Di Masa Pandemi Triza Yusino Menggerakkan Pemuda untuk Peduli Ketahanan Pangan

Pada masa pandemi, di saat lainnya lebih banyak tinggal di rumah, Theresia Triza Yusino (Sosiatri ’88) yang tinggal di Jimbaran, Kuta Selatan, Kabupaten Badung justru berusaha berjejaring dan  turba ke beberapa daerah di wilayah Bali melihat situasi dan kondisi masyarakat untuk mengembangkan urban farming. Ia mendatangi berbagai tempat dan membagi-bagikan benih sayur-sayuran untuk disemai di lahan-lahan rumahan maupun lahan yang telah disediakan oleh kelompok masyarakat, dalam rangka peduli ketahanan pangan di tengah-tengah pandemi berlangsung.

Perjalanan pengabdian perempuan yang akrab disapa Yusi atau Triza itu berawal dari bulan Maret 2020, saat ia bersama teman-teman mudanya jalan bareng melihat kondisi di beberapa tempat di Denpasar dan sekitarnya untuk melihat dampak dari Covid-19. Ternyata memang kondisinya memprihatinkan dan memerlukan uluran tangan. Prioritas Yusi dkk awalnya  adalah mensupport cara hidup yang bersih dengan mencuci tangan, sehingga mereka menggalang dana bersama Aliansi Bali Lawan Covid untuk membuat sekitar 100 water dispenser dan disebar di wilayah Denpasar serta Badung. Berikutnya bersama beberapa pihak melanjutkan bantuan dengan memberikan vitamin, masker, dan sembako serta mengelola canthelan di beberapa tempat di Bali.

Perkenalannya dengan Sulastama Raharja (Aktivis Kagama Care), Drajat Wibawa (Aktivis Kagama Care-Ketahanan Pangan), Dedy Kusuma (Ketua Kagama Pengcab Denpasar), dan Gede Mantrayasa (Ketua Kebun Berdaya Denpasar) , membuat Yusi menjadi ikut terlibat kegiatan pertanian perkotaan dengan Kagama Care yang sedang getol menyebarkan gerakan canthelan dan urban farming ke seluruh Indonesia. Kebetulan Bali adalah satu dari sepuluh kota yang sinergi dengan Kagama Care dalam menggagas urban farming.

Melalui koordinasi dengan Gede Mantrayasa, Yusi menerima pembagian paket benih beserta buku “Ketahanan Pangan” kiriman Kagama Care – Ketahanan Pangan (KC-KP). Sekedar info, sebelumnya Yusi sudah mengembangkan budidaya tanaman pangan dan budikdamber (budidaya ikan dan sayur dalam ember) di halaman rumahnya sendiri, yang sampai menarik minat tetangga  di kompleks perumahan Griya Nuansa Pratama, Jimbaran. Yang akhirnya banyak pihak yang datang untuk belajar budikdamber , menyemai, membibit dan berkebun sayuran dari Yusi. Untuk budikdamber sendiri, Yusi belajar dari Dedy Kusuma dkk yang mengelola urban farming & budikdamber di wilayah Denpasar.

Benih yang didapatkan dari KC-KP kemudian oleh Yusi dibagi ke 18 lahan atau pioneer yang bersedia mengelola. Sebagai pilot project awalnya benih disemaikan di halaman rumah. Lalu ketika sudah berjalan sukses, dengan sendirinya beberapa kelompok masyarakat termasuk komunitas masjid dan gereja tertarik datang untuk ikut menduplikasinya. Selanjutnya ketika melihat adanya peluang atau prospek maka akhirnya dikembangkan ke lahan yang lebih besar bekerja sama dengan kelompok masyarakat yang sehati dalam mengembangkan urban farming.

Penyerahan benih dari KC-KP kepada Ibu-ibu pengelola lahan di Tanjung Benoa

Yusi ingat betul wilayah yang pertama kali mendapatkan bantuan benih adalah Tanjung Benoa. Di daerah tersebut mayoritas pekerjaan warganya adalah nelayan dan pekerja di sektor water sport, yang kehilangan rejekinya karena dampak pandemi Covid-19. Memang ada pembagian sembako, namun semangat bekerja warganya sudah drop. Ketika ditawari benih ternyata salah satu warga bernama Ibu Lia sangat antusias, semangat  dan mampu menggerakkan bapak-bapak dan ibu-ibu. Tidak butuh waktu lama akhirnya berkembang menjadi 4 lahan garapan. Lahan rumahan di rumah Ibu Lia  dijadikan pilot project sekaligus tempat penyemaian benih yang bibitnya dibagi-bagikan secara gratis ke siapa saja yang membutuhkan.

