Oleh: Belinda Arunarwati Margono
Sabtu (12/8) malam, di atas dan belakang panggung megah Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah, setelah pagelaran Parade Tari & Budaya Nusantara “Cakrawala” selesai, terjadi hujan air mata. Para penampil, panitia dan simpatisan “Cakrawala” tidak sanggup menahan haru, ketika menyaksikan sendiri bagaimana gebyar pagelaran ditampilkan. Rasanya sungguh seperti tidak percaya, apalagi mengingat perjuangan yang harus dilalui selama kurang lebih 8 bulan ini.
Foto: istimewa
Seperti kita tahu, dalam rangka ulang tahunnya yang ke-4 Kagama Beksan Jabodetabek (KBJ) sudah meneguhkan hati dan pikiran untuk membuat pagelaran mandiri perdana, sebuah parade tari dan budaya Nusantara, berjudul “Cakrawala”. Komitmen membuat pagelaran mandiri ini bukanlah sesuatu yang mudah, bahkan rencana pementasan ini pun sudah sempat ditunda dua kali, yaitu pada Desember 2022 dan Maret 2023, sebelum akhirnya sukses digelar pada tanggal 12 Agustus 2023.
Foto: istimewa
KBJ sebagai sebuah komunitas yang anggotanya bermacam-macam profesinya, dengan tiap-tiap individu mempunyai jadwal yang padat tentunya, berkomitmen membuat sebuah pagelaran sungguhlah tidak mudah. Hampir setahun kami bergelut mulai dengan ide dan konsep, kreatifitas dan pengembangannya, idealisme bahkan dilema untuk lanjut atau tidak, hingga akhirnya pagelaran “Cakrawala” sukses terealisasi.
Foto: istimewa
Di luar konsep dan kepanitian, kami juga berhadapan dengan jadwal latihan. Sesungguhnya mengatur sekian banyak penampil, dengan ragam tarian yang berbeda dan keahlian menari yang bervariasi, sungguh sebuah tantangan. Apalagi lokasi latihan kami memang berpindah-pindah dan terpisah-pisah, ditambah kemacetan Jakarta yang sering bikin frustasi karena menjadi penyebab terlambat sampai di tempat latihan. Sungguh ini perjuangan yang harus didasari niat yang kuat!
Foto: istimewa
Yang luar biasa, di pagelaran mandiri perdana ini, KBJ tidak hanya melibatkan komunitas pegiat dan pelaku seni budaya dari Kagama saja, yaitu Adiswara Gadjah Mada, melainkan juga komunitas seni dari alumni perguruan tinggi lain, yakni Ikatan Alumni ITB. Juga KBJ menggandeng mitra dari pegiat dan pelaku seni profesional Wayang Orang Barata, kelompok seni budaya mahasiswa, pelajar dan anak sekolah (SMP-SMA) dari umum maupun beberapa sanggar (Sanggar Tari Sekar Pandawa/EsPe Studio, Grha Wastra Mutu Manikam, Sucitta Art, dan Sanggar Pilar Budaya), serta Yayasan Rumah Piatu Muslimin.
Yang istimewa, KBJ juga mengajak anak-anak kami sendiri untuk ikut bermain atau menjadi panitia. Dengan tujuan agar mereka benar-benar merasakan mencintai budaya Nusantara, dimulai dari menjadi pelakunya.
Foto: istimewa
Cakrawala hadir sebagai sebuah tontonan yang ditujukan untuk menggambarkan bagaimana insan Indonesia lintas generasi menyikapi keberlangsungan ragam seni budaya Nusantara warisan berharga leluhur bangsa, di tengah dilematika dan dinamika perkembangan zaman. Masing-masing generasi dalam memaknai cara pandang terhadap alam, sejarah, dan budaya bangsa Indonesia digambarkan dalam wujud cerita 5 tokoh berbeda generasi, yaitu Om Krisna, Oma Philomena, Diara, Juno, dan Abinaya.
Foto: istimewa
Tari Kinang Kilaras, Tari Kipas, Tari Gending Sriwijaya, Tari Legong Condong, Tari Glipang, Tari Tifa, Tarian Aku Papua, dan Kanjet Bangentawai adalah 8 rangkaian tarian yang disajikan dalam parade tari & budaya yang menggambarkan perjalanan kelima tokoh dalam menyusuri cakrawala Nusantara.
Foto: istimewa
Petualangan para tokoh tersebut dibuka di suatu masa di tanah Betawi, dilanjutkan dengan perjalanan mengenal kejayaan bangsa pelaut di negeri angin mamiri, Sulawesi dan kerajaan maritim Sriwijaya, Sumatera Selatan. Petualangan juga digambarkan melewati cerita kejayaan para prajurit wanita di tanah Dewata, kemudian melalui perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan, baik oleh para pria maupun wanita, terutama di daerah pesisir dan di pedesaan.
Foto: istimewa
Lebih lanjut petualangan memasuki tahap kekaguman pada kondisi alam lingkungan dan hutan Indonesia yang luar biasa, di tanah Papua dan Kalimantan. Petualangan tersebut membuka wawasan dan cara pandang para tokohnya, sekaligus menghadirkan realita pergulatan pemikiran lintas generasi dalam menyikapi keindahan alam dan keberagaman dalam memaknai seni budaya Nusantara, dan untuk itulah maka pagelaran diberi judul “Cakrawala”.
Foto: istimewa
KBJ secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Adiswara Gadjah Mada yang telah mempersembahkan secara khusus empat lagu untuk “Cakrawala”, yaitu ‘Rayuan Pulau Kelapa’ pada tampilan ke-Nusantaraan, ‘Gending Sriwijaya’ yang agung dan megah, ‘Aku Papua’ yang lincah, ceria dan Papua banget, serta ‘Indonesia Jaya’ yang bikin merinding karena rasa Indonesianya kentara banget.
Foto: istimewa
Juga KBJ berterima kasih kepada WO Barata yang sangat profesional dan memudahkan KBJ untuk merangkai tarian, serta pada sutradata Aditya Pradipta Wardhana dan tim teatrikal yang sudah menjadi penjahit cerita perjalanan melintasi nusantara “Cakrawala”. Karena tanpa tim teatrikal, “Cakrawala” hanya seperti sebuah tampilan panggung biasa.