Inspi/Lari – Talkshow: Cedera Pada Pelari dan Langkah Preventif Meminimalkan Risikonya

Hari Sabtu (6/2/2021) pukul 10:00 – 11:30 WIB, Kagama Lari untuk Berbagi (KLUB) mengadakan webinar melalui aplikasi Zoom Meeting dan disiarkan langsung kanal Youtube KAGAMA Channel, berjudul “Inspi/Lari – Talkshow: Cedera Pada Pelari dan Langkah Preventif Meminimalkan Risikonya”. Webinar menghadirkan narasumber dr. Andi Kurniawan, Sp.KO ( Eminence Sport Medicine &Human Performance Center) dan dipandu oleh Umi Renani sebagai moderator.

Dr. Andi memaparkan bagaimana memahami risiko cedera dan masalah kesehatan lain yang berkaitan dengan olahraga lari, upaya pencegahan dan penanganan cedera serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi cedera saat olahraga lari. Saat ingin memulai olahraga lari tentu kondisi tubuh harus dalam keadaan sehat dan fit. Keputusan untuk tidak berlari harus diambil jika tubuh tidak dalam kondisi sehat dan fit. Walaupun secara kesehatan, lari merupakan olahraga yang baik untuk kesehatan fisik dan mental.

Berdasarkan data dari Clin Sports Medicine, angka prevalensi seorang pelari mengalami cedera tiap tahunnya berkisar 65 % – 90 % atau 6 dari 10 orang pelari pernah merasakan cedera tiap tahunnya. Cedera yang sering dialami diantaranya pada bagian lutut, engkel dan bagian kaki. Overuse Injury atau gerakan berulang yang dilakukan terlalu banyak atau terlalu cepat saat berlari yang kemudian membuat pelari mengalami cedera. Ada lima (5) cedera yang sering dialami oleh pelari diantaranya, Runners Knee yakni cedera disekitar lutut, Iliotibial Band Syndrom atau cedera otot yang berada bagian luar disamping lutut, Plantar Fasciitis atau cedera pada bagian telapak kaki, Achilles Tendinitis atau cedera pada bagian sekitar betis bawah tepatnya sekitar tendon telapak kaki, serta Shin Plint atau cedera pada bagian tulang kering

Menurut dr. Andi yang juga Dokter Tim Nasional Indonesia pada Asian Games 2018 mengatakan runners knee terjadi 40 % pada pelari, nyeri yang dirasakan di sekitar area tempurung lutut. Namun cedera ini dapat dicegah dengan sering melakukan stretching pada otot beberapa saat sebelum memulai lari dan perlu penguatan pada bagian quads dan hamstring. Iliotibial Band terjadi nyeri pada area panggul dan sisi samping lutut. Hal ini terjadi dikarenakan otot antara panggul hingga sisi samping lutut terasa kaku.

Jika terjadi cedera pada bagian ini segera dioleskan salep anti-inflamasi atau pereda nyeri. Plantar facitiis atau nyeri pada telapak kaki terjadi karena otot betis yang kaku dan untuk menghindari cedera pada telapak kaki disarankan untuk menjaga kelenturan otot betis dan membiasakan stretching pada bagian betis sebagai upaya preventif penguatan otot betis. Achilles Tendinitis atau cedera pada bagian tendon telapak kaki juga disebabkan oleh otot betis yang kaku sehingga tendon mendapatkan beban lebih saat berlari sehingga untuk menghindari cedera achilles, otot betis tidak boleh kaku dan harus dikuatkan melalui stretching yakni melakukan gerakan jinjit pada dua kaki. Shin Plint atau nyeri pada tulang kering yang terjadi karena teknik lari yang salah yang berakibat pembebanan yang tidak sempurna terjadi pada kaki sehingga membuat tulang kering menjadi nyeri dan upaya yang mesti dilakukan untuk menghindari nyeri tulang kering tersebut adalah melakukan teknik lari yang benar.

Dr. Andi menjelaskan cedera pada olahraga lari juga dipengaruhi berbagai macam faktor secara eksternal maupun internal. Faktor eksternal diantaranya gerakan lari yang berlebihan, permukaan medan tempat olahraga lari yang keras dan sepatu lari yang sudah tidak layak digunakan. Sedangkan Faktor internal yang mempengaruhi adalah kondisi otot yang kaku dan lemah, latihan lari yang berlebihan, teknik lari yang salah, memiliki riwayat cedera pada kaki, ketidakseimbangan otot antara kaki kanan dan kaki kiri dan tubuh yang mengalami dehidrasi. Namun permasalahan cedera yang menjadi momok bagi para pelari adalah riwayat cedera pada kaki yang tidak ditangani dengan baik.

Dr. Andi menambahkan pencegahan cedera dapat dilakukan melalui tindakan “recovery” dengan tujuan mengembalikan fungsi fisiologis tubuh ke kondisi semula. Tindakan “recovery” terdiri atas mandi dengan air panas maupun air dingin, melakukan kegiatan relaksasi pada bagian kaki, mengonsumsi nutrisi untuk mengganti kalori dan cairan tubuh yang dikeluarkan saat lari dan memakai compression garmen pada saat rekreasi atau tidur, olahraga ringan di kolam renang, melakukan stretching yang terjadwal, melakukan deep massage atau self massage dengan foam rolling, serta berendam di air es. [arma]

*) Materi webinar bisa disaksikan di kanal Youtube Kagama Channel: