Kiat Arum Titisari Bertahan di Tengah Krisis

Bisnis utama Arum Titisari (Fakultas Kehutanan 2000) sebenarnya adalah membuat souvenir & merchandise berdasar pesanan fihak tertentu. Usahanya tersebut digelutinya sudah lama yaitu sejak tahun 2007. Namun dengan ancaman pandemi Covid-19 yang belum jelas kapan berhentinya ini, menyebabkan efek domino di sektor bisnis & usaha yang tentu saja berimbas ke pekerjaan yang digeluti Arum. Orderan pekerjaan mendadak berhenti total yang bukan saja membuat Arum kelimpungan, namun tentu saja para penjahit yang biasa dikasih pekerjaan oleh Arum juga menjerit karena tiadanya sumber pendapatan bagi mereka.

Arum kemudian berpikir keras mencari jalan keluar untuk menghidupi keluarganya, juga bagaimana mencarikan solusi terbaik buat para tukang jahit langganannya. Ia berprinsip di mana ada kemauan di situ pasti ada jalan. Akhirnya gara-gara sering membaca kebutuhan masker yang begitu tinggi buat tenaga medis & masyarakat umum, terbersitlah sebuah ide cemerlang yaitu mengalihfungsikan para penjahit dari menjahit merchandise seperti tas & topi menjadi menjahit masker kain non medis.

Begitu foto masker produknya yang warna warni coraknya & ada yang terbuat dari kain lurik diposting di FB, rupanya langsung menarik perhatian teman-teman Arum. Dari produk awal yang cuma sedikit tidak begitu lama langsung melonjak pemesanan yang masuk. Dari produksi pertama tanggal 16 Maret s/d 11 April tercatat yang memesan sudah ada 5 klien dengan produksi total 3000 masker. Dari keuntungan yang diperoleh sebagian dialokasikan untuk membuat masker juga & dibagi-bagi kepada ojok online yang lewat dekat rumah Arum.

Di tengah proses pembuatan masker, saat Arum berbelanja bahan kain untuk membuat masker, tiba-tiba ada yang menawari kain tebal berbahan parasut yang bisa dibikin hazmat. Arum belum bisa langsung memutuskan beli saat itu juga karena pertama ia tidak punya pengalaman membuat hazmat & yang paling mendasar adalah harga jualnya akan terlalu tinggi. Ia akhirnya ‘curhat’ kepada teman-temannya lewat FB maupun WA. Tanpa diduga banyak respon positif yang diterima & akhirnya banyak donatur yang bersedia menyumbang baik dari warga Kagama maupun non Kagama.

Maka proses produksi hazmatpun terjadilah & Arum menjualnya kepada fasilitas-fasilitas kesehatan yang berada di Yogyakarta dengan harga di bawah ongkos produksi. Jadi kekurangannya yang sekitar 25% disubsidi oleh uang dari para donatur. Arum membagi pengerjaan hazmat ke 3 perusahaan konveksi yang berbeda agar bisa mengejar tenggat waktu. Dari produksi pertama tanggal 30 Maret sampai 11 April sudah berhasil diproduksi 1200 pcs & sudah didistribusikan ke para pemesan.

Lalu yang terjadi berikutnya bahkan juga tak ada dalam bayangan Arum. Ia percaya Tuhan bekerja secara misterius dalam urusan rejeki. Mendadak ada sebuah perusahaan bernama Transportasi Gas Indonesia lewat dana CSR-nya memesan hazmat sebanyak 300 pcs. Kali ini Arum menjualnya dengan harga normal & ia bersyukur mendapatkan keuntungan yang lumayan. Sebagai tanda syukurnya itu sebagian keuntungan dari order TGI & sedikit keuntungan yang diperoleh dari penjualan masker diujudkan menjadi hazmat & disumbangkan kepada Kagama Care. Dari 100 pcs yang dijanjikan saat ini baru terealisasi 20 pcs, sementara sisanya masih on progress.

1 Comment

  1. Aku memesan masker di mbak Arum Titisari untuk aku bagikan ke tukang sayur..tukang tahu keliling tukang sampai dan tukang makanan lain yv lewat dekat rumahku. Semoga bermafaay bagi kesehatan bersama

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*