Agustusan ala Pasar Tiban Mangunsudiran

Oleh: Ekan NS

Seperti yang diniatkan sejak akhir Juni 2020 lalu, Canthelan harian di Mangunsudiran, berubah menjadi pasar Tiban Mangunsudiran. Setelah mengalami proses “buka” satu minggu satu kali, maka mulai bulan Agustus 2020 pasar tiban dilakukan satu bulan satu kali, tepatnya di hari Minggu terakhir setiap bulannya. Aturan main tetaplah sama, membayar Rp. 5.000 mendapatkan 7 buah kupon untuk dibelanjakan 7 macam barang. Sehingga untuk 1 jenis barang, pembeli hanya perlu mengeluarkan sekitar 700-an rupiah.

Pemilihan Minggu terakhir tiap bulannya didasari pada pertimbangan akhir bulan, tanggal tua, dan banyak yang belum gajian. Meskipun sebenarnya mereka yang “berbelanja” di pasar tiban ini belum tentu karyawan yang gajian di awal bulan. Sebagian yang hadir adalah mereka dengan profesi BHL, wiraswasta, dan juga mahasiswa atau karyawan yang kost di sekitar wilayah Mangunsudiran.

Pasar Tiban bulan Agustus ini mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Salah satu pendukung terbesar kali ini adalah hasil kelas masak online masakan Korea yang digawangi oleh mbakyu Miftahuraifah Qurotun Aini & dikoordinasi oleh mbakyu Nini Sekarsari. Perolehan kelas masak online ini mencukupi 25% isi pasar tiban kali ini.

Selain kelas masak online, dukungan juga diperoleh dari sahabat yang hadir di pasar tiban sebelumnya. Mendengarkan sendiri kebutuhan tentang buku dan alat sekolah yang digumamkan oleh mereka yang datang, akhirnya cik Lie Yeani mengirimkan paket sebanyak 200 buku tulis, 100 buku gambar, 2 box crayon, dan 40 pax kertas lipat. Adinda dari Omnifood Frozen Food Center yang sering mengamati pasar tiban, juga turut mendukung dengan mengirimkan paket aneka sosis dan bakso. Mbakyu Retno Ada juga hadir mengirimkan 10 kg kepala ayam untuk dibagikan di pasar tiban. Tak kalah meriah, ada tambahan layang-layang edisi merah putih dari om Dimas Rossyantoko, perwakilan kopi Kalegan.

Dengan modal sekitar 5.5 juta (plus donasi aneka barang) yang diperoleh dari para donatur, hasil penjualan masker donasi, aneka jualan sahabat Kagama yang dijual melalui Dapur Nyawiji (baceman mbak Nina Susilowati, masker donasi mbak Ayu Nefertiti, masker Ageman Jiwa, dll) serta dana penjualan bulan sebelumnya, maka hadirlah ribuan barang di pasar tiban Mangunsudiran kali ini, termasuk 500 pcs tempe bungkus, 300 paket sayuran, aneka kebutuhan dapur hingga alat mandi dan kebersihan rumah. Pengadaan sayuran untuk pasar tiban ini, mencoba nglarisi banyak pihak. Selain 200 paket sayuran berupa bayam, kangkung, sop-sopan, dan asem-asem (thanks to mbak Fransisca Erna Ekawati yang berkenan membelanjakan dari pasar Kranggan), pihak Mangunsudiran juga mencoba nglarisi petani di daerah Sleman. Hadirnya jerih payah petani ini dilengkapi dengan donasi cabai yang dikirimkan langsung oleh Eni Setyaningsih (meskipun adinda ini tinggal di Tangerang, namun ternyata tetap nglarisi petani cabai di Jogja).

Satu hal yang menyenangkan adalah, pasar ini tidak membuat kerumunan yang berarti karena pembeli bergantian datang dan pergi. Meski demikian, pasar yang berlangsung dari jam 07.00 – 09.00 WIB kali ini berhasil mendatangkan 177 pembeli, yang artinya 1.239 barang telah terpinang. Uniknya, pembeli kali ini bukan hanya warga sekitar Bangirejo dan Pakuningratan, namun meluas hingga ke sekitar Gondolayu, Badran, dan Jalan Kabupaten. Selain itu, layaknya prinsip menyegerakan keluar apa yang sudah ada di dalam, maka sayuran dan barang-barang yang “tersisa” diwujudkan dalam bentuk 100 paket Canthelan yang dibagikan ke wilayah Badran, Code, dan Mangunsudiran.

Sekali merengkuh dayung, sekian pulau terlampaui. Semoga demikian pula hadirnya pasar tiban Mangunsudiran. Hadirnya mampu menyalurkan kebaikan dari mereka yang berniat memberi, mendekatkan hasil jerih payah petani, menjadi ajang silaturahmi dan edukasi, pun membantu bagi mereka yang memang dalam kondisi perlu.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah hadir dan membuat pasar tiban Agustusan ini berjalan dengan lancar. Pak Muji dan pemuda Bangirejo, mbakyu Isma KurniaPrasetya Widyasari & krucils yang setia berjaga, mbak Ika Andreyo, mbak Wiwit dari UIN, PIC canthelan Badran Yuli Bunda Enver Egan yang menyempatkan hadir lagi dan lagi, RisWey Margo dan banyak pihak yang tidak dapat (dan tidak ingin) disebutkan satu per satu.

What comes around, goes around. Semoga semua yang diniatkan baik, akan kembali kepada kita dalam wujud yang baik.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta. Semoga semua makhluk berbahagia.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*