Oleh: Dian Kurniawati & Sigit Haryadi
Hari Sabtu (20/2/2021) pukul 09:00 – 11:30 WIB, KAGAMA Orchids kembali menyelenggarakan Forum Diskusi secara online melalui aplikasi Zoom Meeting dengan tema “Konservasi Anggrek Gunung Merapi”. Tema ini diambil sejalan dengan tema besar yang digaungkan oleh Kagama Orchids, yaitu Togetherness to Preserve Indonesian Orchids, bersama-sama kita lestarikan anggrek Indonesia. Narasumber acara webinar kali ini adalah Prof. Dr. Endang Semiarti, M.S., M.Sc. (Guru Besar Fakultas Biologi UGM), Widya Kridaningsih, SP (PEH Balai Taman Nasional Gunung Merapi), Titis Fitriyoso HP, SP. (PEH Balai Konservasi Sumber Daya Alam DIY), dan Warjono (Ketua FPL Palem). Turut berkenan hadir memberikan pidato pembukaan adalah H. Ganjar Pranowo, SH, M.I.P., Gubernur Jawa Tengah sekaligus Ketua Umum PP Kagama. Sambutan juga disampaikan oleh Kukuh Bayu Santoso, S.Hut (Kepala Seksi Monitoring Sumber Daya Genetik yang mewaikili Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati- Direktorat Jenderal KSDAE). Jalannnya acara ini dipandu oleh Putu Eka Andayani. Sedangkan Endah Sulistyo Rini dari Kagama Orchids tampil sebagai moderator. Acara ini sangat ditunggu-tunggu oleh pecinta anggrek se-Indonesia, di mana peserta yang hadir secara online kurang lebih ada 560 peserta, bahkan ada beberapa peserta yang berasal dari luar negeri.
Acara dimulai dengan sambutan dari Ketua Umum PP Kagama Ganjar Pranowo. Dalam sambutannya Ganjar menyampaikan bahwa Kagama saat ini sangat aktif di berbagai kegiatan. Hal ini dikarenakan Kagama didorong ke peminatan (base on community), sehingga banyak sekali komunitas-komunitas di Kagama. Salah satu komunitas yang aktif adalah Kagama Orchids. Pak Ganjar menyakini bahwa teman-teman yang ada di Kagama Orchids merupakan orang yang sangat peduli dengan anggrek, memiliki passion, love dan voluntary.
Dengan beragamnya kegiatan-kegiatan di Kagama, akan ada pernik-pernik kepedulian yang terbungkus dalam komunitas sehingga kedepannya akan berhasil dengan baik. Dalam komunitas dengan sendirinya akan terdorong adanya research, yang akan mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan. Hal penting lain dalam komunitas adalah akan timbul kebahagian bersama.
Khusus untuk anggrek yang ada di Merapi, Ganjar menyampaikan bahwa ia sangat peduli dengan anggrek Merapi. Ia menceritakan ada warga di Turgo bernama Musimin yang sangat concern dalam memelihara keunikan anggrek Merapi. Ganjar meminta Kagama Orchids untuk mendampingi Musimin.
“Salah satu cara agar anggrek tidak punah adalah dengan cara memotret, memberikan sedikit narasi dan kemudian mengupload di media sosial.” ujar Ganjar.
Terakhir Ganjar menyampaikan bahwa kita bisa menjadi jembatan untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang tidak beruntung dengan cara, misalnya menjual kaos. Saat ini kaos merupakan salah satu alat diplomasi dan juga dapat sebagai sumber pendanaan berbagai aktivitas program kerja.
Sambutan selanjutnya dari Kukuh Bayu Santoso yang dalam acara kali ini akan membacakan sambutan dari Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati- Direktorat Jenderal KSDAE. Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa negara kita merupakan salah satu negara yang memperoleh anugerah berupa kekayaan akan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik yang terdapat di wilayah daratan maupun di lautan. Keanekaragaman hayati tersebut dapat kita lihat pada level ekosistem, spesies, dan maupun genetik.
Pada level spesies, setidaknya terdapat sekitar 133 ribu jenis flora dan fauna hidup di wilayah negara kita, sebagian diantaranya merupakan jenis yang berada dalam kondisi terancam punah sehingga perlu diberikan status perlindungan. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018, terdapat 117 jenis tumbuhan yang termasuk dalam jenis dilindungi dengan 28 jenis diantaranya merupakan jenis anggrek.
Dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati yang meliputi perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari pada tiga level tersebut menurutnya membutuhkan kerja bersama dan sinergitas dari semua stakeholder. Peran pemerintah sebagai perumus dan penentu kebijakan perlu didukung oleh data-data valid yang dihasilkan dari riset maupun penelitian untuk mampu menghasilkan suatu kebijakan yang berpihak kepada kemakmuran masyarakat. Partisipasi aktif masyarakat di sekitar kawasan konservasi dalam setiap program dan kegiatan konservasi keanekaragaman hayati menjadi salah satu kunci keberhasilan implementasi konservasi kehati di lapangan.
Sampai dengan saat ini, terdapat 3 (tiga) kelompok pelestari anggrek Merapi di desa penyangga kawasan TNGM, yaitu : Kelompok Tani Ngudi Makmur di Dusun Turgo, Purwobinangun, Pakem, Sleman yang diketuai oleh Musimin, Kelompok Tani Hutan Sekar Arum di Dusun Tunggularum, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi dengan ketua Siyono, dan Forum Peduli Lingkungan Pecinta Alam Lereng Merapi (FPL PALEM) Dusun Batur, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, yang diketuai oleh Warjana. Selanjutnya kami mengharapkan agar kelompok-kelompok masyarakat binaan ini dapat berkembang dengan dukungan penuh pihak Balai TNGM untuk dapat saling bersinergi dalam menjaga keseimbangan ekosistem kawasan Merapi.
