Hari Jumat (13/03/2020) diadakan penyerahan bantuan 250 pasang sepatu baru sumbangan dari KAGAMA kepada adik-adik SMP Negeri 1 Turi Sleman yang menjadi korban bencana susur sungai pada tanggal 21 Februari 2020, dalam acara yang diadakan di halaman sekolah. Dari fihak pemda Sleman hadir Wakil Bupati Sleman Hj. Sri Muslimatun & berkenan memberikan kata sambutan. Kemudian dari KAGAMA yang datang adalah Diana Setiyowati (Ikatan Psikologi Klinis Yogyakarta). Bagas Saskara (Kagama Care) & Nugroho Dewayanto (KLUB).
Acara dimulai dengan kata pengantar dari Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Turi lalu dilanjutkan dengan kata sambutan yang diberikan oleh Wakil Bupati Sleman Hj. Sri Muslimatun. Kemudian secara simbolis sepatu diserahkan oleh ibu Wakil Bupati & Nugroho Dewayanto dari KLUB mewakili KAGAMA & diterima oleh Ketua OSIS SMP N 1 Turi. Setelah acara usai sepatu sebanyak 250 pasang langsung diserahkan kepada 250 siswa yang merupakan murid siswa kelas 7 & kelas 8 yang kesemuanya ikut saat bencana terjadi, lewat wali kelas masing-masing kelas.
Ide pemberian bantuan sepatu sebenarnya berawal dari pendampingan psikologi kepada korban bencana susur sungai, dimana KAGAMA Bidang VI. Pengabdian Masyarakat ikut terlibat bekerja sama dengan Ikatan Psikologi Klinis (IPK) Yogyakarta. Dari hasil assesment ternyata banyak siswa yang kehilangan sepatu. Lalu kemudian Kagama Virtual bersama Kagama Care & Kagama Lari Untuk Berbagi (KLUB) mengadakan inisiasi pemberian bantuan langsung berujud sepatu karena kalau berupa dana nanti sepatunya menjadi tidak seragam. Dari luar ternyata sudah ada donatur yang menyumbang 50 pasang sepatu. Yang dibutuhkan 250 pasang sehingga kekurangannya yang 200 pasang akhirnya KAGAMA yang mengupayakan dengan mengadakan penggalangan dana. Akhirnya sekitar seminggu terkumpulah sejumlah dana yang cukup buat membeli 200 pasang sepatu.
Lalu masalah pendampingan psikologi prosesnya meski secara resmi sudah berakhir hari Sabtu (07/03/2020) namun menurut Diana Setiyowati (Fak. Psikologi ’90) dari Ikatan Psikologi Klinis (IPK) Yogyakarta, secara koordinasi masih berlanjut dengan instansi terkait seperti Dinas Perlindungan Anak. IPK Yogya masih ikut memantau sejauh mana perkembangan psikologi murid-murid kelas 7 & 8. Kemudian juga masih menerima konseling terkait dengan masalah recovery anak-anak yang berbeda-beda tarafnya. Ada yang masih sedih & rasa takutnya ada, namun tidak ada indikasi atau gejala-gejala klinis yang dipandang sebagai kegawatan luar biasa.
IPK Yogya sampai saat ini masih melakukan pemantauan bersinergi dengan guru BK, khususnya buat siswa yang tidak hadir di kelas jumlahnya ada berapa & alasannya apa. Sebenarnya yang lebih berkompeten atau lebih bertanggung jawab untuk pendampingan secara lanjut para siswa adalah psikolog yang berada di Puskesmas Turi. Merekalah yang bertugas memantau secara langsung. IPK Yogya dalam hal ini tinggal melakukan koordinasi saja, demikian pungkas Diana.
Leave a Reply