Satu lahan rumahan lainnya dikhususkan untuk budidaya yang hasilnya dikonsumsi sendiri dan selebihnya dibagikan pada warga sekitar yang membutuhkan. Ada juga 2 lahan besar yang digarap bersama. Salah satu lahan besar tersebut adalah milik warga asli Tj. Benoa bernama Pak John yang luasnya 1000 m2, didukung oleh warga sekitar dengan bergerak bersama mengelola lahannya. Hasil kebun ini bahkan ada yang sudah bisa dicanthelkan. Kadang diisi juga dengan ditambahkan ikan hasil tangkapan mereka.

Yang menarik, urban farming di Tj. Benoa menurut Yusi bukan hanya melibatkan seluruh keluarga termasuk anak-anak, namun justru akhir-akhir ini anak-anak yang sering mengingatkan para orang tuanya untuk lebih semangat lagi mengolah lahan. Artinya, fungsi edukasi berjalan dengan baik. Dan yang membanggakan warga, keterlibatan pemerintah sudah ada. Seperti dari Dinas Pertanian dan Pangan Kuta Selatan, Lurah Benoa, Camat Kuta Selatan dan Ibu Wakil Bupati Badung yang sudah berkenan memberikan perhatian, dukungan dan apresiasi.

Bersama Ibu Wabup Badung, Camat Kutsel, Lurah Jimbaran & ibu-ibu PKK di Omah Ijo

Lahan lainnya yang unik menurut Yusi adalah Omah Ijo yaitu lahan di wilayah Jimbaran milik temannya, Ibu MG. Budi Istanti yang memang sudah selama lebih 2 tahun ditanami dan hasilnya untuk dikonsumsi sendiri. Bantuan benih dari KC-KP yang disalurkan oleh Yusi dkk dan disinergikan dengan kelompok ibu setempat sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas Omah Ijo. Saat ini Omah Ijo telah menjadi sentra pembibitan dan edukasi pengelolaan tanaman pangan. Masyarakat sekitar yang membutuhkan dapat mengambil bibit dan ditanam di rumah masing-masing. Masyarakat Jimbaran yang ingin belajar urban farming diarahkan ke Omah Ijo karena lahannya luas dan menanam beragam sayur mayur. Omah Ijo juga  tempat sebagai sarana edukasi untuk pembuatan pupuk cair organic, mol nasi, pestisida alami, budidaya magot dan juga jamur.

Foto bersama Ibu Wabup Badung, Camat Kuta Selatan, Lurah Jimbaran, Staf Dinas Pertanian, Ibu-ibu PKK, dll

Selain masyarakat sekitar Kutsel juga ada yang datang dari Denpasar dll. Beberapa sekolah dan instansi juga sudah mendatangi dan bekerjasama untuk edukasi. Selain itu, Omah Ijo juga membagikan hasil panennya pada siapapun yang datang ke kebun. Panen bayam, kangkung, kacang panjang, dll hampir setiap hari ada. Yang menarik, lahan yang dianggap kering dan panas ternyata dapat ditanami selada & kale yang tumbuh subur. Kadang hasil panen dimasak dan dimakan bersama saat jadwal piket dilaksanakan.

Saling mengunjungi kebun dan mendampingi orang muda. Lokasi: Omah Ijo & Kebun Kori Cinta Indonesia

Jadwal piket dan buka Omah Ijo setiap hari pukul 16.00-18.00 WITA. Sejak Agustus 2020 yang lalu Omah Ijo sudah resmi sebagai Kelompok Wanita Tani (KWT). Adanya pendampingan dari Dinas Pertanian dan Pangan serta perhatian dari Lurah Jimbaran , Camat Kutsel dan Ibu Wakil Bupati membuat ini semua dapat diwujudkan. Yang tak kalah penting adalah support dari anggota KWT dan masyarakat sekitar.

Penyerahan benih dari KC-KP ke lahan GNP

Satu lahan lagi yang menarik berada di Perumahan Griya Nuansa Pratama (GNP) Jimbaran. Berawal  dari benih yang juga berasal dari sumbangan KC-KP dan dikelola dengan baik oleh warga perumahan sehingga proses belajar berkebun dan berbagi bisa berjalan dengan baik. Sering ada pendampingan dari Dinas Pertanian dan Pangan Kuta Selatan berupa informasi penting tentang akses pertanian plus pangan dan mengajak kerjasama serta mengembangkan jejaring antar urban farming di Kuta Selatan . Jajarannya sering turba melalukan inspeksi ke lahan yang didampingi. Selain itu pemda setempat juga sudah turun dan mensupport kegiatan.  Lurah Jimbaran, Camat Kutsel dan Wakil Bupati Badung pun sudah sampai ke lokasi.

