Seniman dan komedian Anang Batas (Antropologi ’87) menggelar pameran fotografi bertajuk “Fotodidak” di Kopi Lembah, Wisdom Park UGM, 12-20 Agustus 2023. Dalam pameran yang didukung oleh UGM, Dinas Pariwisata DIY, Visiting Jogja, Kagama Fotografi, dan official website Kagama www.kagama.id itu, Anang memamerkan sekitar 450-an foto yang merupakan hasil jepretannya selama perjalanan memotretnya dua tahun ini. Hampir semua foto yang dipamerkan adalah foto burung di alam liar. Hanya ada beberapa foto erupsi Merapi yang dipajang di bagian tersendiri.
Pada pembukaan yang dihelat hari Sabtu (12/8), hadir sekitar 80 pengunjung. Turut hadir Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG(K)., Ph.D. yang membuka pameran, Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo, SH, M.Ed., serta beberapa dekan di lingkungan UGM.
Pameran akan berlangsung selama 8 hari. Pengunjung bukan hanya disuguhi foto-foto burung yang cantik saja, namun setiap malam juga bisa menikmati sajian musik akuistik. Selain itu pengunjung juga bisa mengikuti seminar tentang konservasi alam, hutan kota & ekosistem makhluk hidup dalam ruang budaya, dan kajian tentang burung dari berbagai sudut pandang. Apabila ingin menambah wawasan, pengunjung juga bisa mengikuti workshop yang dihelat 5 hari berurutan, 15 s/d 19 Agustus, dengan tema yang berbeda-beda.
Mengenai alasan pemilihan pameran digelar di alam terbuka, Anang mengatakan memang itu disesuaikan dengan konsep fotografinya. Hutan kota dengan lebatnya pepohonan yang berada di lembah UGM bisa dibilang satu-satunya hutan kota di Yogyakarta. Di situ masih ditemukan beberapa jenis burung. Selain lokasinya yang strategis, baik dari sisi geografis, juga strategis sebagai kampus yang tepat menjadi tempat menyampaikan kampanye isu lingkungan hidup.
“Kopi Lembah di area Wisdom Park UGM juga menjadi public space, untuk berolahraga,
belajar dan berdiskusi, baik akademisi maupun masyarakat umum. Sehingga target pengunjung yang datang akan lebih maksimal,” jelas Anang.
Ia melanjutkan, pameran diselenggarakan pada bulan Agustus, selain sebagai kegiatan dengan semangat kemerdekaan, juga untuk menyambut mahasiswa baru yang datang ke Yogyakarta pada umumnya, dan UGM khususnya. Sehingga mahasiswa baru akan dikenalkan pada kegiatan kreatif sekaligus memperkenalkan hutan kota yang ada di UGM sebagai public space yang menarik untuk belajar, olahraga dan healing dengan suasana alam yang hijau, sejuk dan segar.
Anang mengajak mundur sejenak, bagaimana ia ‘tidak sengaja’ menggeluti dunia fotografi. Saat pandemi melanda, seperti orang-orang lainnya, ia tidak bisa bekerja, bahkan hanya terdiam di rumah saja.
“Untuk menjaga kewarasan, saya harus mencari kegiatan lain, yaitu lewat fotografi. Meski awalnya sebagai sebuah pelarian, namun lama-lama saya menikmatinya,” ucapnya sembari tersenyum.
Alasannya memotret di alam bebas dan ruang terbuka, guna menyiasati batasan ruang gerak dan jarak seiring kondisi pandemi. Di alam bebas selain menemukan ketenangan, menjaga jarak, juga berolahraga berjalan dan mengatur nafas.
Anang memulainya dengan memotret erupsi gunung Merapi, lalu merambah dunia satwa, khususnya burung alam liar. Tanpa bekal teknik memotret, hanya mengandalkan naluri hati, karena memang ia tidak berpengalaman memotret sebelumnya.
“Ternyata memotret yang awalnya menjadi media pelarian, justru bisa menjadi media kontemplasi,” tuturnya.
Tidak cukup sampai di situ. Setelah kontemplasi, sebagai bentuk terima kasih kepada Tuhan, pada akhirnya muncul kesadaran untuk terlibat dalam gerakan pelestarian alam. Dalam hal ini pelestarian atau kepedulian pada keberadaan dan ekosistem burung.
“Fotografi telah menjadi bagian dari proses perjalanan hidup saya. Dari pelarian, lalu menjadi media kontemplasi, bersyukur atas karunia yang diberikan Yang Maha Kuasa, dan berujung ikut berperan serta dalam kampanye pelestarian burung,” pungkas Anang.