Hari Sabtu (6/2/2021), Humas PP Kagama kembali menyapa Nusantara lewat siaran Instagram Live dengan alamat @infokagama. Topiknya “Pelaku Seni Musik dan Seni Peran” menghadirkan dua narasumber yakni Brian Prasetyoadi yang dikenal sebagai vokalis band Jikustik dan Sekar Sari yang populer sebagai aktris dan penari. Acara dimulai sejak pukul 16:00 WIB dan berlangsung sekitar 45 menit, dipandu oleh Saka Kotamara dari tim Humas PP Kagama.
Seperti kita tahu Brian Prasetyoadi adalah alumnus Fakultas Teknik UGM yang dikenal publik sebagai vokalis band Jikustik. Selain berprofesi sebagai musisi, Brian juga berprofesi sebagai pengusaha dan entrepreneur. Jabatannya adalah Direktur CV. Berintik Kreatif sekaligus owner “Cover Studio Jogja”. Kemudian Sekar Sari, alumnus Fakultas Isipol UGM adalah artis multi talenta, berprofesi sebagai aktris, penari, serta presenter.
Brian bercerita tentang aktivitasnya sepanjang 2020 terkait dunia entertainment yang ikut terdampak pandemi Covid-19. Menggelar acara off air tentu saja tidak memungkinkan. Namun ia bersyukur masih biasa menyiasatinya dengan menggunakan media online, seperti membuat konten Youtube dan media sosial lainnya. Selain itu ia juga memproduksi materi yang berkaitan dengan dunia audiovisual untuk perusahaannya, CV. Berintik Kreatif dan Cover Studio Jogja.
Brian juga menceritakan awal kisah karirnya dalam dunia musik berawal dari menyanyi off air dari café ke café pada kelas 2 SMA. Seiring berjalannya waktu ia belajar musik sembari kuliah di program studi S1 Teknik Industri UGM. Pasang surut yang dialaminya justru membuat talentanya di dunia seni yang ditekuninya semakin terasah.
Brian menjelaskan adanya kaitan seni musik dan ilmu manajemen yang ia peroleh saat menempuh kuliah di Fakultas Teknik UGM. Ia menemukan ada hubungan antara produksi musik melalui lagu dan sistem manajemen yang secara tidak langsung beriringan dengan lahirnya karya musik tersebut. Kemudian bagaimana maintance antara karya musik yang dihasilkan berhubungan dengan pendengar musik.
Selama kuliah Brian mengakui sempat mengalami kesulitan membagi waktu antara tour musik dan kegiatan akademik. Walaupun demikian, ia bisa mengatasinya dan dapat menyelesaikan studinya di UGM dengan tidak mengecewakan.
Sementara itu Sekar Sari bercerita tentang aktivitasnya selama tahun 2020 tahun atau tahun pandemi Covid-19. Ia tetap menjalani syuting beberapa proyek film dengan menerapkan protokol kesehatan seperti rapid test dan menjaga jarak. Namun ia sedikit kecewa karena ada penundaan launching film dan beberapa proyek kreatif lainnya juga mengalami penjadwalan ulang.
Sekar sempat tidak menyangka dirinya bisa masuk dan berkuliah di Universitas Gadjah Mada pada program studi S1 Hubungan Internasional. Sekar yang pernah part time di OIA (Office of International Affair) UGM sering terlibat sejumlah event atau kegiatan internasional sebagai MC dan presenter, serta pernah menjadi pembawa acara berita di stasiun televisi lokal di Yogyakarta. Sekar terjun ke dunia seni peran berawal dari beberapa proyek film pendek, sembari mengerjakan skripsi hingga menyelesaikan studi.
Pada tahun 2014, Sekar menjadi peran utama pada film “Siti”. Ia memerankan tokoh bernama Siti, perempuan penjual peyek jingking di Parangtritis sekaligus menjadi pemandu karaoke di malam hari. Pada suatu hari suaminya lumpuh dalam kecelakaan yang menenggelamkan kapal nelayannya, menyebabkan Siti terjebak dalam lilitan utang. Berkat aktingnya yang sungguh ciamik, membawa Sekar memenangkan berbagai penghargaan diantaranya aktris terbaik dalam The Singapore International Film Festival 2014, aktris terbaik dalam Usmar Ismail Awards 2016, dan sebagai aktris muda terbaik dalam Indonesian Movie Actors Awards 2016.
Sehabis film “Siti” kemudian Sekar terlibat dengan proyek film-film panjang berikutnya. Keterkaitan seni peran dengan studi yang dipelajari ketika berkuliah di Hubungan Internasional dirasakan Sekar ketika memeran tokoh seorang putri pejuang GAM pada sebuah film panjang, Ilmu resolusi konflik yang didapatkan ketika kuliah ia gunakan sebagai bagian dalam mendalami tokoh yang ia perankan yang diekspresikannya melalui olah tubuh dan gerak, ucapan dan karakter.
Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan optimisme dan harapan yang ada pada kedua narasumber. Harapan keduanya adalah dunia seni dapat bertahan dan memunculkan kreativitas dalam melaksanakan kegiatan entertainment dengan tetap mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah.
Melalui seni musik, Brian mengharapkan adanya wadah bersama tempat menyalurkan bakat-bakat musik, baik menyanyi dan memainkan alat musik. Karena ia melihat Yogyakarta sebagai kota pertemuan berbagai kalangan yang memiliki tingkat kemungkinan bakat-bakat pemusik yang kreatif dan bervariasi dan tentunya memperkaya karya musik Indonesia. Sedangkan Sekar melalui seni peran berharap ke depannya adanya kolaborasi seni peran dengan riset akademik. Ia optimis dunia seni dan riset akademik dapat berkolaborasi dengan baik, sehingga mampu menghasilkan suatu karya yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. [arma]