Sejak tahun 2018 warga Kagama Gelanggang pada setiap hari raya Idul Adha mempunyai tradisi menyelenggarakan kurban bersama dengan cara membagikan kambing kurban kepada warga padukuhan yang berada di lereng Merapi – Merbabu. Untuk hari raya Idul Adha 1411 H acara serah terima secara simbolis kepada perwakilan pedukuhan berlangsung hari Kamis (30/7/2020) di kompleks kampus UGM.
Menurut Agus Supriyo, selaku koordinator acara, kegiatan kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena adanya pandemi covid-19 ia tidak berani mengambil resiko. Diputuskan dari 14 padukuhan yang berhak menerima kurban hanya ada 4 orang perwakilan yang datang, padahal biasanya satu padukuhan mengirimkan satu perwakilan. Lalu Agus yang juga diberi amanah untuk mengelola Kagama Qurban Network, agenda pembagian kurban yang diinisiasi oleh warga Kagama Virtual, akhirnya berinisiatif untuk menggabungkan kedua agenda tersebut dalam waktu yang sama.
Untuk tahun ini jumlah total kurban ada 14 kambing, 8 dari Kagama Gelanggang dan 6 dari Kagama Qurban Network. 14 padukuhan di lereng Merapi – Merbabu yang mendapatkan jatah paling banyak adalah yang berada di wilayah Boyolali yaitu 8 lokasi, Magelang 3 lokasi, Sleman 2 lokasi dan Klaten 1 lokasi.
Mengenai kenapa kambing kurban didistribusikan kepada para warga lereng Merapi – Merbabu, Rahman Hidajat yang biasa akrab disapa Cak Man, selaku penanggung jawab kegiatan memberikan alasannya, “Sudah sejak lama kita ada ikatan kuat dengan warga di sana. Jika ada bencana Merapi meletus, warga gelanggang dari dulu terjun langsung untuk ikut menangani para pengungsi. Lalu Keluarga Gelanggang yang alumninya terdiri dari berbagai jenis disiplin ilmu, banyak yang bersinergi dengan warga Merapi di segala bidang dalam berbagai aktifitas. Juga apabila mereka membutuhkan pembinaan, kita selalu siap hadir.”
Cak Man mengatakan tahun ini karena adanya pandemi corona jumlah donatur jauh berkurang dibanding tahun lalu. Ia salut dan memberi acungan jempol kepada warga gelanggang yang di saat sulit seperti ini bukan menjadi alasan untuk tidak berkurban. Keluarga Gelanggang sadar bahwa justru di saat-saat sulit seperti ini, dibutuhkan rasa kebersamaan, saling peduli yang lebih besar daripada pada saat normal. Dan jiwa-jiwa kepedulian kepada sesama, peka terhadap segala permasalahan sosial di sekitar memang sudah tertanam sejak lama dan itulah yang menyatukan warga pegiat gelanggang.