Kepala OIKN Basuki Hadimuljono Kunjungi Pemuliaan Ayam Kampung Hibrida Inisiasi KAGAMA Kaltim, Berikan Pujian Atas Hilirisasi yang Dilakukan

Oleh: Humas Kagama Balikpapan

Sejak tahun 2009 Laboratorium Genetika Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) telah melakukan penelitian dan pengembangan satu varietas ayam yang selanjutnya diberi sebutan Gama Ayam. Inisiatior penelitian Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono yang saat ini menjabat Dekan Fakultas Biologi fokus melakukan persilangan ayam untuk menghasilkan ayam kampung yang lebih produktif, baik sebagai petelur atau pedaging. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan sumber pangan lokal, khususnya ayam kampung yang semakin meningkat.

Pada tahun 2014 munculah ayam Golden Kamper hasil persilangan antara ayam jantan Pelung dengan betina layer (petelur). Kemudian tahun 2020 tercipta ayam Mahar, dan tahun 2021 menyusul ayam Layar.

Awal tahun 2024, Ketua KAGAMA Pengda Kaltim yang juga merupakan alumnus Fakultas Biologi, Didiek Anggrat  kemudian membawa ide hilirasasi produk akademik tersebut ke daerah tempat tinggalnya Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Bersama KAGAMA setempat dibantu KAGAMA Pegiat Inklusi, mengajak beberapa warga yang berpengalaman beternak ayam untuk membudidayakan sekaligus menguji Ayam Mahar dan Ayam Layar di lingkungan iklim Kalimantan Timur yang tentu berbeda dengan di Yogyakarta tempat UGM melakukan penelitian.

Lokasi kandang pemeliharaannya berada di Kelurahan Karangjoang Kota Balikpapan, bersebelahan dengan wilayah Hutan Lindung Sungai Wain dan Kebun Raya Balikpapan. Saat ini sudah satu tahun berjalan, ayam yang dikembangbiakkan telah mencapai 165 ekor, yang terdiri dari  galur murni Ayam Mahar dan Ayam Layar.

Rupanya aktivitas pemuliaan kedua ayam tersebut mulai mendapat perhatian positif dari berbagai pihak. Sabtu (19/4), kandang budidaya mendapat kunjungan dari Kepala Badan Otorita Ibukota Nusantara (OIKN) yang juga merupakan Ketua Umum PP KAGAMA, Basuki Hadimuljono, dan Wakil Walikota Balikpapan, Bagus Susetyo. Kunjungan diterima Didiek Anggrat bersama Ketua KAGAMA Pengcab Balikpapan, Yuniar Surindrasworo, dan beberapa peternak ayam yang melakukan budidaya selama setahun terakhir.

Basuki dan Bagus melihat langsung area penetasan telur, kandang anakan, dan beberapa model kandang penelitian. Beberapa model kandang dibuat untuk menguji respon produktifitas dengan model single colony, tertutup-terbuka dan lain-lain. Pada area yang lain juga dapat dilihat langsung kegiatan penelitian produk pakan secara mandiri berbahan baku azolla yang difermentasikan dengan bahan karbohidrat lainnya.

Basuki Hadimuljono melihat program yang dilakukan sangat bagus dan bisa menjadi jembatan kebermanfaatan langsung UGM bagi daerah, khususnya Kaltim sebagai penyangga Ibukota Nusantara. Ia menilai hasil penelitian para akademisi UGM seyogyanya tidak berhenti di internal sendiri, yang hanya membawa manfaat sekedar nilai KUM dan akreditasi sang peneliti sendiri.

“Kagama di daerah bisa menjadi mitra UGM dalam hal ini. Pembangunan IKN terus melaju sesuai rencana dimana tahun 2028 seluruh prasarana eksekutif, legislatif dan yudikatif rampung dan berfungsi penuh. Kagama Kaltim sebagai elemen mitra UGM di daerah ini harus siap,” tegasnya.

Senada dengan Basuki, Bagus Susetyo juga berkomentar positif. Menurutnya memuliakan kedua varietas ayam itu sangat menguntunngkan, karena dengan masa tumbuh kembang yang lebih cepat, yaitu 1,5 bulan untuk pedaging mencapai berat lebih dari 1 kilo, dan waktu 4,5 bulan saja untuk mulai bertelur. Sementara umumnya ayam kampung butuh waktu 2,5 bulan untuk mencapai berat yang sama dan 6 bulan untuk mulai bertelur. 

Bagus berkeyakinan hal tersebut bisa menjadi salah satu peluang menuju kemandirian bahan pangan daerah, khususnya untuk memenuhi kebutuhan protein. Ia menyebutkan sesuai data kajian bahwa saat ini ketercukupan karbohidrat dan protein dari wilayah sendiri di Kalimantan Timur ini masih sekitar di angka 50%.

“Artinya separuh kebutuhan pangan Kaltim saat ini masih harus didatangkan dari daerah lain,” ujarnya.

Sementara itu, Didiek Anggrat menjelaskan, saat ini budidaya dari penetasan telur (breeding) sudah sampai pada keturunan yang ketiga. Sejalan dengan hal itu pihaknya sedang mempersiapkan persilangan dari kedua galur, di mana ayam betina Mahar dengan ayam jantan Layar menjadi hibrida baru dinamakan Manyar, dan ayam betina Layar dikawinkan dengan ayam jantan Mahar yang menghasilkan ayam Lamar.

Ke depan, rencananya hibrida Manyar dan Lamar akan diproduksi secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan telur dan daging ayam kampung. Ayam kampung ini mempunyai produksi telur diatas rata-rata umumnya ayam kampung. Grafik data menunjukkan ayam-ayam tersebut mampu terus bertelur setiap hari dengan jeda 4-6 hari setiap bulan.

“Setelah 3 tahun masa bertelur pun, selanjutnya masih layak untuk dipotong dan dikonsumsi sebagai daging ayam kampung,” tutur Didiek.

Salah satu peternak yang terlibat bernama Sultan menambahkan, sampai sekarang ayam yang sedang dibudidayakan sama sekali tidak dilakukan vaksinasi ataupun penambahan suplemen dan obat lainnya. Ia menyatakan 100% organik, terbukti masih tahan dengan penyakit yang biasanya menjadi momok besar bagi peternak ayam.

“Meski ada yang sempat tampaknya terkena penyakit ND (Newcastle Disease), namun hanya dengan dipisahkan kandang selama 14 hari berikutnya bisa sembuh sendiri,” terangnya.