Prof. Nadirsyah Hosen: Puasa Melatih Kita menjadi Makhluk yang Sama di Hadapan Tuhan

Sabtu (8/5/2021) pukul 12:30 – 14:40 WIB, terselenggara webinar sinergi antara Mardliyyah Islamic Centre UGM dan KAGAMA dengan mengangkat tema “Hikmah Lailatul Qodar: Transformasi Sosial ­– Transformasi Spiritual”, bersama narasumber Prof. Nadirsyah Hosen (Monash University of Australia). Kata sambutan disampaikan oleh Ganjar Pranomo, S.H., M.IP (Ketua Umum PP Kagama) dan Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng (Rektor UGM). Acara dipandu oleh Dr. Khotibul Umam sebagai moderator dan Mlathi Anggayuh Jati sebagai MC.

Prof. Nadirsyah Hosen

Prof. Nadirsyah Hosen atau akrab disapa Gus Nadir mengawali tausiahnya secara flashback dengan menceritakan pengalaman (alm) Abdurahman Wahid atau Gusdur yang isi ceramahnya juga berupa cerita. Dua poin penting yang perlu kita pelajari dengan seksama yakni transparansi dan harmoni. Terutama, transparansi kebijakan publik dan harmoni di masyarakat. Hal tersebut mengingatkan pada hadist Nabi Muhammad SAW yang dicantumkan dalam kitab Shahih Bukhari No. 1883 yang mengisahkan Nabi Muhammad SAW keluar dari rumahnya dan hendak mengabarkan kepada para sahabat tentang malam Lailatul Qadr dengan maksud beliau hendak membocorkan kepastian datangnya malam lailatul qadr. Namun, di waktu yang bersamaan, Nabi SAW melihat dua sahabatnya sedang berdebat dengan saling bantah membantah. Melihat perdebatan tersebut, Nabi segera mendamaikan kedua sahabatnya namun beliau dibuat lupa oleh Allah SWT untuk memberitahukan kapan terjadinya malam lailatul qadr.

“Setelah Nabi Muhammad lupa, beliau menegaskan carilah kebaikan di sepuluh malam terakhir dalam bulan ramadan yang mana itu malam lailatul qadr atau malam yang lebih baik dari seribu bulan.” ucap Gus Nadir.

Menurut Gus Nadir, godaan berat yang sering dialami oleh umat islam di masa sekarang adalah soal pertengkaran dan perdebatan bahkan sampai ke dalam masjid. Masjid yang seharusnya menjadi tempat ibadah yang di dalamnya menjadi tempat berzikir (mengingat Allah) dan melakukan ibadah manfaat lainnya. Bukan tempat mengadu kekuatan dengan merasa paling benar dan paling mengetahui.

“Saya teringat dengan salah satu hadist Nabi Muhammad SAW yang disebut hadist Qudsi yang berisi bagaimana pahala ibadah puasa langsung diberikan dari Allah SWT. Tentu ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Jika kita kontekskan dengan transformasi sosial dan spiritual yang saya pahami, puasa adalah ibadah yang sunyi dan tidak terlihat. Dalam puasa, kita tidak bisa mencitrakan diri kita menjadi lebih alim. Dalam puasa kita tidak bisa menonjolkan keakuan diri. Dalam puasa, semua orang terlihat sama, yakni sama-sama menahan lapar dan dahaga. Maka jadikanlah ibadah puasa sebagai ibadah untuk merasakan kesetaraan dengan individu lain, bukan merasa lebih alim dan saleh dari individu lainnya. Puasa melatih diri untuk merasa tidak punya atau lebih memiliki sesuatu yang lebih dari individu lainnya. Puasa melatih kita sebagai makhluk yang sama di hadapan Allah SWT dan berusaha mendapat keridhaan-Nya”. demikian pungkas Gus Nadir. [arma]

*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*