Minggu (21/3/2021) pukul 10:00 – 12:00 WIB, PP Kagama bersama komunitas Kagama Writing menggelar talkshow daring melalui aplikasi Zoom Meetings dan disiarkan langsung melalui kanal Youtube Kagama Channel. Webinar mengangkat tema menulis kisah sehari-hari, menghadirkan narasumber Ari Kinoysan Wulandari yang merupakan penulis produktif. Acara dipandu oleh Intan Kemala Dewi, serta Anton Mart Irianto, Ketua Bidang 1 PP Kagama, berkenan memberikan kata sambutan.
Narasumber utama, Ari Kinoysan Wulandari memaparkan materinya dengan judul “Menulis Kisah Sehari-hari”. Ari menceritakan kisah sehari-hari merupakan karya tulis yang cukup sederhana. Bahasa yang digunakan seperti percakapan orang sehari-hari. Tema yang diangkat dalam cerita umumnya dikaitkan dengan kejadian dan lingkungan sekitarnya. Isi cerita biasanya singkat dan tidak memperlihatkan konflik yang berat.
“Cara bercerita atau POV menggunakan sudut pandang orang pertama seperti aku, saya, beta, gue, dll. Dan cerita-cerita tersebut dapat ditemukan dengan mudah di sosmed atau web-web pribadi.” ungkap Ari Kinoysan yang bergelar PhD Linguistik dari Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Menurut Ari, banyak khalayak yang mempertanyakan kenapa kisah sehari-hari banyak ditemukan dalam berbagai media cetak, elektronik maupun media sosial. Kisah sehari-hari ditulis oleh penulis untuk menggambarkan pengalaman, aktivitas sehari-hari yang memiliki perbedaan setiap individunya dan berkesan istimewa. Kisah sehari-hari umumnya bersifat personal / pribadi yang tidak memerlukan izin dalam menulis dan menyebarluaskannya. Menulis kisah sehari-hari merupakan ajang mengekspresikan diri dan melepas beban emosional.
“Di masa sekarang, orang dengan mudah membagikan kisah kesehariannya melalui akun media sosial atau website pribadi juga bertujuan untuk memperlihatkan eksistensi dirinya. Sehingga, setiap orang semestinya bisa menulis kisah kesehariannya sendiri.” ujar Ari yang pernah berkarir sebagai penulis skenario di Soraya Intercine Film.
Ari menjelaskan kisah sehari-hari juga dapat dipublikasikan tidak hanya melalui akun media sosial pribadi. Publikasi kisah sehari-hari juga dapat menghasilkan pemasukan atau income untuk penulisnya. Jika diterbitkan dalam media cetak berupa buku atau antologi yang diterbitkan, biasanya melalui prosedur yang berlaku pada penerbit yang bersangkutan. Begitupun, dengan platform media digital juga mengikuti prosedur yang disepakati antara penulis dan pihak yang menerbitkan.
Ari menggambarkan proses dalam menghasilkan tulisan bergantung pada tema apa yang akan ditulis. Pilihan peristiwa mempengaruhi tema yang dihadirkan dalam cerita yang ditulis. Contohnya, kejadian menyenangkan, menjengkelkan, menyedihkan, menakutkan atau menyeramkan, dan mengharukan. Kisah sehari-hari juga berangkat dari pengalaman inspiratif, memotivasi melalui kisah sukses berkarir individunya. Struktur dan komponen penulisan dalam menceritakan kehidupan sehari-hari sama dengan penulisan karya sastra pada umumnya. Pemilihan judul, opening / pembuka cerita, isi cerita, konflik / masalah yang disajikan, narasi atau dialog, tokoh dan karakter cerita, plot atau alur cerita, setting lokasi / peristiwa dan pilihan kosakata serta identitas penulis.
“Judul, opening atau pembuka, pengenalan karakter, pace / kecepatan cerita yang disajikan, ending / penutup cerita dan poin-poin tambahan serta identitas penulis harus ditulis jika kisah sehari-hari ingin dipublikasikan kepada khalayak umum. Proses kreatif dalam menulisnya diawali dengan menentukan tujuan publikasi penulisan, menyusun draf singkat yang akan ditulis, jika tidak terbiasanya menulis langsung dalam 1000 kata bisa dilakukan perlahan-lahan, sedikit demi sedikit hingga selesai. tulisan yang sudah selesai kemudian di koreksi baik ditambahkan maupun dikurang dalam tulisannya. Melengkapi dengan foto atau gambar jika diperlukan. Jika dimuat dalam media sosial, ada yang merespon, sebisa mungkin menjawab dengan ramah dan sopan.” imbuh Ari.
Ari menambahkan proses editing juga perlu dilakukan dalam mempublikasi kisah sehari-hari. Secara teknis, memperhatikan ukuran kertas, marjin yang dipilih, huruf, spasi didalam menuliskan cerita. Penulisan bahasa berpedoman pada bahasa apa yang digunakan, contohnya cerita dalam bahasa Indonesia berdasarkan pedoman PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia), jumlah halaman, porsi narasi dan dialog serta izin bila mengambil kisah orang lain.
“Menulis kisah sehari-hari memerlukan konsistensi seorang penulis. Belajar terus menerus dan memperbaiki kualitas tulisan secara kontinu. Membagikan kisah sehari-hari juga perlu diperhatikan apakah tulisan tersebut berbahaya dan malah menimbulkan kegaduhan di khalayak umum yang sifatnya negatif dan hanya mencari popularitas, memperbanyak tulisan dengan mempublikasi secara offline dan online melalui berbagai macam platform media serta dapat bergabung dengan komunitas menulis.” pungkas Ari mengakhiri paparannya. [arma]
*) Materi webinar selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:
Leave a Reply