Sabtu (17/7/2021) PP Kagama menggelar webinar Kagama Telekonseling seri ke-2 dengan mengangkat topik “Menjaga Kontaminasi Saat Isoman dan Desinfeksi paska Isoman”. Webinar menghadirkan dua narasumber yaitu dr. Raden Ludhang Pradipta Rizki, M.Biotech., Sp.MK dan Sri Purwaningsih, S.Kep. Ners., M.Sc. Berkenan memberikan kata sambutan Prof. Dr. Paripurna P. Sugarda, SH, M.Hum, LLM (Ketua Bidang IV PP Kagama), serta bertindak sebagai keynote speaker adalah dr. Joko Hastaryo, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Sleman). Jalannya acara dipandu oleh dr. Ratna Dewi Puspita, M.Kes. sebagai moderator dan Mufliha Fahmi, S.Psi, M.Psi sebagai MC.
Keynote speaker, dr. Joko Hastaryo menyebutkan peningkatan kasus di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya daerah Kabupaten Sleman mengalami lonjakan drastis pada bulan Juni 2021. Lonjakan kasus di bulan Juni terjadi dikarenakan adanya aktivitas libur pasca lebaran Idul Fitri yang dibarengi mobilitas tinggi masyarakat dalam berkumpul dan mengadakan kegiatan yang menimbulkan kerumunan.
“Berdasarkan data yang sejauh ini, varian baru Covid-19 yakni varian Delta yang menyebabkan lonjakan kasus akan berlanjut hingga bulan Agustus 2021. Hal tersebut merupakan prediksi dari para pakar kesehatan. Sehingga, PPKM darurat diterapkan di Jawa dan Bali.” ujar dr. Joko.
Dr. Joko menambahkan, data yang dikumpukan Dinas Kesehatan Sleman menemukan hanya sebagian tempat tinggal memenuhi syarat isolasi mandiri yakni dengan kamar mandi dan toilet khusus dan berjarak dengan anggota keluarga lainnya dalam satu rumah. Sedangkan sebagiannya lagi tidak memenuhi syarat.
“Sebagian tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat ini memicu munculnya kluster-kluster keluarga yang massif tercatat di wilayah Sleman. Banyak kasus ditemukan selama menjalani isolasi mandiri, individu yang positif ini masih melakukan kegiatan sehari-hari dan parahnya masih menjalankan mobilitas seperti berbelanja di warung dan ke pasar. Hal tersebut menjadi sumber penularan yang mengakibatkan lonjakan kasus muncul di Sleman.” pungkas dr. Joko.
Narasumber pertama, dr. Ludhang memaparkan tahapan dalam membersihkan dan mendisinfeksi lingkungan tempat tinggal saat pandemi. Varian baru yang muncul dari virus SARS Cov2 menjadi problem baru dalam mengatasi pandemi secara global. Varian Delta yang merebak massif di Indonesia membuat angka kasus meningkat, ketersediaan faskes menipis dan PPKM darurat diterapkan hingga 20 Juli mendatang.
“Varian Delta ini mengakibatkan penyebaran virus lebih cepat. Varian virus ini tidak hanya terdapat di Jawa dan Bali namun sudah sampai di Papua. Program vaksinasi menjadi satu upaya yang cukup efektif untuk mencapai herd immunity. Namun, secara data kurang lebihnya 11% masyarakat Indonesia yang menerima vaksin dosis penuh.” ujar dokter yang menjadi spesialis Mikrobiologis Klinik di FKKMK UGM tersebut.
Selanjutnya dr. Ludhang mengatakan, masyarakat yang belum mendapatkan vaksin menjadi individu yang rentan terinfeksi Covid-19. Pasien positif banyak ditemukan di lapangan perlu penanganan medis dan dirawat intensif di Rumah Sakit. Rumah sakit pada saat ini memprioritaskan penanganan pada pasien positif dengan gejala berat dan pasien dengan komorbid.
Terbatasnya daya tampung rumah sakit dan munculnya berbagai opini miring terkait pasien di-covidkan dengan sengaja oleh RS mengakibatkan masyarakat enggan memeriksakan diri dan melaporkan kasus Covid-19. Muncul pertanyaan seberapa besar seseorang bisa terpapar Covid-19 dengan percikan ludah?
Dominasi kasus positif Covid-19 lebih banyak dengan kontak dengan penderita yang sudah positif sebelumnya baik itu diketahui maupun tidak diketahui. Menjaga lingkungan agar tetap bersih menjadi sebuah keharusan. Mencuci tangan setelah beraktivitas dan sebelum memegang wajah menjadi kewajiban. Intinya virus tidak dapat hidup pada benda-benda diluar tubuh manusia. Virus bisa bereplikasi dengan membajak sel inang pada manusia dan hewan.
“Kebersihan lingkungan saat isolasi mandiri dapat dilakukan dengan membersihkan secara teratur permukaan peralatan rumah dan mengurangi kontaminasi permukaan. Jika bersama penderita Covid-19 di rumah, usahakan disinfeksi dalam 24 jam terakhir dengan menggunakan antiseptik dan disinfektan. Yang paling utama menyediakan kamar tidur dan kamar mandi terpisah.” demikian dr. Ludhang mengakhiri paparannya.
Senada dengan apa yang dr. Ludhang sampaikan, Sri Purwaningsih dari Badan Mutu Pelayanan Kesehatan DIY menjelaskan apa saja yang dilakukan ketika menjalani isolasi mandiri. Isoman merupakan upaya mengurangi resiko penularan Covid-19 dengan memisahkan individu dengan gejala ringan atau tanpa gejala Covid-19 dengan persyaratan kamar terpisah dan kamar mandi terpisah dengan ventilasi udara yang baik.
Sri menambahkan, secara ringkas, protokol isolasi mandiri tidaklah rumit. Cukup stay at home, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan mengonsumsi berbagai multivitamin, serta tetap mengerakkan badan serta sering berjemur. Juga setiap hari usahakan selalu membersihkan kamar tidur, cuci sendiri pakaian dan alat makan dengan memisahkan dengan anggota keluarga lainnya. Jangan enggan untuk melaporkan diri dan keluarga kepada gugus tugas Covid-19 setempat.
“Aspek utama yang menjadi garda terdepan pencegahan penularan adalah menjaga kebersihan tangan dengan disiplin mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun berdasarkan protokol kesehatan yang sudah diterapkan. Menggunakan masker yang tertutup rapat dan sesuai standar kesehatan dan disiplin dalam disinfeksi permukaan benda yang sering digunakan dan mengelola limbah sampah pasien dengan cara dibungkus dua lapis plastik serta menerapkan physical distancing.” pungkas Sri. [arma]
*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:
Leave a Reply