Malam Puncak HUT Gelanggang ke-46: Spirit Gelanggang Menjadi Pemersatu Mahasiswa Antar Fakultas dan Alumni UGM

Pada hari Sabtu (23/10/2021) malam, di Wisma Kagama digelar malam puncak HUT Gelanggang yang ke-46. Sebenarnya hari jadi gelanggang jatuh setiap tanggal 31 Juli, namun karena pandemi perayaannya mundur sekitar 3 bulan.

Acara malam puncak menerapkan standar prokes yang ketat. Semua yang datang diwajibkan memakai masker, tempat duduk posisinya diatur agak berjauhan, dan semuanya harus melewati tes genose.

Nuraeni, mewakili Kagama Gelanggang memberikan pidato pembukaan

Kawan-kawan dari UKM Swagayugama tampil sebagai pembuka acara membawakan sebuah tarian. Berikutnya dilanjutkan dengan pidato sambutan dari Nuraeni, mewakili Ketua Kagama Gelanggang Putut Ariwibowo, yang kebetulan berhalangan tidak bisa menghadiri acara. Nuraeni turut berbahagia HUT Gelanggang dapat dilaksanakan kembali dengan protokol kesehatan selama acara berlangsung, mengingat tahun lalu tidak ada perayaan sama sekali.

“Dari Gelanggang lahirlah jiwa aktivisme mahasiswa dan alumni yang migunani dan menginspirasi dalam kebermanfaatannya. Jiwa selalu peka terhadap permasalahan yang tengah dihadapi Indonesia. Gelanggang menjadi tempat mengaktualisasikan diri melalui ide, gagasan maupun keterampilan yang terus berkembang dan berprestasi. Spirit gelanggang menjadi pemersatu mahasiswa antar fakultas dan alumni UGM”, ujar Nuraeni.

Dr. Sindung Tjahyadi

Selanjutnya, Dr. Sindung Tjahyadi, mewakili Ditmawa UGM, menyampaikan perencanaan pembangunan gedung gelanggang mahasiswa akan segera dilakukan. Pandemi yang merebak mulai tahun 2020 menunda pembangunan gedung yang baru. Gedung gelanggang yang baru nantinya dapat dimanfaatkan kembali oleh sivitas akademika UGM.

Kemudian, acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng dan disambung sharing session 3 orang sebagai perwakilan dari Kagama Gelanggang. Mereka adalah Herlambang Yudho, Susetyo Hario Putero, dan Iqbal Tuwasikal, yang bergantian menceritakan kisah dan pengalamannya selama beraktivitas di gelanggang UGM saat jaman kuliah dulu. Ketiganya sepakat gelanggang tidak hanya sekedar tempat berkumpulnya unit kegiatan mahasiswa, melainkan sebuah spirit kebersamaan.

Iqbal mengatakan di gelanggang ia banyak menemukan teman dan relasi. Ia meyakini alumni gelanggang dalam masalah problem solving dan survival di kehidupan lebih teruji. Ia mencontohkan dirinya sendiri, di kala pandemi ini saat bisnis event organizernya berhenti, ia tidak malu untuk berjualan beras. Di akhir sharingnya, ia berpesan kepada adik-adik aktivis gelanggang agar pandai-pandai mengatur waktu. Kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti jangan sampai mengganggu studi.

Sharing session bersama perwakilan dari Kagama Gelanggang

“Gelanggang merupakan ruang belajar, berkumpul antar mahasiswa dan alumni tanpa memandang latar belakang sosial. Gelanggang juga aktif dan bersolidaritas dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul seperti menangani kebencanaan. Gelanggang selalu hadir untuk membantu masyarakat tak terkecuali saat pandemi yang sedang melanda sekarang ini”, kata Herlambang.

Susetyo mengamini apa yang dikatakan Herlambang, dan menambahkan bahwa setiap generasi mempunyai tantangan dan sumber modal masing-masing. Pengalaman kegembiraan, kesedihan dan kreativitasnya juga pasti berbeda-beda. Ia senang bisa menyalurkan hoby menarinya lewat UKM Swagayugama. Juga bisa banyak menjalin persahabatan dengan kawan-kawan beda fakultas di gelanggang, menjadi seperti sebuah keluarga, dan diikat dengan spirit yang sama.

Penampilan PSM UGM

Setelah sharing pengalaman, acara dilanjutkan dengan penampilam kawan-kawan dari Paduan Suara Mahasiswa UGM menyanyikan satu lagu, disusul Encik Krishna menyajikan beberapa lagu diiringi gitar Pramono Jasmine. Lalu, pengumuman pemenang Hidden Creative Competition, dan lantunan doa. Acara diakhiri dengan foto bersama seluruh hadirin. [arma/tb]