Oleh: Rahajeng Kertopati
Dengan wajah berseri-seri dan badan masih gembrobyos keringat, Pak Budi semangat berucap,”Waaah… badan saya terasa enak segar sekali setelah menari…benar yang dibilang Mas Wibie tadi”, katanya. Saya perhatikan memang aura wajah Pak Budi berbeda dengan saat sebelum mulai gladhi (latihan) beksan. Lebih bercahaya, santai dan sumringah..Alhamdulillah.
Pak Budi adalah sesama saudara alumnus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang tinggal di Malang. Beliau bersama dengan anggota KAGAMA lainnya tergabung dalam KAGAMA BEKSAN MALANG. Hebatnya, Beliau hadir berlatih bersama istrinya yang turut gembira ber wiraga, wirama, wirasa bersama kami. Menariknya lagi, suami istri ini adalah sedulur asli BATAK dan tertarik dengan flash mob BEKSAN WANARA yang viral di medsos itu. Mereka pun lalu mencari dan menemukan paguyuban kami. Ternyata ada magnet universal batin yang menyatukan dalam tarian asli Mataram Ngayogyakarta itu. Walaupun berbeda latar belakang adat budaya, tapi semangat ketulusan bisa menghimpun energi tuk NYAWIJI secara alami.
KAGAMA BEKSAN MALANG setelah berlatih bersama di Aula UNIGA (Universitas Gajayana), kini juga mendapat tempat gladhi di Aula Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya. Bahkan menjalin kerjasama dengan Laboratorium Humaniora untuk menggali, melestarikan, mengembangkan tradisi HAMBEGSA sebagai metode membangun karakter bangsa (Nation Character Building). Peserta gladhi KAGAMA BEKSAN adalah terbuka untuk UMUM. Baik alumni UGM atau pun bukan. Dalam video gladhi perdana di FIB UB ini, ada alumni ISI Solo, UB dan UMUM juga.
KAGAMA BEKSAN dengan demikian turut mendukung program pemerintah untuk pemajuan kebudayaan. Termasuk pula turut dalam aksi budaya dan Deklarasi MALANG BERUDHENG yang digagas dan dimotori oleh KOMUNITAS KALI DAN BUDAYA CAKRAWALA MANDALA DWIPANTARA 8 September 2019 yang hebohkan Malang Raya lalu di Alun-Alun Merdeka Kota.
Melestarikan budaya leluhur sama artinya melestarikan nurani luhur dalam setiap diri. Nurani yang menuntun perubahan budi manusia guna JUMENENG NATA PRIBADI, yakni menata pikiran, hati, jiwa, kata-kata dan sikap perilaku sehari-hari. Berubah dari sikap “jelata” (ordinary people) menjadi sikap “mulia” (noble people) sebagaimana makna LELUHUR. Dan sikap nurani LUHUR itu ada dalam setiap jiwa, pribadi, kelompok, komunitas, suku dan bangsa seluruh dunia. Mari NUSANTARA MENARI… saatnya Hamemayu Hayuning Bawana menjadi MERCU SUAR DUNIA.