Meriahkan FKY 2023, Kagama Teater Gelar Pentas Teater Rakyat di Girigondo, Kulonprogo dengan Memberdayakan Seni Tradisi Lokal

Tahun ini Kagama Teater (Kater) mendapat kepercayaan dari Panitia Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2023, menjadi salah satu penampil untuk ikut memeriahkan festival. Kagama Teater menjawab kepercayaan yang diberikan dengan mempersembahkan teater rakyat dalam format pembacaan lakon atau dramatic reading berjudul “Adeging Astana Girigondo”, sebuah naskah karya Ikun Sri Kuncoro.

Sebenarnya kegiatan FKY tahun ini dipusatkan di alun-alun Wates. Namun, agar ruh pementasan lebih bisa dieksplorasi, Kater memutuskan pentas digelar di mana setting lokasi cerita yang sebenarnya terjadi, yaitu di kompleks pemakaman Girigondo, Kaligintung, Kec. Temon, Kulonprogo, Minggu (8/10).

Ketua Kater, Patah Ansori, mengakui komunitasnya memang memilih untuk ‘mempersulit’ diri sendiri. Sebenarnya jika pentas di alun-alun Wates, akan tidak banyak menemui kesulitan. Tetapi Patah dkk berpikir pertunjukan pasti akan berlangsung datar-datar saja, dan tak ada nilai tambahnya.

Agar pertunjukan menjadi lebih greget, bukan sekedar sebuah pentas dramatic reading, Kater mengajak kolaborasi warga Kagama pecinta seni tari yang tergabung dalam komunitas “Sajiwa”. Selain itu, Kater juga melibatkan komunitas gejog lesung lokal dari dusun Balong bernama “Laras Kenongo”, sebagai pengiring pentas.

Kemudian, ada pula kesenian lokal yang tampil tersendiri, tidak mengiringi pentas dramatic reading. Yaitu, seni hadrah dan tarian tradisional anak-anak dari sanggar tari setempat. Sebagai pembuka sekaligus penutup acara, tampil kesenian angguk sumbangan dari Dinas Pariwisata Kulonprogo.

“Memberdayakan seni tradisi lokal sangat penting agar tidak punah tergerus zaman. Harapan kami, meski tidak ada even FKY atau pun tidak ada yang mengajak pentas, seni budaya lokal di Girigondo harus tetap eksis,” ujar Patah.

Patah menambahkan, sebelum pentas dramatic reading dimulai lewat tengah hari, di pagi harinya ada kegiatan wisata sejarah lokal yang dipandu oleh Komandan PK4L UGM, Arif Nurcahyo sang pencipta “Wayang Kombes” dengan membawa properti wayangnya, didampingi oleh Dimas & Diajeng Kulonprogo, serta dibantu narasumber warga lokal yang paham.

Peserta touring wisata yang merupakan anak-anak pramuka kelas 4-6 SD Negeri Trukan diajak keliling ke 3 lokasi, yaitu makam Girigondo, buk renteng, dan makam Syekh Dal Mudal. Di ketiga tempat tersebut, anak-anak mendapatkan ilmu sejarah yang belum pernah mereka dengar sebelumnya.

“Saat wisata sejarah diselipkan pesan kepedulian pada kelestarian lingkungan hidup, disimbolkan lewat penanaman pohon bodhi yang bibitnya berasal dari UGM dan bibit buah yang dilakukan oleh adik-adik peserta tour. Terima kasih tak terhingga kepada BPDAS Serayu Opak Progo yang telah berkenan mendukung, dengan sumbangannya berupa 100 bibit buah-buahan,” tutur Patah.

Terakhir Patah menyimpulkan, seluruh rangkaian acara yang dihelat di Girigondo pada dasarnya adalah dari kita, oleh kita, dan untuk kita. Karena konsep awal yang dirumuskan oleh Kater adalah memang menempatkan warga lokal sebagai subyek kegiatan, bukannya sekedar sebagai penonton saja.

“Jujur ini adalah semacam eksperimen dari Kater untuk menggelar pentas teater rakyat yang berkolaborasi dengan banyak pihak, termasuk komunitas lokal. Tak tertutup kemungkinan ke depannya kami akan menduplikasinya di lain even,” pungkas Patah.