Di akhir sambutan Kukuh menyampaikan harapan semoga kegiatan ini menjadi momentum untuk meningkatkan kepedulian dan aksi nyata berbagai pihak dalam upaya konservasi anggrek spesies Gunung Merapi.
Pembicara pertama Widya Kridaningsih menyampaikan materi dengan judul “Keragaman Jenis dan Upaya Pelestarian Anggrek Merapi“. Bahasan pokok yang disampaikan adalah mengapa anggrek Merapi perlu dilestarikan? Hasil survey terakhir yang dilakukan oleh Balai TNGM pada 2018 menunjukkan ada kurang lebih 66 jenis di kawasan Gunung Merapi. Nilai indeks keanekaragaman anggrek di kawasan TNGM ini bernilai sedang, penyebaran sedang, jumlah individu sedang dan kestabilan komunitas sedang mendekati rendah. Hasil survey juga menunjukkan bahwa nilai kemerataan anggrek di kawasan TNGM masih jauh dari nilai 1, yang artinya spesies anggrek yang ada di TNGM belum terdistribusi secara merata.
Lebih lanjut menurut Widya arti penting anggrek bagi Merapi adalah anggrek adalah “mahkota” dari hutan, di mana jika anggrek lestari, berarti hutan juga akan lestari. Selain itu anggrek juga sebagai sumber plasma nutfah. Ada satu keistimewan anggrek Merapi menurutnya yaitu bahwa anggrek Merapi tahan terhadap kondisi lingkungan di habitat asli dengan suhu ekstrim tinggi.
Beberapa tahapan konservasi anggrek Merapi yang telah dilakukan adalah tahap perlindungan (penguatan data base, peningkatan partisipasi masyakat, perlindungan kawasan), tahap pengawetan (ada masyarakat pelestari dan telah dilakukan pengawetan jenis anggrek) dan tahap pemanfaatan (pusat edukasi dan riset, keterlibatan multipihak, dan masyarakat menerima manfaat).
Pembicara kedua adalah Warjono dari Forum Peduli Lingkungan Pecinta Alam Lereng Merapi yang menyampaikan materi berjudul “Konservasi Anggrek Merapi Kerjasama Balai Taman Nasional Gunung Merapi“. Upaya pelestarian anggrek asli kawasan Taman Nasional Gunung Merapi yang dilakukan oleh FPL Palem antara lain melalui inisiasi dan penandatanganan perjanjian kerja sama dengan Balai TNGM, eksplorasi dan koleksi spesimen, pemeliharaan dan budidaya untuk perbanyakan, serta konservasi yang sejalan dengan peningkatan ekonomi anggota kelompok.
Pembicara ketiga, Prof. Dr. Endang Semiarti menyampaikan materi berjudul “Potensi Anggrek Gunung Merapi (Vanda tricolor Lindley Var Suavis Forma Merapi) Serta Upaya Pelestarian Berbasis Bioteknologi“. Ia menyampaikan bahwa di Indonesia terdapat kurang lebih 5000 anggrek spesies yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, yang meliputi kurang lebih 1/6 dari keseluruhan anggrek di dunia. Untuk kawasan Gunung Merapi, ditemukan spesies asli berupa Vanda tricolor. Anggrek ini sangat istimewa karena menjadi icon Gunung Merapi dan anggrek ini ternyata tahan terhadap kondisi lingkungan di habitat asli dengan suhu ekstrim tinggi.
Salah satu upaya konservasi anggrek Merapi adalah melalui Sinergi Unsur A-B-C-G-M (Akademisi-Bisnis-Masyarakat/Asosiasi-Pemerintah-Media). Beberapa kegiatan nyata yang dilakukan melalui sinergi ini berupa relokasi anggrek Vanda tricolor, kontes anggrek Vanda tricolor, dan perbanyakan anggrek melalui kultur jaringan. Pada saat Ratu Belanda melakukan kunjungan ke UGM, Ratu Maxima melakukan penyilangan Vanda tricolor, yang bertujuan agar anggrek khas Merapi ini dikenal oleh dunia.
Pembicara terakhir Titis Fitriyoso menyampaikan materi berjudul “Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL)”. Paparannya terkait regulasi pemanfaatan TSL dan prosedur pemanfaatan jenis TSL. Salah satu bentuk pemanfaatan jenis TSL adalah penangkaran, yaitu upaya perbanyakan melalui perkembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Adapun tujuan penangkaran menurut beliau adalah untuk mendapatkan spesimen TSL dalam jumlah, mutu, kemurnian jenis, dan terjaminnya keanekaragaman genetik sehingga tekanan terhadap populasi di alam berkurang. Selain itu dengan penangkaran akan didapatkan kepastian secara admistratif dan fisik bahwa pemanfaatan specimen TSL yang dilakukan dari kegiatan penangkaran adalah benar adanya.
Acara ditutup dengan closing statement dari Sekretaris Kagama Orchids Dian Kurniawati, yang melaporkan secara singkat pelaksanaan webinar kedua yang dilaksanakan oleh Kagama Orchids pada masa pandemi berjalan dengan bagus dan lancar. Dian juga mengharapkan agar ada masukan dari para peserta webinar untuk perbaikan kegiatan di masa datang..
*) Materi webinar selengkapnya bisa dilihat di Youtube Kagama Channel: