Kagama Singapura di Kelas Inspirasi #4 SIS: Ajak Berani Bermimpi & Rencanakan Masa Depan

Oleh: Humas Kagama Singapura 

“Bermimpi itu gratis, sederhana dan mudah, hanya butuh perjuangan serta keberanian untuk mewujudkannya…”

Mimpi ini yang kemudian menjadi inspirasi pada kegiatan Kagama Singapura dengan Sekolah Indonesia Singapura (SIS), yang digelar di aula SIS, Kamis (26/10/2023). Kegiatan rutin yang menjadi wujud sinergi antara para alumnus Universitas Gadjah Mada dengan Sekolah Indonesia yang ada di Singapura kali ini, bertujuan untuk mengajak para siswa agar berani bermimpi, menentukan cita cita, merencanakan masa depan, dan menuangkannya dalam tulisan.

Pada kesempatan ini, Kagama menghadirkan tiga narasumber yaitu Denny Wahyu Sasongko, lulusan Fakultas Psikologi yang saat ini menjabat Senior Manager Regional Talent Development & Management Multi National Company di Singapura, Wahyu Tri Raharjanti, lulusan Psikologi UGM yang aktif dalam kegiatan sekolah serta tertarik dengan perkembangan anak serta remaja, dan Reynilda Hendryatie, lulusan Sastra Inggris yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Kagama Singapura. Hadir pula beberapa fasilitator yaitu Eko Kusuma Suryanzah, Yustiniani Mouton, Aprilita Kusumaningrum dan Ananda.

Masa remaja adalah periode yang sangat penting dalam proses perkembangan individu dan saat yang berharga untuk menggali potensi diri untuk menemukan impian, dan meraih prestasi di masa depan. Pada masa ini, individu sedang berada dalam proses pencarian jati diri, mengenal siapa dirinya sebenarnya, dan menemukan tempatnya dalam dunia.

Impian membantu mereka memahami apa yang ingin dicapai dan bagaimana mereka ingin membentuk diri di masa depan. Sehingga remaja dapat memiliki motivasi dan tujuan yang jelas serta membantu remaja menghadapi tantangan dan rintangan. Jika remaja mampu memiliki tujuan dan motivasi hidup yang jelas maka mereka akan lebih terbuka terhadap peluang baru, kreatif, lebih bersemangat dalam meraih prestasi dan mampu berkontribusi secara positif di masyarakat dan bangsanya.

Kegiatan diawali dengan perkenalan narasumber, pembagian kelompok, kemudian ice breaking berupa tes fokus agar anak anak lebih bersemangat. Sebanyak 68 siswa SD, 52 siswa SMP, dan 54 siswa SMU mendengarkan dengan antusias dan aktif berinteraksi dalam menjawab beberapa pertanyaan dari narasumber.

Para siswa kemudian dipisah dalam dua kelompok berdasarkan kelas. Siswa siswi kelas 1 hingga 6 SD diajak untuk menggambarkan impiannya melalui karya seni Rainbow Macrame Keychain, yang dipimpin oleh Reynilda Hendryatie, yang memang dikenal sebagai pengajar juga penggiat seni dan kerajinan tangan. Karya seni ini, diharapkan dapat menjadi media untuk mengungkapkan dan menjadi visualisasi impian. Menyimpul tali untuk membentuk awan dan pelangi lalu menuliskan mimpi memiliki makna dalam sekali.

Bahwa memiliki impian haruslah tinggi agar muncul semangat untuk bekerja keras demi mewujudkannya, dan meski jalan dalam menggapainya tidak selalu lancar, akan ada warna warni pelangi sebagai simbol masa depan cerah yang menanti untuk mereka yang tidak pernah putus asa atau mudah menyerah. Selama pembuatan karya seni anak anak terlihat sangat antusias dan penuh semangat. Sesekali mereka menunjukkan kegembiraannya dengan bertanya, bercerita, hingga tertawa bersama. Sebuah pemandangan yang tak ternilai harganya.

Sebuah riset di Harvard Business School pernah melakukan penelitian tentang hubungan antara memiliki cita-cita dan menuangkannya dalam bentuk tulisan dengan pencapaiannya. Hasilnya 84% tidak memiliki impian, 13% punya impian yang spesifik jelas tapi tidak menuliskannya, dan 3% punya impian yang spesifik, jelas dan tertulis.

Setelah 10 tahun seluruh responden di-survey perkembangannya, ternyata 13% orang yang punya impian, spesifik dan jelas tapi tidak menuliskannya memiliki penghasilan 2x lipat dibandingkan 84% orang yang tidak punya impian. Hebatnya lagi, 3% orang yang punya cita cita dan menuliskannya memiliki penghasilan 10x lipat dibandingkan 97% lulusan lainnya.

“Penelitian tersebut memotivasi kami untuk memfasilitasi para murid SIS ini,” ujar Denny dan Wahyu mengawali kegiatan di hadapan 106 murid SMP dan SMU. Para murid lalu dibagi menjadi 10 kelompok, dengan didampingi fasilitator yang memberikan arahan bagaimana cara mewujudkan impian melalui beberapa pilihan tema visualisasi impian.

Ada 10 tema yang harus dipilih para murid untuk Visualisasi Impian, yaitu Laut Impian, Danau Impian, Bukit Impian, Ladang Impian, Taman Impian, Galaxy Impian, Pohon Impian, Sawah Impian, Langit Impian, dan Rumah Impian. Untuk setiap tema disediakan lembaran kertas dengan warna berbeda sesuai tema yang dipilih masing-masing kelompok.

Selanjutnya kertas harus dilipat atau digunting untuk membuat bentuk-bentuk sebagai interpretasi dari tema, kemudian setiap peserta dalam grup diarahkan oleh ketua kelompok masing-masing menuliskan impiannya dengan penuh keyakinan dan keberanian. Setelah waktu habis, masing-masing kelompok menyerukan yel sebagai tanda bahwa mereka sudah menyelesaikan misi visualisasi impian masing-masing.

Sebagai penutup, ketua dan perwakilan kelompok mempresentasikan impiannya yang kemudian dinilai oleh para juri, yang terdiri dari Yenny Dwi Maria, kepala sekolah SIS, dan Irawati Djati, wakil Duta Besar Singapura yang merupakan lulusan Fakultas Ekonomi UGM. Dewan juri akhirnya memilih 5 kelompok terbaik, yaitu Sawah Impian, Pohon Impian, Danau Impian, Bukit Impian, dan Galaksi Impian. Selamat!

 “Mau sekecil atau setinggi apapun, impian adalah impian, yang tetap mengarahkan kita kepada hidup yang benar,“ ujar Mukti, ketua kelompok visualisasi Danau Impian. Sementara kelompok Galaxi Impian mengakhiri presentasinya dengan sebuah kalimat bijak, “Walaupun banyak rintangan, kita harus berani menghadapi dan keluar dari zona nyaman untuk meraihnya.” Sangat mengagumkan!

“Semoga para murid bisa menjadi generasi tangguh yang inovatif, kreatif, dan berbudi luhur serta berani bermimpi untuk meraih prestasi di masa depan sejak dini,” ujar Wahyu mengakhiri kegiatan.