
Menyalakan Harapan: Refleksi Akhir Webinar Pencegahan Bunuh Diri
Dalam sesi tanya jawab dan penutupan webinar bertema pencegahan bunuh diri, para peserta diajak untuk memperluas pemahaman dan memperkuat peran masing-masing dalam membangun ekosistem dukungan psikologis yang inklusif. Diskusi berlangsung hangat, menyentuh berbagai aspek praktis dan emosional yang kerap dihadapi masyarakat dalam mendampingi individu dengan risiko bunuh diri.

Salah satu pertanyaan yang mengemuka adalah bagaimana mendorong mereka yang enggan mengakses layanan kesehatan jiwa. Narasumber menekankan pentingnya pendekatan berbasis empati, kesabaran, dan kehadiran yang konsisten. Alih-alih memaksa, peserta diajak untuk membangun kepercayaan secara bertahap, misalnya melalui aktivitas ringan seperti berjalan pagi atau menulis jurnal.
Terkait individu yang tampak “baik-baik saja” namun menyimpan ide bunuh diri, dijelaskan bahwa keterbukaan bisa muncul dalam berbagai bentuk, termasuk tulisan atau tanda-tanda halus. Dukungan yang berkelanjutan tanpa tekanan menjadi kunci dalam menjaga koneksi dan mencegah keterasingan.
Kekhawatiran tentang penyalahgunaan obat antidepresan dan minimnya konseling psikologis juga dibahas. Penanganan yang ideal adalah kombinasi antara pengobatan yang diresepkan secara medis dan terapi psikologis yang sesuai dengan kebutuhan individu. Edukasi mengenai pendekatan terpadu ini dinilai krusial untuk mencegah kesalahpahaman dan risiko penggunaan yang tidak tepat.
Menanggapi stigma dan komentar negatif dari lingkungan sekitar, peserta diingatkan untuk membangun kesadaran diri dan menetapkan batas yang sehat. Fokus diarahkan pada penguatan mekanisme koping internal daripada berupaya mengubah opini orang lain yang belum tentu konstruktif.
Isu pendidikan kesehatan mental sejak dini turut mendapat perhatian. Bimbingan konseling di tingkat SD dan SMP dinilai memiliki peran strategis, namun membutuhkan peningkatan kapasitas melalui pelatihan khusus. Untuk kasus yang lebih kompleks, kolaborasi dengan psikolog eksternal sangat dianjurkan.
Pertanyaan terakhir menyentuh fenomena pesan ambigu atau candaan tentang bunuh diri yang disampaikan lewat teks. Narasumber menegaskan bahwa semua bentuk komunikasi semacam itu harus ditanggapi dengan serius, penuh empati, dan disertai tawaran dukungan nyata.
Sebagai penutup, webinar menegaskan bahwa bunuh diri adalah proses yang memiliki tanda-tanda peringatan. Kesadaran dan intervensi dini dapat mencegah hingga 80 persen kasus. Setiap orang memiliki peran dalam pencegahan, melalui praktik sederhana namun bermakna: Look (mengamati), Listen (mendengarkan dengan empati), dan Link (menghubungkan ke bantuan profesional).
Dengan semangat “menyalakan harapan”, para peserta diharapkan menjadi cahaya bagi komunitasnya—bukan sebagai hakim, melainkan sebagai pendamping yang hadir, memahami, dan menguatkan.
*) Materi webinar selengkapnya bisa dilihat di Youtube Kagama Channel: