Pada perhelatan Nitilaku tahun ini untuk pertama kalinya diperkenalkan sebuah acara penghargaan berjudul “Alumni Mengabdi Award”, yang penyerahannya dilakukan pada acara Malam Alumni di Gedung Grha Sabha Pramana, Sabtu (17/12/2022). Ada lima alumni yang pengabdiannya kepada masyarakat sangat menginspirasi yang terpilih memperoleh penghargaan. Salah satu di antaranya adalah Nirwan Ahmad Arsuka, alumnus Jurusan Teknik Nuklir, Fakultas Teknik UGM, angkatan 1986.
Selama kuliah, Nirwan selain mendalami ilmu nuklir, juga menekuni dunia sastra dan budaya. Ia bergabung dalam Kelompok Pinggir Kali Code (Girli) untuk mengajari anak-anak jalanan belajar membaca. Selama mahasiswa ia ikut berbagai demonstrasi menentang rezim dan terlibat dalam kongres kebudayaan.
Meskipun tidak bekerja di industri pernukliran, jejak ilmunya terlihat dari karya tulis yang menghubungkan perkembangan teknologi dengan kebudayaan. Tulisannya tentang teknologi, sastra, dan budaya tersebar di berbagai media populer maupun ilmiah, nasional maupun internasional. Nirwan lama bergiat di Bentara Budaya Jakarta dan menjadi editor tamu Lembar Budaya Bentara Kompas.
Pada 2014 ia menginisiasi pembentukan Pustaka Bergerak. Tidak seperti perpustakaan konvensional yang menunggu pembaca datang, Pustaka Bergerak menghampiri pembacanya. Tujuan kegiatan ini adalah menumbuhkan minat baca anak-anak di pelosok-pelosok Tanah Air. Sebab, sebagai pemilik masa depan, mereka harus berbekal ilmu pengetahuan dan kecerdasan agar berhasil mengarungi kehidupan.
“Buku bisa membantu,” ucap Nirwan yakin.
Nirwan adalah pemelihara kuda. Ide gerakan literasi ini ditemukan saat ia berkuda dari Pamulang, Tangerang Selatan ke Parongpong, Bandung Barat. Setiap kali ia singgah di satu tempat, anak-anak menyambutnya. Selain tertarik pada kuda, mereka membantu mencari rumput dan berbagi cerita tentang kampung. Tetapi ketika ditanya tentang sejarah dan asal-usul kampungnya, anak-anak tidak bisa menjawab. Kepala Nirwan pun dipenuhi berbagai macam pertanyaan dan kekhawatiran: jangan-jangan kelak mereka benar-benar buta akan sejarah dan budaya mereka sendiri, apa jadinya nanti?
Gagasan berbagi ilmu dan pengetahuan ke anak-anak di pelosok-pelosok tanah air diwujudkan dalam bentuk Pustaka Bergerak. Diawali dengan membawa buku-buku dari gudang penerbit dan buku-buku bekas dari kawannya, Nirwan dengan kudanya mulai menghampiri pembacanya, yakni anak-anak di desa-desa yang haus ilmu dan pengetahuan. Sadar banyak orang yang mau melakukan apa yang diperbuatnya, ia menghimpun para relawan untuk mengumpulkan dan menjajakan buku-buku kepada anak-anak yang membutuhkan.
Pustaka Bergerak pun bergerak di mana-mana dengan berbagai moda, seperti kuda, sepeda, sepeda motor, bendi, perahu, gerobak, becak, hingga berjalan kaki membawa noken berisi buku. Kini Pustaka Bergerak tumbuh menyebar di seluruh penjuru Indonesia dengan 3.000 lebih simpul dan melibatkan 27.000 relawan. Warga juga bersemangat dan mau bergotong royong untuk menyebarkan ilmu dan pengetahuan.
“Dari para relawan, kami memperoleh cerita, bahwa minat baca anak-anak Indonesia umumnya sangat tinggi. Hanya saja terkendala oleh akses dan pasokan buku-buku bermutu,” tutur Nirwan.
Gerakan literasi ini mendapatkan energi besar setelah Presiden Jokowi memerintahkan PT Pos Indonesia untuk memfasilitasi pengiriman buku gratis ke seluruh penjuru Indonesia setiap tanggal 17. Pengiriman buku gratis ini tidak saja meningkatkan gairah anak-anak membaca tetapi juga mengobarkan semangat gotong royong warga untuk bersama-sama mempercepat pengerahan ilmu pengetahuan dari pusat ke pinggiran, dari pinggiran ke pelosok-pelosok.
Kini Nirwan mengembangkan platform digitalisasi budaya gotong royong dengan memanfaatkan teknologi blockchain. Relawan yang aktif menyebar buku, menulis artikel, membangun simpul, dan melakukan kegiatan kreativitas lain akan mendapatkan reward berupa token kripto. Kreativitas itu bisa berupa produk digital, termasuk non fungible token atau NFT.