Dian Nirmalasari, Dokter Cantik yang Pintar Berbisnis

Saya sebenarnya bukan orang yang paham bisnis dengan teori penjualan. Saya hanya belajar dari pengalaman bagaimana mendapatkan tambahan dari MENJUAL. Karena spec saya yang tidak terlalu memadai utk bisnis yang besar2. Otak pas2 an juga ( ora pati pinter) masih ngurus anak , praktek di klinik, dsb. Tapi okelah saya cerita sedikit ttg proses belajar saya yang ORA PATI PINTER ini .

Saya latihan bekerja sejak kecil. Mulai dari membuat cake, pastel, sale pisang, katering dsb. Bantu ibu saja. Latihan menjual saat SMA, di toko baju ibu saya. Mulai dari pospek barang, kastemer menawar, sampai deal . Baru benar benar jualan sendiri setelah kuliah.

Pernah saya beli sepatu di pasar, modelnya bagus, saya pakai ke Jogja untuk kuliah. Harganya 3.500 saat itu. Begitu saya pakai , banyak yang kepingin, dan menanyakan harga . Saya jawab 10.000, mau? .besok tak belikan kalau mau.

Dalam waktu beberapa saat saya sudah mengumpulkan orderan sekitar 2 lusin sepatu. Banyak yang pesan adalah teman2 dari luar jawa ?????? karena sangu mereka yang juga dikenal lbh banyak. Berlanjut , sampai bolak balik magelang Jogja 3 kali untuk kulakan. Hujan basah kuyup saat naik motor. Gapapa, saya tetap semangat kulakan, karena hasilnya LUMAYAN SEKALEEE ??.

Bagaimana saat BURGER dimulai. Sederhana sekali . Saat saya tinggal di Magelang, dan saya mulai bosan jualan baju, saya membaca buku Kiyosaki. Dari situ saya mendapat inspirasi ttg BURGER .( Terlepas dari kontroversi tentang Kiyosaki, karena saat itupun saya tidak peduli )

Menjual burger itu mudah, menghitung stok dan hasil penjualan yang gampang, karena bahan2 nya jelas dari segi jumlah. Kira2 seperti itu kesimpulan saya.

Kemudian saya coba2 membuat tenda, untuk berjualan di trotoar. Didepan klinik gigi saya. Dan berhasi!!!. Beberapa pasien membeli burger setelah tau bahwa burger itu milik dokternya. Lumayan 🙂

Hari pertama berjualan, omset sekitaran 50 burger terjual. Dengan promosi 50 % off !!! Meningkat di hari kedua dan ketiga . Saya merekrut karyawan utk membantu jualan. Omset stabil setiap hari sekitar 100- 150 setiap hari.

Terpikir untuk membuat roti sendiri. Ada saudara di Jogja yang mempunyai usaha roti. Saya nyantrik disana. YESS akhirnyapun saya bisa membuat roti sendiri. Saya rekrut dua orang untuk membantu produksi. Keuntungan tambah banyak.

Tantangan itu kemudian datang…

Suatu hari, saya dihadapkan dengan kenyataan, omset burger yang sehari 100-150 tersapu dengan hitungan terjual 20-30. Selama 2 hari saya bingung tanpa menemukan jawabannya… Tapi magelang adalah kota kecil yang mudah di telisik .

Ternyata ada yang membuat gerobak kayuh . Berjualan burger dan menyapu habis omset saya !!!! Sampai disini saya berpikir , bagaimana mengembalikan omset saya supaya kembali lagi ( at least).

Gengsi saya, wes nggaya dodolan laris kok berhenti gara2 omset disapu oleh kompetitor. Dalam rangka menjaga gengsi karena penjualan yang dibabat kompetitor, bareng dengan rasa geram merasakan omset yang tersapu, hanya menyisakan remahan. Benar2 mengoyak harga diri ??????.

Akhirnya karena saya juga tidak mempunyai mentor bisnis yang tepat, akhirnya saya mengambil strategi paling mudah , yaitu MENIRU !

Saya mulai membuat gerobak. Untuk pertama saya membuat 1 unit dahulu… Saya kepingin melihat dan merasakan bagaimana bisnis model ini berjalan.

Setelah sehari berjalan, saya terkejut bukan kepalang, karena 75 pcs burger dan hotdog habis tanpa melewati malam ??. Hal itu berlangsung beberapa hari. Saya jadi tambah gatel utk mencoba membuat lagi.

Nambah 1 unit, kemudian nambah lagi satu .. dan cukup!!! . Tiga unit gerobak cukuplah utk menyapu kota Magelang yang indah dan kecil mungil.

Disini saya benar-benar menikmati omset yang lumayan. Ada 1 konter stay , dan 3 mobile . Lumayan … Bisa bertahan di 150-200 pcs sehari .

Sambil berpikir, tentang profit yang saya berikan ke satu toko bakery, alih2 saya berpikir, mending profit bakery saya ambil saja, untuk memperlebar margin. Saya meguru ke saudara. Beliau jualan roti di Jogja . Saya ingat betul waktu itu, harga rotinya 1000 an.

Daaann sip, jadilah saya seorang baker dadakan ??. Uplek di ruang produksi utk menciptakan resep roti sendiri. Setelah resep fixed , saya segera merekrut karyawan produksi .

Konter burger kakilima tetap berjalan , walau omset tidak seperti saat pertama kali. Toh saya masih mempunyai 3 unit mobile yang siap menyapu omset sampai kota batas tepi. Masih amaaaan ????

Saya tetap menekuni profesi dokter gigi. Saat itu nama burger saya TEEN’S burger . Benar2 nyaman , melihat unit penjualan sibuk berjalan. Sementara saya juga disibukkan dengan pasien di praktek sore hari.

Sampai disini, ternyata saya masih tidak bisa berhenti. Kalau saya pikir saya bisa membuat di magelang, kenapa di luar kota yang dekat dg magelang tidak saya copas saja???? Nhah…. Mulailah saya dengan program iseng karena rasa penasaran ….. Saya mulai memikirkan JOGJAKARTA … Bagaimana saya masuk Jogjakarta?

Sambil berpikir tentang Jogja saya saya juga berpikir, Muntilan kan dilewati juga saat ngedrop bahan jualan, kalau begitu saya juga harus bikin Muntilan sekalian !!!

Saya juga tidak tau, darimana kekuatan itu selalu datang. Pikiran2 baru, ide2 tentang menjual. Dan semua itu saya lakukan tanpa Mentor sama sekali. Hanya loncatan2 ide yang kemudian saya wujudkan. Sesederhana itu !!

Saat mulai masuk Jogja, ternyata pengalaman dan pelajaran ini terasa sekali….. Saya baru memulai … Benar2 baru memulai.

Sumber: laman Facebook Dian Nirmalasari

1 Comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*