
Pojok Musik dan Literasi: Menyatukan Gen Z dan Alpha Lewat Seni dan Silaturahmi
Mataram, 24 Juli 2025 — Di tengah derasnya arus digitalisasi dan minimnya ruang interaksi sosial yang sehat bagi generasi muda, sebuah inisiatif kreatif hadir di jantung Kota Mataram. Bertajuk Pojok Musik dan Literasi, kegiatan yang digelar oleh Karang Taruna Kecamatan Selaparang ini menjadi ruang silaturahmi dan ekspresi bagi generasi Z dan Alpha, yang selama ini lebih akrab dengan layar gawai daripada tatap muka.

Bertempat di area Islamic Center Mataram, kegiatan yang telah memasuki edisi ke-7 ini menghadirkan suasana yang berbeda. Musik, puisi, diskusi literasi, dan edukasi kesehatan anak berpadu dalam satu panggung yang hangat dan inklusif. Di tengah alunan musik akustik dan pembacaan puisi, para peserta diajak untuk merenung, berdialog, dan berbagi gagasan tentang pentingnya komunikasi langsung dan literasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kekhawatiran atas Apatisme Sosial
Agusfian, penggagas kegiatan, menyampaikan bahwa Pojok Musik dan Literasi lahir dari keprihatinan terhadap menurunnya kemampuan komunikasi dan empati sosial di kalangan anak-anak dan remaja. “Kita melihat anak-anak sekarang lebih banyak berinteraksi dengan gadget daripada dengan sesama. Ini berpengaruh pada perkembangan bahasa, emosi, dan bahkan spiritualitas mereka,” ujarnya.

Kekhawatiran ini diamini oleh dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A., MPH, dokter spesialis anak sekaligus alumni Universitas Gadjah Mada. Dalam sesi edukasi kesehatan, dr. Eka menyoroti dampak komunikasi satu arah yang terjadi akibat penggunaan gawai secara berlebihan. “Anak-anak perlu diajak bicara, diajak berdiskusi, bukan hanya diberi tontonan. Komunikasi dua arah adalah kunci tumbuh kembang yang sehat,” tegasnya.
KAGAMA: Literasi dan Seni sebagai Pilar Karakter Bangsa
Kegiatan ini turut dihadiri oleh Ganjar Pranowo, Mantan Ketua Umum PP KAGAMA, yang memberikan dukungan penuh terhadap gerakan literasi berbasis komunitas ini. Dalam sambutannya, Ganjar menekankan pentingnya peran keluarga dan komunitas dalam membentuk karakter anak. “Kita tidak bisa menyerahkan pendidikan karakter hanya kepada sekolah. Keluarga dan lingkungan sosial harus aktif,” ujarnya.
Bagi KAGAMA NTB, kegiatan seperti Pojok Musik dan Literasi adalah contoh nyata dari pendidikan berbasis nilai dan budaya lokal. Literasi bukan hanya soal membaca dan menulis, tetapi juga tentang memahami diri, orang lain, dan lingkungan. Seni menjadi medium yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan tersebut secara emosional dan menyentuh.

Harapan dan Rekomendasi
KAGAMA NTB mendorong agar kegiatan serupa dapat:
- Diadakan secara rutin di berbagai wilayah NTB.
- Melibatkan alumni UGM sebagai fasilitator, mentor, dan narasumber.
- Menjadi bagian dari gerakan literasi nasional yang inklusif dan berkelanjutan.
- Menggandeng komunitas lokal untuk memperkuat ekosistem kreatif daerah.
Dengan semangat kebersamaan dan kolaborasi, Pojok Musik dan Literasi bukan hanya menjadi ruang ekspresi, tetapi juga jembatan antar generasi untuk membangun masa depan NTB yang lebih berbudaya, berdaya, dan berkarakter.