Apakah Anak yang Terinfeksi SARS-CoV-2 Tidak Ada yang menjadi Sakit Berat?

Oleh: R Yuli Kristyanto

Pegiat penyangkal COVID-19 seringkali melontarkan berita bahwa anak yang tertular virus SARS-CoV-2 hanya akan bergejala ringan, tidak ada yang berat dan tidak mematikan. Tidak hanya beredar di Indonesia, berita tersebut rutin digaungkan oleh pegiat penyangkal COVID-19 di Amerika dan Eropa, bertujuan menghasut masyarakat agar mengikuti misi mereka untuk segera membuka sekolah. Namun demikian, isu tersebut tidaklah benar.

April 2020, Covington, Louisiana, Amerika Serikat. Juliet Daly, 12 tahun, mengalami demam, nyeri perut dan muntah. Juliet tidak mengalami gejala batuk atau sesak nafas, sehingga orangtuanya tak memikirkan tentang COVID-19. Namun demikian, kondisi Juliet memburuk dengan cepat setelah 2 hari. Ibunya, yang kebetulan seorang radiologis, segera membawa Juliet ke rumah sakit terdekat. Saat tiba di IGD RS St. Tammany Parish, dokter mendapati denyut jantung Juliet anjlok hanya 40 kali per menit dan didapatkan tanda-tanda menurunnya aliran darah ke berbagai jaringan tubuh. Juliet mengalami syok. Saat proses stabilisasi, jantung Juliet tiba-tiba berhenti. Dokter segera melakukan upaya bantuan hidup dasar (CPR), melakukan intubasi, bantuan nafas dengan ventilator, stabilisasi sirkulasi darah, dan menghubungi helikopter ambulan untuk dirujuk secepatnya ke RS. Oschner Medical Center, New Orleans, yang memiliki fasilitas lebih lengkap. Dalam perjalanan di helikopter, Juliet kembali mengalami henti jantung. Beruntung, helikopter tersebut memiliki peralatan bantuan hidup yang lengkap dan tenaga yang sangat terlatih, sehingga nyawa Juliet masih dapat dipertahankan saat tiba di RS rujukan. Saat itu wabah COVID-19 di Amerika masih awal terjadi, RS belum pernah bertemu dengan kondisi seperti Juliet, namun dokter menduga bahwa Juliet mengalami manifestasi lain dari infeksi SARS-CoV-2, yang tidak bergejala batuk atau sesak seperti umumnya. Infeksi SARS-CoV-2 pada Juliet menyebabkan gangguan berat pada fungsi jantung, serta kegagalan fungsi ginjal dan hati. Kondisi ini merupakan bagian dari MIS-C, suatu manifestasi unik dari infeksi virus SARS-CoV-2 pada anak (Cha & Janes, 2020; Gupta & Chavez, 2020; Miller, 2020).

Infeksi virus SARS-CoV-2 pada anak-anak umumnya hanya bergejala ringan atau bahkan tanpa gejala (Castagnoli et al, 2020; CDC, 2020; Dong et al, 2020; Gotzinger et al, 2020; Hong et al, 2020; Lu et al, 2020; Ludvigsson, 2020; Parri et al, 2020; Wu & McGoogan, 2020). Meskipun lebih banyak anak yang bergejala ringan, namun kasus berat dan mematikan berupa acute respiratory distress syndrome (ARDS) dan gagal multiorgan juga dapat terjadi pada anak (Dong et al, 2020; Shekerdemian et al 2020). Laporan-laporan kasus terbaru bahkan menunjukkan bahwa anak-anak terinfeksi SARS-CoV-2 yang awalnya bergejala ringan atau tanpa gejala dapat berkembang menjadi kondisi peradangan sistemik menyerupai penyakit Kawasaki yang diikuti dengan peradangan seluruh organ tubuh, kegagalan jantung dan paru, syok hiperinflamasi, yang berakhir pada kematian (Feldstein et al, 2020; Riphagen et al, 2020; Toubiana et al, 2020; Verdoni et al, 2020; Viner et al, 2020). Kondisi tersebut dinamai dengan Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C). MIS-C mengenai anak usia 3-12 tahun yang muncul beberapa hari atau minggu setelah terinfeksi SARS-CoV-2. Umumnya, awalnya anak tampak sehat, namun kemudian mengalami demam tinggi, kadang diikuti gejala mirip penyakit Kawasaki, yang dengan cepat memburuk. Kebanyakan anak membutuhkan perawatan intensif dan dapat berakibat fatal bila terlambat ditangani (Feldstein et al, 2020; Jiang et al, 2020). Semakin sering munculnya MIS-C pada anak yang terinfeksi SARS-CoV-2 tersebut masih terus diinvestigasi oleh WHO.

