
Jumat (11/4), berlangsung pertemuan antara pihak PP KAGAMA dengan pihak Fakultas Biologi UGM di Ruang Sidang KPTU Fak. Biologi. Mewakili KAGAMA, hadir Kepala Bidang Pengembangan Potensi Daerah yang juga merupakan Ketua KAGAMA Kaltim, Didiek Anggrat, didampingi 2 orang pengurus KAGAMA Pegiat Inklusi, Anwarini dan Ratna Puspitasari. Sedangkan Dekan Fakultas Biologi, Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Ag.Sc. hadir mewakili pihak fakultas, didampingi 2 orang stafnya.

Kunjungan KAGAMA ke Fakultas Biologi adalah dalam rangka membicarakan kesepakatan hilirisasi produk fakultas, yaitu berupa pemuliaan galur ayam kampung yang lebih produktif. Meski baru pembicaraan awal, namun sudah terjadi kesepakatan kerja sama yang akan dilakukan. Masalah teknisnya bagaimana akan dibicarakan kemudian.
Produk ayam yang dibicarakan sebenarnya sudah lama adanya. Embrionya dimulai ketika Laboratorium Genetika Fakultas Biologi UGM mengembangkan proyek Gama Ayam pada tahun 2009 yang diinisiasi oleh Dr. Budi Setiadi Daryono yang saat ini menjabat Dekan Fakultas Biologi.
Gama Ayam fokus melakukan persilangan ayam untuk menghasilkan ayam kampung yang lebih produktif, baik sebagai petelur atau pedaging. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan sumber pangan lokal, khususnya ayam kampung yang semakin meningkat.

Untuk menciptakan galur ayam kampung yang lebih produktif, Gama Ayam memulainya dengan tahapan berbagai percobaan serta temuan galur dalam perkembangannya. Tahun 2014 munculah ayam Golden Kamper hasil persilangan antara ayam jantan Pelung dengan betina layer (petelur). Kemudian tahun 2020 tercipta ayam Mahar, dan tahun 2021 menyusul ayam Layar.
Didiek Anggrat sebagai alumnus Fakultas Biologi yang tentu saja ada ikatan kuat dengan almamaternya, tertarik untuk ikut mengembangkannya. Ia berpikir menyosialisasikan atau istilahnya hilirisasi ayam Mahar dan Layar kepada masyarakat akan membawa banyak manfaat.
Maka pada awal tahun 2024 Didiek menginisiasi pengembangan kedua galur ayam itu di Balikpapan, dan pemeliharaannya diserahkan kepada KAGAMA Kaltim bersama KAGAMA Pegiat Inklusi. Lokasi kandangnya ada di “Wudi Farm”, Jln. Sie Wain Km 15, Kal. Karang Joang, Kec. Balikpapan Utara, Balikpapan.
“Saat ini total ada sekitar 165 ayam yang dipelihara di kandang, baik Mahar maupun Layar,” terangnya.

Didiek menjelaskan, awalnya ayam Mahar dan Layar mempunyai spesifikasi sebagai ayam petelur kampung yang produktivitasnya melebihi ayam kampung biasa, di mana frekuensi bertelurnya lebih sering. Dalam perjalannnya ditemukan fakta bahwa ternyata ideal juga sebagai ayam pedaging, yaitu petumbuhannya lebih cepat dibanding ayam kampung biasa.
Kemudian, menurutnya pemberian makannya juga tidak susah, boleh dikatakan diumbar saja pasti hidup. Selain sangat adaptif terhadap lingkungan di Indonesia, dalam arti daya tahan terhadap penyakit begitu tinggi.
Faktor-faktor itulah yang memicu pemikiran Didiek untuk menyebarluaskan ayam Mahar dan Layar kepada masyarakat, karena mudah dipiara dan lebih bernilai ekonomis. Manfaatnya sangat banyak, di antaranya mampu menunjang kebutuhan protein masyarakat, baik telur maupun dagingnya. Juga bisa menguntungkan secara finansial, semisal dengan menjual ayam yang masih anakan (DOC) atau yang siap bertelur.
“Memelihara ayam Mahar dan Layar bisa menjadi unit usaha yang menguntungkan, bukan hanya untuk masyarakat umum namun juga bagi kawan-kawan KAGAMA,” ujarnya.

Didiek menambahkan, dalam perkembangannya setelah jumlah ayam Mahar dan Layar mencukupi, pihaknya kemudian berinisiatif menyilangkan ayam betina Mahar dengan ayam jantan Layar yang anakannya menjadi hibrida baru dinamakan Manyar. Lalu, ayam betina Layar dikawinkan dengan ayam jantan Mahar yang menghasilkan ayam Lamar. Rencananya hibrida Manyar dan Lamar akan diproduksi secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan telur dan daging ayam kampung.
Didiek mengungkapkan, setelah timnya mendapatkan data utama dan pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan, maka diadakankan pertemuan dengan pihak Fakultas Biologi untuk membahas kesepakatan hilirisasi. “Karena hak paten asalnya ada di fakultas, maka kami harus bicarakan baik-baik bentuk kerja samanya seperti apa,” ujarnya.

Mengenai pelaksanaan hilirasi produk UGM kepada masyarakat, menurut Didiek selama ini KAGAMA Kaltim sudah melakukannya beberapa kali, contohnya produk teknologi pemanen air hujan “Gama Rain Filter” karya Dekan Sekolah Vokasi UGM, Prof. Dr-Ing. Ir. Agus Maryono. Sebelumnya memang produk yang disosialisasikan kepada masyarakat hanya berasal dari jurusan teknik dan science, namun kali ini merambah kelompok agro, demikian imbuhnya.
“KAGAMA Kaltim selalu mendukung UGM dalam melepas kajiannya yang berdampak bagi masyarakat. Kami siap melakukan hilirisasi atau sosialisasi produk-produk UGM yang mampu membawa manfaat untuk masyarakat luas,” pungkasnya.