Pemerintah mengapresiasi sinergi 5K UGM (Kampus, Keraton, Kampung, Komunitas, dan Korporasi) yang terbukti mampu memberikan sumbangsih bagi masyarakat.
Sinergi peneliti UGM telah menghasilkan terobosan inovasi melalui alat Ge-Nose C19, yang merupakan pengembangan uji Covid-19 yang simpel, murah dan cepat mendapatkan hasil, hanya melalui embusan nafas. Hal ini dapat menjadi solusi uji Covid-19 di tengah tingginya mobilitas masyarakat.
Pemerintah juga sangat mengapresiasi dukungan dari UGM dalam menghadapi penanganan Covid-19. Inovasi dari kampus dan sinergi antara kampus dan korporasi seperti itulah yang perlu direplikasi oleh seluruh universitas di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan hal tersebut dalam acara Nitilaku Perguruan Tinggi Kebangsaan pada Minggu (13/12/2020) yang dilaksanakan secara daring. Dalam kesempatan tersebut dia memberikan sambutan mewakili Presiden Joko Widodo yang berhalangan hadir.
“Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun kepada UGM yang ke-71 dan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada yang ke-62,” kata Airlangga.
“Semoga Universitas Gadjah Mada dapat menjadi institusi pendidikan yang selalu berpijak pada nilai-nilai luhur kebudayaan dan kerakyatan namun tetap dapat menjadi yang terbaik di ranah global,” imbuhnya.
Alumnus Fakultas Teknik UGM ini mengutarakan peran serta dan pengabdian Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) yang sedang menduduki amanah posisi strategis juga dapat dirasakan di berbagai bidang.
“Ada Bapak Ganjar Pranowo, Bapak Mahfud MD, Bapak Basuki Hadimuljono, termasuk saya, dan tentu saja Bapak Presiden Ir. Joko Widodo. Semua alumni UGM dididik untuk bersinergi dengan komponen bangsa lainnya demi membangun Indonesia menjadi lebih baik,” ujar Airlangga.
Nilai-nilai sinergi UGM kata dia dikenal dengan Sinergi 5K terus dapat dirasakan hingga saat ini. Terbukti dengan peringatan Nitilaku UGM yang dilaksanakan sejak tahun 2012 hingga tahun lalu digelar dengan sangat meriah, dengan pawai-pawai yang tidak hanya melibatkan akademisi UGM saja, namun juga diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat. Namun, dengan dihadapkan pandemi Covid-19, Nitilaku Perguruan Kebangsaan Tahun 2020 dilaksanakan secara virtual, meski tidak mengurangi khidmat dari peringatan ini.
Airlangga mengutarakan makna dari peringatan Nitilaku untuk mengingat kembali awal mula lahirnya UGM, yang tidak terlepas dari peran penting Keraton Yogyakarta dan para pendiri bangsa. Pada tahun 1949, Ir. Soekarno, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, serta sejumlah tokoh ingin meningkatkan kualitas SDM Indonesia yang waktu itu baru merdeka, untuk dapat lebih banyak mendapatkan pendidikan sarjana.
“Pada waktu itu, para tokoh nasional ingin mendirikan perguruan tinggi di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, namun terkendala tidak ada tempat perkuliahan,” kata Airlangga.
“Atas kemurahan hati Sri Sultan Hamengku Buwono IX, pada perkuliahan diperkenankan dilakukan di Pagelaran Keraton Yogyakarta. Atas kemurahan hati beliau pula, dihibahkan 183 hektar tanah di Bulak Sumur Yogyakarta untuk kemudian dibangun Gedung Perkuliahan UGM, yang dipergunakan hingga saat ini,” imbuhnya.
Di mata Airlangga, hikmah dari peringatan Nitilaku bukan sekedar perpindahan tempat perkuliahan UGM saja. Namun lebih dari itu, agar seluruh akademisi dan mahasiswa UGM tidak lupa pada akar sejarahnya, nilai-nilai kebudayaan, serta yang terpenting adalah mengingat niat dan upaya para pendiri bangsa, dalam meningkatkan kapasitas SDM Indonesia.
“Sampai saat ini, apa yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini, telah dapat kita lihat bersama hasilnya. Universitas Gadjah Mada terus berkembang, dan keberadaannya mampu membuktikan bahwa institusi ini telah menjadi pionir pada bidang pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, serta pengabdian kepada masyarakat,” pungkasnya [hmk]
Leave a Reply