Sepeda adalah sarana transportasi yang unik, sederhana, murah dan serba guna. Sarana transportasi ini telah digunakan sejak dua abad yang lalu, dan tetap bertahan hingga saat ini di tengah-tengah meluasnya penggunaan sarana transportasi lain yang lebih mengutamakan kecepatan dan kenyamanan. Sepeda merupakan sarana transportasi yang murah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, bersih dan ramah terhadap lingkungan.
Sepeda tidak menghasilkan zat pencemar sehingga udara di sekitar tetap terjaga. Semakin banyak orang yang memilih untuk bersepeda, semakin berkurang konsumsi bahan bakar untuk transportasi. Hal ini merupakan efisiensi energi yang sangat baik bagi lingkungan. Selain tidak menimbulkan polusi, bersepeda juga menyehatkan.
Diilhami oleh keunikan sepeda sebagai sarana transportasi di atas, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 3 Juni sebagai World Bicycle Day (WBD) atau Hari Sepeda Sedunia. Tujuannya adalah untuk mendorong penggunaan sepeda sebagai sarana untuk mencapai banyak tujuan mulai dari pembangunan berkelanjutan, kesehatan, pendidikan, inklusi sosial, toleransi hingga perdamaian.
Kagama Rame-Rame Mancal Pit (KaRMaPIT) bersinergi dengan Fisipol Ngepit (FisiPit) memperingati Hari Sepeda Dunia dengan menggelar acara berjudul Ngepit Bareng (Ngebar) keliling Yogyakarta, (Sabtu (3/6/2023). Start diawali dari Bunderan UGM melewati Tugu Golong Gilig menuju finish Titik Nol KM Yogyakarta. Acara menjadi sangat meriah karena beberapa komunitas bersepeda di Jogja ikut bergabung, seperti Gamago, Pesegi, HeisJo, dll.
Salah seorang pentolan KaRMaPIT, Agus Hartono mengatakan tema peringatan WBD tahun ini adalah “Riding Together for Sustainable Future”, yang terjemahan bebasnya adalah ngepit atau bersepeda bareng untuk masa depan yang berkelanjutan. Tentu saja tema ini diambil tidak lepas dari perubahan iklim yang saat ini kita hadapi bersama sebagai penghuni bumi, begitu imbuh Agus.
Menurutnya, perubahan iklim merupakan ancaman besar bagi masa depan umat manusia. Di saat upaya-upaya global untuk mengatasi persoalan tersebut masih jauh dari harapan, kita secara individual maupun komunitas bisa berkontribusi dan memainkan peran penting untuk mengatasi perubahan iklim dengan mengubah pola kehidupan keseharian. Salah satunya adalah kaitannya dengan mobilitas keseharian.
“Sarana transportasi merupakan salah satu penyumbang penting emisi karbon yang berpengaruh terhadap pemanasan global. Sepeda adalah sarana transportasi yang unik, sederhana, murah dan serba guna. Dampak bersepeda terhadap kesehatan ini telah dibuktikan melalui berbagai studi,” ujar Agus.
Agus melanjutkan, meningkatnya minat masyarakat untuk bersepeda, termasuk di Yogyakarta, merupakan perkembangan yang sangat menggembirakan. Semakin banyaknya warga yang menggunakan sepeda akan semakin meningkatkan dampak positif yang ditimbulkannya. Dan dampak ini akan menjadi lebih nyata, jika bersepeda bukan hanya menjadi sarana rekreasi di akhir pekan, tetapi juga menjadi pengganti sarana transportasi yang lain yang digunakan warga untuk menopang mobilitas keseharian.
Hari sepeda sedunia diharapkan bisa menjadi momentum bagi semua pihak untuk ikut mendorong penggunaan sepeda yang lebih luas untuk segala aktifitas dalam masyarakat, termasuk masyarakat Yogyakarta.
“Kami mengimbau kepada pemerintah untuk secara aktif mendukung upaya ini dengan memasilitasi para pengguna sepeda untuk memperoleh hak dan menjalankan kewajiban yang sama sebagai pengguna jalan raya seperti pengguna jalan yang lain. Kepada warga masyarakat, kami mengajak untuk membudayakan kembali pemakaian sepeda sebagai moda transportasi untuk mobilitas keseharian,” pungkas Agus.