Oleh: Sitawati Ken Utami
Membahas motif batik klasik, tak akan bisa lepas dari pembicaraan tentang motif batik yang akan penulis ceritakan berikut ini.
Ada dua batik sogan lawasan yang dimiliki penulis yang sangat mengesankan, karena ada cerita ikatan kuat antara penulis dengan eyang putri Sapar Uminah. Keduanya termasuk dalan jenis batik ceplokan, yakni Ceplok Grompol dan Ceplok Kawung. Walau sama-sama masuk golongan ceplokan, keduanya terlihat sangat berbeda dari segi pewarnaan. Batik Ceplok Grompol berwarna hitam putih abu-abu, sedangkan Ceplok Kawung berwarna coklat hitam khas warna batik Solo.
Mengenang eyang putri yang piawai dalam membatik, penulis lakukan dengan membelai dan memeluk kedua batik tersebut. Batik Ceplok Grompol diwariskan langsung sedangkan batik Ceplok Kawung karya eyang diwariskan oleh tante dari Padang. Menggambarkan karakter eyang putri melalui batik sungguhlah tepat karena beliau memiliki sifat sabar, tekun, tlaten dan semeleh dalam mengarungi kerasnya perjalanan hidup.
Ciri kuat dari batik ceplokan ada pada motif yang simetri geometris. Terlihat seperti kotak-kotak yang beraturan dengan isen-isen bervariasi misalnya seperti bintang atau bulatan yang tertata simetris ke 4 penjuru. Sebagai informasi tambahan, motif ceplokan yang juga banyak dikenal yaitu motif Truntum.
Detail yang terlihat pada batik Ceplok Grompol, ada isen-isen yang berupa corak daun daun-kecil dan bunga-bunga yang mengarah ke atas bawah kiri dan kanan. Di sekeliling daun, cecekan bertebaran penuh menghiasi kotak demi kotak, sedangkan pada bunga didasari warna hitam sehingga bunga terlihat menonjol.
Ceplok Kawung atau sering disebut Kawung saja merupakan motif yang sangat populer. Saking terkenalnya, penulis merasa tidak perlu menggambarkan detail ciri khas motif ini. Banyak sekali motif Kawung yang sudah dipublikasikan dalam bentuk tulisan di media online maupun buku-buku tentang batik.
Justru yang menarik bagi penulis, motif ini tidak hanya diterapkan pada kain jarik atau busana siap pakai seperti kemeja dan gaun, namun juga dipakai di berbagai piranti rumah atau bangunan. Kita bisa melihat motif Kawung ada pada sarung bantal, taplak meja, sprei, ukiran tempat tidur, magic com (alat penanak nasi), hiasan dinding, roster (lubang angin di bagian atas rumah), dan yang paling nge-hits saat ini yaitu produksi tegel atau keramik lantai yang dijual di toko bangunan!
Tapi tahukah kawan, bagaimana sejarah motif kawung itu diciptakan? Diceritakan dalam berbagai tulisan bahwa motif kawung diciptakan oleh Sultan Mataram pada abad ke-13. Motif ini diilhami oleh buah kawung atau kolang-kaling/aren yang bentuknya lonjong. Batik motif ini dahulu hanya boleh digunakan oleh keluarga kraton saja. Pada perkembangannya saat ini, motif kawung dipakai oleh segala lapisan masyarakat.
Batik ceplokan sudah membuktikan bahwa kehidupan antar generasi saling bertaut dan berkesinambungan. Tak lekang oleh jaman, dikenang sepanjang masa.
*) Foto batik koleksi penulis