Kagama Parenting Gelar Seminar di Pesantren Modern Bumi Cendekia, Bahas Psikologi Remaja & Tantangannya

Oleh: Humas Kagama Parenting

Setelah resmi disahkan dengan SK sebagai bagian dari Kagama Komunitas, para pengurus Kagama Parenting langsung bergerak cepat menyusun program kerja. Agenda pertama yang direalisasikan adalah menggelar seminar tentang psikologi remaja dan berbagai permasalahannya di Pesantren Modern Bumi Cendekia, Mlati, Sleman, Jumat (6/12).

Seminar digelar dengan tujuan utama menekankan pentingnya menyiapkan remaja agar kelak menjadi generasi tangguh dan berkarakter. Serta untuk menegaskan kembali peran penting orang tua dan guru dalam mempersiapkan remaja menghadapi masa depan. Dengan memahami karakter tiap anak, menghadirkan kesabaran dan pendampingan intensif, diharapkan remaja mampu menjadi generasi yang unggul, bertanggung jawab, dan siap berkontribusi positif bagi masyarakat.

Seminar diikuti oleh sekitar 20 orang remaja penghuni ponpes. Mewakili Kagama Parenting sebagai narasumber, yaitu Rahayu Wijayanti dan Unggul Adri. Mereka berdua bukan hanya menyampaikan materi, namun juga memberikan banyak masukan pada saat sesi tanya jawab, sehingga konsepnya bukan murni seminar tapi forum sharing.

Rahayu Wijayanti, akrab disapa Yanti, mengawali pembicaraan dengan menjelaskan pemahaman bahwa anak-anak adalah aset berharga bagi masa depan bangsa. Baik orang tua maupun guru harus bertanggung jawab untuk terus menggali dan mengarahkan kecerdasan serta karakter anak agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat mental, mampu memahami kelebihan dan kekurangannya, serta memiliki empati dan toleransi tinggi.

Lebih lanjut, Yanti mengajak para peserta seminar untuk mengenal empat tipe dasar kepribadian, yaitu sanguin, koleris, plegmatis, dan melankolis. Menurutnya, pengenalan tersebut dinilai sangat penting, bukan hanya untuk memahami diri sendiri, tetapi juga untuk menentukan cara terbaik saat berinteraksi dengan anak, murid, ataupun pasangan.

“Dengan memahami tipe kepribadian, diharapkan tujuan setiap pihak dapat tercapai lebih efektif,” ujarnya.

Yanti menegaskan mendidik remaja memang bukan perkara mudah. Ia menyatakan, di pesantren para guru menghadapi situasi di mana anak-anak bukanlah putra kandung mereka, sehingga membutuhkan kesabaran ekstra. Ia berpendapat orang tua yang cenderung “pasrah” pada pihak sekolah memperbesar tantangan yang dihadapi para pendidik.

“Meski demikian, motivasi untuk berprestasi dan visi jangka panjang harus tetap ditanamkan pada para remaja agar mereka siap menjadi calon pemimpin, orang tua, dan imam yang bertanggung jawab di masa depan,” tuturnya.

Yanti mengamati, remaja kerap dibebani tekanan akademik serta kebingungan akan masa depan, terlebih dengan tuntutan keluarga di era modern. Dalam hal ini, Kagama Parenting menegaskan pentingnya menyeimbangkan usaha dengan doa, pikiran positif, dan evaluasi diri. Menurutnya, gagal tidak berarti akhir dari segalanya, sedangkan keberhasilan bukan alasan untuk menjadi jumawa. Keduanya adalah bagian dari proses belajar yang harus dihadapi dengan bijak.

“Perkembangan hormon remaja yang belum stabil turut mempengaruhi emosi, keingintahuan akan lawan jenis, serta dinamika pertemanan,” pungkasnya.

Senada dengan Yanti, Unggul Adri menyatakan fenomena yang disebutkan Yanti tersebut wajar dan alami. Ia berpendapat tugas orang dewasa adalah memberi arahan mengenai siklus biologis normal dan cara menjaga kebersihan serta kesehatan.

“Dari sisi psikologis, remaja perlu dilatih mengatur pikiran dan waktu agar tetap fokus pada kewajiban utama, yaitu belajar dan meraih cita-cita,” ujar Unggul.