Sebagai puncak rangkaian dies natalis Fakultas Pertanian (Faperta) UGM yang ke-76, digelar berbagai acara di Auditorium Harjono Danoesastro, Selasa (27/9/2022). Acara intinya adalah digelarnya rapat senat terbuka, laporan tahunan Dekan Faperta, orasi ilmiah oleh direktur utama holding PTPN III, pemberian penghargaan kepada purna karya dan insan berprestasi Faperta, dan peluncuran program-program strategis Faperta.
Sebagai bentuk kepedulian fakultas pada kebudayaan adiluhung nusantara, ditampilkan juga hiburan berupa dua buah tarian tradisional Jawa, yaitu tari Gambyong Pareanom sebagai pembuka acara, dan tari Wira Pertiwi yang disajikan sebelum penutupan acara.
Jauh hari sebelumnya, pihak dekanat dalam hal ini Dekan Faperta, Ir. Jaka Widada, M.P., Ph.D., dan Wakil Dekan Bidang Penelitian, Subejo, S.Pi., M.Agr.Sc., Ph.D., telah melakukan audiensi dengan alumni. Gayung bersambut, ajakan dari fakultas langsung diterima dengan antusias oleh alumni yang memang selama ini passionnya nguri-uri kebudayaan nusantara.
Dalam audiensi, rupanya tercetus juga ide untuk mengajak adik-adik mahasiswa ikut pentas. Tujuannya dengan melibatkan mereka, harapannya semakin banyak anak-anak muda yang mencintai kebudayaannya sendiri.
Di sela-sela kesibukan masing-masing, mereka yang telah berkomitmen tampil rajin berlatih. Maka pada saat pentas, terjadilah kolaborasi yang begitu kompak antara 3 orang alumni dengan 2 mahasiswi Faperta, membawakan tari Gambyong Pareanom sebagai pembuka acara. Mereka yang dari unsur alumni adalah Ani Widiastuti (Dosen Faperta Angkatan ’93), Martini Hadinegoro (Angkatan ’90), dan Nuning Issetyaning Pratiwi (Angkatan ’90). Sedangkan Candrika Kumaralita Widitawati (Angkatan 2020) dan Tri Wahyu Suryaningsih (Angkatan 2019) masih tercatat sebagai mahasiswi di Faperta UGM.
Kemudian, di penghujung acara, 2 orang alumni Faperta yaitu Sri Rida Farina (Angkatan ’86) dan Yoeke Kusumayanti (Angkatan ’91) mempersembahkan tarian Wira Pertiwi. Ketujuh penari tersebut tampil dengan begitu percaya diri di depan pengunjung, termasuk beberapa guru besar Faperta.
Begitu tarian berakhir, tepuk tangan bergemuruh dari ratusan hadirin yang memenuhi Auditorium Harjono Danoesastro. Ketujuh penari mengaku sangat bangga sekaligus surprised atas sambutan yang diberikan penonton.
Salah satu penari, Ani Widiastuti mengakui merasa dapat anugerah, di hari yang berbahagia diberi kesempatan mempersembahkan beksan, budaya adiluhung nusantara di almamater tercinta, dan mendapat apresiasi yang luar biasa dari segenap civitas akademika Faperta UGM. “Secara pribadi sebagai dosen, saya punya kebanggaan tersendiri mengenalkan budaya Jawa kepada adik-adik mahasiswa. Semoga makin banyak generasi muda mencintai budaya nusantara,” ujarnya bangga.
Sementara itu Nuning Issetyaning Pratiwi, sebagai pecinta tarian nusantara, menyatakan kebanggaannya sebagai alumni diberi kesempatan ikut meriahkan dies natalis Faperta. “Bangga banget bisa ikut nguri-uri kebudayaan kita, dan juga ada perasaan mongkog bisa kolaborasi menari bareng adik-adik kelas. Bukti bahwa anak-anak muda masa kini tidak lupa akan kebudayaan adiluhung bangsanya sendiri,” katanya.
Penari paling senior, Sri Rida Farina memuji habis almamaternya yang peduli dengan kebudayaan nusantara. Ia bangga diberi kepercayaan mempersembahkan tarian tradisional di almamater tercinta.
“Salut juga kepada adik-adik mahasiswi yang telah bersedia mendampingi kami menari. Saya optimis kebudayaan adiluhung bangsa tidak akan punah apabila masih banyak anak-anak muda yang peduli dan ikut menjaganya,” pungkas Rida.