Minggu (23/01/2022), PP KAGAMA bersama Bank Indonesia dan Yayasan Bakti BCA kembali menggelar webinar Obrolan UMKM Hebat melalui Zoom Meeting, mengangkat topik “Dari Tak Biasa Menjadi Luar Biasa”. Webinar menghadirkan Menteri Sekretaris Negara RI & Ketua Majelis Wali Amanat UGM, Prof. Pratikno yang memberikan pidato pembukaan, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno, sebagai keynote speaker. Dua narasumber juga turut dihadirkan, yaitu Irma Suryati (Founder Mutiara Handicraft) dan Ilham Pinastiko (Founder Pala Nusantara). Jalannya acara dipandu oleh News Anchor Metro TV, Jessica Wulandari.
Mengawali acara, Sandiaga Uno menyebutkan upaya pemerintah dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan ekonomi kreatif (ekraf) dapat menjalankan konsep 3G seperti yang sedang dijalankan di sektor pariwisata.
“UMKM mampu menjadi luar biasa dan terus semangat melalui upaya meningkatkan kualitas, skill dan diferensiasi produk. Hadirkan dan manfaatkan peluang yang dengan terus berinovasi, adaptif dan kolaborasi. Konsep 3G yaitu Gercep, Geber dan Gaspol,” ujar Sandiaga.
Menurutnya, terkait konsep ketiga yakni gaspol berarti garap semua potensi online. Mendorong pemanfaatan digitalisasi di segala sektor, termasuk Parekraf. Peluang ekonomi ada di depan mata bagi mereka yang bisa melakukan transformasi dengan memanfaatkan platform digital.
“Digitalisasi membuka peluang untuk menciptakan lapangan kerja. Kemenparekraf melalui program unggulan seperti Desa Wisata dan Desa Kreatif mampu memberdayakan UMKM lokal. UMKM harus bisa tumbuh bersama kebutuhan rakyat secara komprehensif, menyeluruh dan sumber daya terdistribusi secara adil dan merata,” pungkas Sandiaga.
Selanjutnya Prof. Pratikno menyebutkan revolusi industri dan disrupsi inovasi yang muncul memberikan perubahan besar pada lapangan pekerjaan di Indonesia. Ia mengatakan, “Ada berbagai bidang pekerjaan yang hilang seperti kasir yang digantikan e-payment. Namun tidak dipungkiri peluang dan terbukanya lapangan kerja baru seperti startup dan UMKM yang memecahkan persoalan di masyarakat. Perkembangan UMKM diiringi dengan teknologi digital startup membuat produk-produk dalam negeri melalui usaha mikro yang mampu masuk rantai pasokan global. Sesuatu yang kecil dapat menjadi besar dengan prosesnya.”
Narasumber pertama, Irma Suryati mengatakan merintis usahanya Mutiara Handicraft dengan tidak mudah. Keterbatasan fisik sebagai penyandang disabilitas membuatnya ditolak di berbagai pekerjaan. Tidak mudah dalam memulainya, Irma dan keluarganya ditimpa musibah kebakaran yang cukup menghabiskan harta bendanya. Kemudian, Irma diajak suaminya pindah ke Kebumen, Jawa Tengah. Di sana Irma mempunyai ide yang direalisasikan dalam pemberdayaan masyarakat dengan mengumpulkan sekitar 300-an penyandang disabilitas.
“Penyandang disabilitas yang tersebar dalam 26 kecamatan dibagi per kecamatan sekitar 5 sampai 6 orang untuk membuat produk keset motif karakter unik berbahan baku kain perca. Saya kemudian memasarkan di Jakarta pada pusat grosir di Tanah Abang. Selama 2 tahun saya bolak-balik Kebumen – Jakarta dalam memasarkan produk tersebut,” ungkap Irma.
Menurutnya, Mutiara Handycraft juga berawal dari lomba wirausaha muda teladan yang digelar Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI pada tahun 2007. Dengan usaha dan kerja keras serta berbagai penilaian yang dilalui pada akhirnya mendapatkan juara pertama.
“Karena prestasi tersebut, pada 2009 saya diajak untuk mengikuti Festival Kerajinan di Melbourne, Australia dan mendapatkan buyer dan dapat mendapatkan kontrak dengan pihak di Australia. Sampai sekarang kita selalu melakukan inovasi dalam jangka tiga bulan dengan tetap memperhatikan social impact dan peluang bisnisnya,” demikian pungkas Irma.
Narasumber kedua, Ilham Pinastiko mengawali ceritanya pada 2010 seusai menamatkan studinya di jurusan desain produk ITB. Dengan semangat sebagai lulusan baru, Ilham tertarik kepada dunia furniture atau mebel. Lambat laun kemudian membawanya kepada pembuatan jam tangan kayu.
“Rasa penasaran membawa saya untuk melakukan riset terkait jam tangan kayu. Melalui penelusuran, jam tangan kayu dengan merek Wewood Watch mengambil bahan baku dari wilayah Jawa Tengah dan DIY,” ungkap Ilham.
Kemudian, pada tahun 2010 Ilham mencoba membuat jam tangan kayu pertama di Indonesia. Sempat terhenti pada tahun 2015 karena permasalahan internal, tahun 2016 ia memulai kembali dengan mengangkat brand Pala Nusantara.
“Tantangan tersendiri dalam menjalani jam tangan kayu terutama dalam menjaga hubungan dengan vendor dan mitra kerja. Produk Pala Nusantara juga mengembangkan jam tangan dari berbagai bahan baru seperti tembaga (kuningan), perak, dan bahan baku alami lainnya. Pala Nusantara juga menghadirkan jam tangan dengan story-telling kekhasan Nusantara. Hal itu menjadi point of center dalam mengembangkan produk dengan ruh sebagai produk craftman,” demikian Ilham mengakhiri paparannya. [arma]
*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama TV: