Oleh: Humas Kapsigama
Kesehatan mental saat ini menjadi perhatian penuh banyak pihak, sehingga sering dibahas secara luas. Berbagai topik sehari-hari dikaitkan dengan bahasan kesehatan mental sebagai bentuk preventif, kuratif dan rehabilitatif. Hal ini tidak terlepas dari tantangan dinamika dunia yang dihadapi oleh manusia modern. Menyadari hal itu, dalam rangkaian Lustrum XII Fakultas Psikologi, KAPSIGAMA menggelar diskusi berjudul “Psychology Circle Hub: Mental Health Now!” bertempat di Auditorium M. Jusuf Ronodipuro, Gedung RRI Jakarta, Sabtu (9/11). Acara bisa berlangsung berkat dukungan PT. Medco Energi Internasional Tbk, PT. Pembangunan Jaya Ancol dan RRI Jakarta.
Ketua KAPSIGAMA (Keluarga Alumni Psikologi Gadjah Mada), Prabaswara Dewi membuka acara, dan dilanjutkan Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset & SDM Fakultas Psikologi UGM, Sumaryono, M.Si., Psikolog, memberikan pidato pembukaan acara. Ketua HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) Dr. Andik M, M.si, Psikolog, yang bertindak sebagai keynote speaker, juga ikut berbagi tentang kebijakan kesehatan mental saat ini. Karena topik intinya adalah kesehatan mental, KAPSIGAMA juga turut menghadirkan Prof. Johana E. Prawitasari, Ph.D, yang telah sejak lama berdedikasi di dunia psikologi khususnya psikologi klinis.
Ketua Pelaksana, Satrio Andito mengatakan acara mengambil bagian pada upaya preventif dan promotif, serta memberikan gambaran tentang kesehatan mental dari berbagai sudut pandang. Hal ini memungkinan peserta untuk bertukar ide, wawasan, pengetahuan dan pengalaman. “Selain itu juga menjadi ajang diskusi menarik bersama para praktisi, pembuat kebijakan, mahasiswa, pemerhati psikologi dan perwakilan komunitas disabilitas,” ujarnya..
Rangkaian diskusi dibuka oleh Psikolog Kepolisian Madya Tk. I SSDM, Brigjen Polisi Adi Suhariyono, S.St. Mk., S.Psi., Psikolog. Materinya menghadirkan fakta melalui berbagai kasus kriminalitas yang telah ditangani selama kurang lebih tiga dekade terakhir. Para peserta diajak untuk peka terhadap ragam kronologi munculnya gejala gangguan mental pada pelaku tindak kriminal, karena hal tersebut akan menjadi dasar pengambilan keputusan.
Mas Adi begitu panggilan akrabnya di kalangan sesama alumni, berpesan hubungan sebab akibat antara kondisi mental dan perilaku kriminalitas tidak boleh disimpulkan secara gegabah. Ia membagikan pengalamannya dalam memberikan sentuhan humanis dan empatik sebagai bagian dari perannya di kepolisian, tidak hanya pada kelompok rentan (seperti penyintas bencana, korban kekerasan, ataupun kelompok masyarakat rentan lainnya), namun juga pada rekan-rekannya di institusi
“Karena sejatinya tugas para anggota kepolisian tidak terlepas dari stres dan potensi trauma,” tegasnya.
Melangkah dari dampak kesehatan terhadap kriminalitas, Nona Pooroe Utomo, Ed.M, M.A., Psikolog, menyampaikan materinyan judul “The Learning Farm”, dengan topik besarnya tentang resiliensi. Selalu ada kesempatan kedua dalam hidup, begitu statement Nona memulai presentasinya. Resiliensi diartikan sebagai kemampuan beradaptasi di masa-masa sulit dan kemampuan untuk bangkit kembali dan melompat lebih tinggi. Nona membagikan pengalaman orang-orang tangguh saat menghadapi masa tersulit dalam hidupnya dan kemudian mempunyai kesempatan kedua kehidupan mereka.
Nona juga membagikan pengalaman “The Learning Farm” menggunakan pertanian organik sebagai media proses belajar membangun lompatan lebih tinggi pada orang-orang yang resiliensinya kuat. Pertanian organik digunakan sebagai media belajar bahwa setiap hal dalam hidup ini ada tahapan-tahapannya serta ada konsekuensi logis dari setiap tahapannya. Mengenalkan aturan dan urutan yang dilalui dalam setiap tahapan kehidupan.
