Oleh: Rosana Hariyanti
Latihan rutin Nusantara Beryoga Bersama Kagama (NBBK) pada hari Minggu pagi, 20 September 2020 ini kembali menghadirkan Bli Arsiawan Adi yang memimpin langsung dari tepi pantai di Bali. Sebagai tanggapan terhadap masukan dari peserta, maka materi latihan yang diberikan kali ini masih berkisar pada bagaimana mengatasi kecemasan dan stres, terutama selama masa pandemi Covid-19. Topik ini masih berkaitan erat dengan materi yang disampaikan minggu lalu oleh salah satu instruktur tetap NBBK, Ningrum Ambarsari.
Kecemasan dapat diatasi melalui tiga kegiatan dalam beryoga, yaitu asanas (pose), pranayama (pengaturan nafas), dan meditasi (duduk hening). Yang pertama adalah asanas, khususnya yang berfokus pada pemijatan internal pada kelenjar di Hipofise dan Peneal, Thyroid dan Supra Renal. Dengan melakukan pemijatan tersebut, hormon-hormon yang berhubungan dengan rasa cemas dan stres akan terproduksi optimal. Meningkatnya hormon endorfin, melatonin dan serotonin yang terdapat dalam Hipofise dan Kelenjar Peneal akan membuat suasana hati bahagia, tidur juga akan lebih nyenyak. Pemijatan pada tenggorokan bermanfaat untuk mengoptimalkan hormon thyroxin yang berfungsi mengatur emosi. Adapun pemijatan pada kelenjar Supra Renal di pinggang sangat berguna untuk menurunkan hormon kortisol sehingga kecemasan dapat berkurang.
Selanjutnya, melalui Pranayama yang berfokus pada pengeluaran nafas, syaraf parasimpatis akan lebih aktif. Latihan ini menyebabkan detak jantung menurun, tubuh menjadi rileks, dan pikiran lebih tenang. Kesempurnaan relaksasi ini akan tercapai jika ditambah dengan meditasi. Meditasi membuat gelombang otak Beth (tegang) akan turun menjadi Alfa (santai), Theta (sangat santai, ngantuk), sampai Delta (tidur tanpa mimpi).
Dapat disimpulkan bahwa prinsip yoga untuk menurunkan kecemasan dan stress itu adalah dengan meningkatkan peredaran darah ke otak (posisi kepala lebih rendah dari jantung), pose keseimbangan serta pemijatan di bagian leher, pinggang, dan perut. Prinsip kedua adalah aktivasi syaraf parasimpatis melalui pranayama. Yang terakhir adalah menurunkan gelombang otak dengan meditasi. Jika ketiga prinsip ini rutin dijalankan, maka kecemasan dan stres di masa Covid-19 ini bisa berkurang, bahkan sampai bisa merasakan ketenangan sehingga aktivitas sehari-hari berjalan lancar seperti biasa. Lebih dari itu, kondisi tersebut justru memungkinkan kita mampu melakukan hal-hal positif di tengah keterbatasan akibat Covid-19 ini.
Seperti minggu-minggu sebelumnya. latihan kali ini juga diikuti oleh sekitar 50 peserta dari seluruh penjuru tanah air. Salah seorang peserta yang rutin bergabung adalah Tri Wahyu Nugroho, alumnus Sastra Inggris UGM yang kini mengabdi sebagai dosen di Universitas Gajayana Malang.
Ketertarikannya pada yoga diawali berpuluh tahun lalu, yaitu sekitar tahun 1980-an ketika masih berkuliah. Diceritakan bahwa saat itu ada seorang yogi yang mendemonstrasikan yoga di asrama Bali Jl. Mawar, Baciro Yogyakarta. Sang Yogi melakukan berbagai gerakan, di antaranya adalah sirsasana (headstand). Sejak itu muncul minatnya untuk berlatih yoga bersama beberapa teman meskipun tidak secara rutin. Ketika bekerja sebagai dosen di Malang pada tahun 1990-an, di sebuah toko ia menemukan sebuah CD berisi video tutorial yoga. Dengan tuntunan video tersebut ia mulai berlatih sendiri di rumah, Namun, akibat banyaknya kesibukan, latihan mandiri itu pun terhenti.
Keinginannya untuk kembali beryoga mulai terpenuhi setelah bertemu dengan teman-teman Kagama melalui media sosial Facebook dan grup Whatsapp. Dari situ diketahui bahwa Kagama Yogya secara rutin berlatih di FKG UGM dipimpin ketuanya, Patah Ansori. Rekaman video latihan tersebut juga sering dibagikan sehingga menggugah hasratnya untuk aktif beryoga lagi, bahkan kali ini bersama seluruh keluarganya. Sejak diadakannya pertemuan secara daring akibat pandemi, ia beserta keluarga makin bersemangat untuk terus rutin berlatih.
Leave a Reply