebenarnya adalah momentum bagus buat semakin menggerakan budaya bersepeda. Namun memang semua itu butuh waktu. Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana agar bisa terjadi percepatan. Dibutuhkan ilmu pengetahuan, social re-engineering, dan suatu tools untuk memaksa yang sifatnya regulatif.

*) Makalah ini disampaikan dalam ‘Seminar Online Sinergi UGM-KAGAMA Seri ke-2: Perubahan Perilaku, Tantangan Untuk Membangun Budaya Tatanan Baru’ Minggu 12 Juli 2020

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*