Klaim pegiat penyangkal COVID-19 bahwa anak tidak akan sakit berat karena infeksi SARS-CoV-2 adalah kebohongan. Anak dapat mengalami sakit berat dan fatal. Proporsi anak terinfeksi SARS-CoV-2 yang bermanifestasi sakit berat dan kritis bervariasi. Dari telaah sistematis dari berbagai penelitian di dunia, Hoang dan rekan melaporkan 3,3% anak yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 mengalami sakit berat dan membutuhkan perawatan di ICU, sementara di negara-negara Eropa, Gotzinger dan rekan melaporkan sebesar 8% anak dan remaja yang terinfeksi SARS-CoV-2 membutuhkan perawatan ICU (Gotzinger et al, 2020). Di Amerika, 33,2% dari anak yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 membutuhkan perawatan ICU, dan hanya 0,5% yang meninggal (CDC, 2020). Hal ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan alat dan tenaga medis di fasilitas kesehatan serta kemampuan deteksi kasus berat pada anak yang berbeda di setiap negara. Angka 3,3% mungkin kecil, namun bila dikalikan dengan jumlah anak di Indonesia yang mungkin dapat terinfeksi SARS-CoV-2 tentu saja akan menghasilkan jumlah anak yang sangat besar. Dan nyawa setiap satu orang anak sangatlah berharga, bukan hanya masalah angka.

Setelah menjalani perawatan intensif, kondisi Juliet Daly berangsur membaik dan diperbolehkan pulang. Juliet dan keluarganya memperkenankan identitas dan cerita mereka dipublikasikan, tidak untuk menakuti masyarakat, namun agar dapat menjadi pelajaran bagi para orangtua agar tidak menyepelekan infeksi SARS-CoV-2 pada anak. Juliet selamat karena memiliki orangtua yang berpengetahuan, peduli dan waspada, fasilitas rumah sakit pratama yang memiliki fasilitas sangat lengkap dan tenaga yang terlatih, transpor rujukan dengan helikopter yang cepat dan berperalatan memadai, serta dapat dirawat di salah satu rumah sakit terbaik di Amerika Serikat. Bila kasus tersebut terjadi pada anak-anak di Indonesia, mungkin hanya sebagian kecil yang akan seberuntung Juliet Daly.

KEPUSTAKAAN:
Castagnoli, R., et al. (2020). Severe acute respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV-2) infection children and adolescents: a systematic review. JAMA Pediatr. (publikasi daring)
CDC COVID-19 Response Team. (2020). Hospitalization rates and characteristics of children Aged <18 Years Hospitalized with laboratory-confirmed COVID-19 – COVID-NET, 14 States, March 1–July 25, 2020. Morb Mortal Wkly Rep. 69:422-426
Cha, A.E., & Janes, C. (2020). The girl who died twice. The Washington Post. 17 Mei 2020 (diakses 6 September 2020)
Dong Y., et al. (2020). Epidemiology of COVID-19 among children in China. Pediatrics. (publikasi daring)
Feldstein, L.R., et al. (2020). Multisystem inflammatory syndrome in U.S. children and adolescents. N Engl J Med. (publikasi daring)
Gotzinger, F., et al (2020). COVID-19 in children and adolescents in Europe:
a multinational, multicentre cohort study. Lancet Child Adolesc Health. (publikasi daring)
Gupta, S., & Chavez, N. (2020). A 12-year-old girl survived cardiac arrest. Doctors say she had Covid-19 and a Kawasaki-like disease. CNN. 14 Mei 2020 (diakses 6 September 2020)
Hong, H., et al. (2020). Clinical characteristics of novel coronavirus disease 2019 (COVID-19) in newborns, infants and children. Pediatr Neonatol. (publikasi daring)
Jiang, L., et al. (2020). COVID-19 and multisystem inflammatory syndrome in
children and adolescents. Lancet Infect Dis. (publikasi daring)
Lu, X., et al. (2020). SARS-CoV-2 infection in children. N Engl J Med. 382;17
Ludvigsson, J.F. (2020). Systematic review of COVID-19 in children shows milder cases and a better prognosis than adults. Acta Pediatr. 109(6):1088-1095
Miller, J.R. (2020). 12-year-old girl ‘died for two minutes’ while battling coronavirus. The New York Post. 30 April 2020 (diakses 6 September 2020).
Parri, N., et al. & Coronavirus Infection in Pediatric Emergency Departments (CONFIDENCE) Research Group (2020). Children with COVID-19 in pediatric emergency departments in Italy. N Engl J Med. (publikasi daring)
Riphagen, S., et al. (2020). Hyperinflammatory shock in children during COVID-19 pandemic. Lancet. (publikasi daring)
Shekerdemian, L.S., et al. (2020). Characteristics and outcomes of children with Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) infection admitted to US and Canadian Pediatric Intensive Care Units. JAMA Pediatr. (publikasi daring)
Toubiana, J., et al. (2020). Outbreak of Kawasaki disease in children during COVID-19 pandemic: a prospective observational study in Paris, France. Medrxiv. (publikasi daring)
Verdoni, L., et al. (2020). An outbreak of severe Kawasaki-like disease at the Italian epicentre of the SARS-CoV-2 epidemic: an observational cohort study. Lancet. (publikasi daring)
Viner, R., et al. (2020). Kawasaki-like disease: emerging complication during the COVID-19 pandemic. Lancet. (publikasi daring)
Wu, Z., McGoogan, J.M. (2020). Characteristics of and important lessons from the coronavirus disease 2019 (COVID-19) outbreak in China: summary of a report of 72.314 cases from the Chinese Center for Disease Control and Prevention. JAMA. (publikasi daring)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*