“Pertanian organik saya pilih karena mengajarkan bahwa dalam hidup sebaiknya memilih sesuatu yang tidak menimbulkan kerusakan lebih jauh,” pungkasnya.
Membangun resiliensi juga didasarkan pada tahap perkembangan, begitu materi yang dibawakan oleh Assoc. Prof. Dr. Wiwin Hendriani, S.Psi., M.Si. Baginya, orang tua yang tangguh dan sehat mentalnya adalah sebuah keniscayaan. Orang tua yang sehat mental akan lebih tangguh dalam melakukan pengasuhan. Resiliensi dan kesehatan mental adalah soulmate. Jika tidak ingin anak kena mental, maka orang tua juga harus “jaga mental”. Dalam pengasuhan, perubahan dimulai dari perilaku. Orang tua juga perlu melakukan coping dan adaptasi yang benar dan kuat serta menghitung faktor resiko dan faktor protektif yang akan membuat pribadi-pribadi dengan resiliensi yang kuat.
Selain ketiga narasumber di atas merupakan praktisi pelaksana, panitia juga mengundang Anindito Aditomo, S.Psi., M.Phil., Ph.D, sebagai penggagas dan pembuat kebijakan tentang pendidikan. Menurutnya, dalam konteks pendidikan yang merupakan proses pembangunan manusia, Indonesia sedang mengupayakan pergeseran paradigma pendidikan. Bila pada masa sebelumnya, pendidikan memberikan porsi besar pada membangun manusia yang kuat secara kognitif dan akademis, maka saat ini pendidikan memberikan fokus besar pada pembangunan karakter manusia.
“Penyesuaian kurikulum dilakukan untuk mendukung pendidikan karakter. Menurutnya perubahan selalu membawa kita pada proses yang juga membawa ketidaknyamanan. Pemerintah sedang berupaya dengan sungguh-sungguh untuk membangun kualitas kurikulum yang mendukung pembentukan karakter manusia Indonesia. Berbagai standar mutu dikembangkan dan dilakukan untuk menyempurnakan pendidikan karakter,” tutup pria yang akrab disapa Nino itu.
Panitia juga menghadirkan VP Corporate HR&GA Taco, Irwan Dewanto yang menyampaikan materi dari sudut pandang industri yang membahas tentang company life well being. Menurutnya aktivitas untuk mendorong kesehatan mental karyawan harus dibahasakan secara bisnis agar selaras dengan tujuan usaha. “Saya membuktikan data atau angka kepada manajemen perusahaan, bahwa karyawan yang bekerja dengan aman dan nyaman, terbukti meningkat produktivitas kerjanya,” ucapnya.
Lalu, hadir pula Corporate Strategy Manager Pertamina, Rima Widiyani Rahayu mengatakan bahwa nilai-nilai perusahaan haruslah selaras dengan penerapan di lapangan, agar karyawan termotivasi untuk mendukung visi dan target perusahaan.
Pembahasan lengkap tentang kesehatan mental ditutup dengan sesi Mindfulness oleh Adjie Santosoputro, yang menjelaskan tentang konsep dasar dari Mindfulness oleh Jon Kabat-Zinn, seorang profesor emeritus di University of Massachusetts Medical School yang sangat berpengaruh dalam menyebarkan praktek mindfulness di dunia. Di mana mindfulness itu sendiri diartikan sebagai kesadaran penuh yang muncul dari memperhatikan, menjangkarkan diri pada saat ini, dan tanpa menghakimi. Ini berarti kita melatih diri untuk hadir sepenuhnya di momen sekarang, mengamati pikiran dan perasaan tanpa terbawa olehnya, dan menerima segala sesuatu apa adanya.
Praktik mindfulness yang notabene adalah salah satu dari berbagai metode terapi dalam dunia psikologi, terbukti menjaga dan memulihkan kesehatan mental dengan; mengurangi stres dan kecemasan, meningkatkan kualitas tidur, meningkatkan konsentrasi dan kesadaran diri, serta meningkatkan empati,” pungkasnya.
Pada bagian akhir sesi menghadirkan perasaan berlatih merasa aman, nyaman, dengan menghayati setiap peran, gerak dan perilaku kita sehari-hari agar dapat mengupayakan terjaganya kesehatan mental bagi diri dan lingkungan sebagai bagian dari support system.