Penyerahan benih KC-KP kepada Ketua PKK Kecamatan Kutsel

Di sini pernah juga dilakukan pelatihan tentang eco enzym  kerjasama  Pengurus GNP dengan  Komunitas Eco Enzym Nusa Dua dan disupport oleh Kagama Care bahkan pelatihan dibuat streaming sehingga bisa diikuti secara online oleh banyak pihak.  Kini di GNP tumbuh pesat dan sudah menjelma menjadi Kelompok Wanita Tani mandiri. KWT GNP selain berkebun dan membudidayakan juga menyediakan kebutuhan berkebun bagi warga masyarakat seperti media tanam, pupuk, benih dll. Hasilnya untuk menambah kas KWT yang digunakan untuk mensupport kegiatan-kegiatan KWT.

Dalam menggerakkan urban farming sebagai pendukung ketahanan pangan dan pemberdayaan masyarakat, Yusi juga bekerjasama dengan orang-orang muda di Denpasar dan sekitarnya. Benih-benih dari KC-KP dibagikan pada orang-orang muda yang berminat dengan urban farming. Diantaranya adalah Komunitas Rumah Pelangi yang intens melakukan edukasi dan pendampingan untuk urban farming bagi kaum muda di Denpasar itu. Saat ini sudah ada 10 titik di lokasi sekitar Rumah Pelangi  yang mengelola urban farming. Bahkan hasilnya juga bisa dibagikan pada warga secara langsung maupun lewat gerakan canthelan.

Kebun teman muda di Denpasar

Selain itu kerjasama dengan rekan muda komunitas Gada Bali (Gabungan Pemuda Bali) juga dilakukan untuk pengembangan urban farming ini. Lahan dikelola  di daerah Mambal.  Koordinator Rumah Pelangi, Johandi Sinaga dan Gada Bali, Gus Wah juga dijejaringkan oleh Yusi dengan Dedy Kusuma yang lebih menguasai area Denpasar. Dan sudah mendapatkan perhatian serta  support juga dari Pemda setempat dan instansi terkait. Disamping itu ada 2 lahan lagi di daerah Ungasan (Pecatu) dan Denpasar yang dikelola oleh Komunitas Tunggal Hati Seminari, Tunggal Hati Maria (THS THM) yang beranggotakan orang-orang muda yang menekuni pendidikan pencak silat.

Lahan urban farming di Pecatu

Rata-rata mereka tinggal di kost dan sangat membutuhkan asupan gizi dari sayur-sayuran. Dengan meminjam lahan warga setempat mereka mengelola kebun dan hasilnya dibagi dengan pemilik lahan yang bersangkutan.

Selain mengembangkan komunitas urban farming di Denpasar. Yusi juga bekerjasama dengan teman-teman yang tergabung dalam Kagama Muda Bali untuk kegiatan Canthelan Bali (CB). Total ada 20 spot canthelan di wilayah Denpasar dan Kuta Selatan. Ada 6 spot canthelan yang melakukan sinergi dengan urban farming di wilayahnya masing-masing, yang mana paket canthelannya merupakan hasil panenan mereka sendiri ditambah dengan donasi dari berbagai pihak.

Dalam setiap kegiatan untuk pemberdayaan masyarakat, Yusi selalu berprinsip pada pengelolaan Tiga Daya Jiwa atau 3H yaitu Heart (hati), Head (akal budi) dan Hand (aksi nyata). Dengan hati, ada perhatian dan kepedulian yang dikelola dengan akal budi sehingga memunculkan inisiatif, kreatifitas, inovasi dan solusi yang diaktualisasikan dalam bentuk tindakan atau karya nyata. Ia bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang sehati atau sejalan yang bersedia belajar dan berjalan bersama dalam aktifitas urban farming yang difasilitasi oleh KC-KP.

“Kita tidak bisa bekerja sendiri. Kolaborasi dan sinergi harus terjalin bersama antara KC-KP, masyarakat, pemda setempat serta dinas terkait sehingga tercipta gerakan pemberdayaan masyarakat yang komprehensif.” demikian pungkas Yusi.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*