Mengenal Lebih Dekat Kagama Diving Society

Berbicara tentang Kagama Diving Society (KDS), mau tidak mau kita harus mundur sejenak ke belakang untuk membahas Unit Selam UGM di mana semuanya itu berawal. Unit Selam UGM merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa yang secara resmi berada di bawah naungan UGM dan dijalankan sepenuhnya oleh mahasiswa UGM. Organisasi yang terbentuk pada 8 Agustus 1987 tersebut didirikan untuk mewadahi aktifitas mahasiswa UGM yang sekedar hoby menyelam ataupun mereka yang memakai selam untuk keperluan lainnya seperti SAR, penelitian atau olah raga bawah air. Dalam perjalanannya Unit Selam UGM kemudian lebih sering dikenal dengan sebutan UNYIL (Unit Nyilem).

Sekedar info, dalam lingkungan kampus UGM, selain UNYIL ada juga beberapa fakultas yang mempunyai unit selam dan penyelam sendiri, yaitu Unit Selam Arkeologi yang berada dibawah HIMA, Unit Selam Perikanan yang berada di bawah Departemen Perikanan UGM, Archipelago di bawah naungan Fakultas Geografi, dan Fakultas Biologi mempunyai Kelompok Studi Kelautan.

Mereka yang semasa kuliah aktif menyelam, setelah lulus kuliah banyak juga yang masih konsisten dengan dunia selam. Mereka tetap menjalin kontak secara intensif, dan membentuk komunitas baru. Komunitas yang awalnya dulu bernama Kagama Doyan Slulup tersebut menjadi bertambah besar keanggotaannya ketika banyak warga Kagama non alumni unit selam ikut bergabung. Mereka umumnya adalah penghoby selam yang baru tertarik menggeluti dunia selam ketika sudah memasuki masa kerja.

Untuk mempererat kekompakan dan keguyuban, mereka kemudian membuat gathering menyelam ramai-ramai di sebuah lokasi penyelaman. Namun saat itu kegiatannya hanya sekedar menyelam untuk fun dan belum terpikirkan untuk memberikan manfaat atas eksistensi mereka. Lalu tibalah momentum sangat penting yang menjadi titik awal KDS bisa menjadi seperti sekarang ini. Yaitu sebuah kegiatan resmi di bawah PP Kagama yang bernama Kagama Mbakar (Mbangun Karimunjawa), pada tahun 2015.

Saat itu di Karimunjawa, para anggota KDS tidak hanya sekedar berwisata menyelam namun juga melakukan berbagai macam aktivitas yang bermanfaat buat warga sekitar. Seperti melakukan baksos pelayanan kesehatan di bawah koordinasi dr. Cahyono Hadi. Selain itu diadakan pula baksos pelatihan pariwisata, konservasi terumbu karang, serta pengembangan potensi wisata, ekonomi dan infrastruktur.

Ganjar Pranowo menyelam didampingi Teguh Gepeng & Ika Morisco pada pembukaan Kagama Mbakar

Pada saat pembukaan Kagama Mbakar, Ganjar Pranowo selaku Ketum PP Kagama dan Gubernur Jateng hadir untuk membuka acara dengan secara simbolik ikut menyelam dan menanam transplan terumbu karang di Karimunjawa. Proyek Kagama Mbakar berjalan cukup lama sampai sekitar 2 tahun, tepatnya berakhir pada bulan November 2017.

Setelah Kagama Mbakar usai, para anggota KDS berpikir sayang jika tidak ada kelanjutannya. Mereka berpikir serius bagaimana KDS akan tetap migunani buat masyarakat umum, bukan hanya untuk kepentingan internal saja. Maka dimulailah langkah awal dengan memformalkan organisasi. dan mengubah namanya dari Kagama Doyan Slulup menjadi Kagama Diving Society. Dan tidak butuh waktu lama untuk menjadikan KDS sebagai komunitas resmi di bawah PP Kagama. Pada tangggal 16 Desember 2017 terbitlah SK dari PP Kagama, sekaligus diadakan pelantikan pengurus KDS masa bakti periode 2017-2022.

Sebagai kelanjutan dari Kagama Mbakar kemudian KDS membuat acara di Banda Neira bulan Mei 2018, lalu disusul Kagama Dolan Belitung bulan Juli 2018. Di Belitung inilah KDS melakukan kegiatan bakti sosial operasi bibir sumbing yang dikoordinir oleh drg. Mayu Winnie Rachmawati.

Gathering KDS berikutnya adalah di Flores bulan Oktober 2018. Disusul di Labuhan Bajo / Pulau Komodo pada bulan Desember 2019. Pada saat pandemi Covid-19 kegiatan KDS nyaris berhenti dan baru berani mengadakan acara pada bulan Desember 2020 di Karimunjawa.

Menurut Ketua KDS, Budi ‘Jeqi’ Darmawan, dalam setiap acaranya anggota KDS tidak hanya sekedar fun atau hura-hura, namun selalu melakukan kegiatan yang bermanfaat buat masyarakat di lokasi tempat acara berlangsung. Seperti misalnya pelayanan kesehatan, bakti sosial, konservasi / transplantasi terumbu karang, memunguti sampah, dll. Untuk urusan pendanaan dilakukan secara swadaya dari anggota KDS dengan kekuatan network masing-masing.

Selain itu KDS juga mengembangkan wisata selam berikut mempersiapkan infra strukturnya. Termasuk dalam hal ini mengembangkan SDM pemandu wisata scuba diving (selam kedalaman) dan snorkeling (selam permukaan), lewat sertifikasi bertahap mulai dari penyelam pemula, advanced diver, rescue diver, hingga dive master.

“Ketika dirasa sudah siap, maka pelan-pelan peran KDS dikurangi dan pengelolaan akan diserahkan sepenuhnya kepada komunitas masyarakat setempat. Jadi KDS membangun apa yang disebut dengan istilah community base tourism.” ujar Teguh ‘Gepeng’ Prasojo, salah satu pembina KDS.

Gepeng menambahkan Karimunjawa bisa menjadi proyek percontohan daerah lainnya. Selama dua tahun mengembangkan wilayah tersebut hasilnya mulai nyata terlihat. Untuk bidang SDM, telah sukses melakukan sertifikasi terhadap lebih dari 240 penyelam. Bahkan ada 1 orang yang berhasil menjadi instruktur selam.

KDS ingin menduplikasi kesuksesan Karimunjawa ke lokasi wisata selam lainnya. Semisal di Kab. Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah yang sudah agak lama menawarkan kerja sama mengembangkan potensi wisata bawah air berikut SDM pariwisatanya. Namun melihat kondisi yang ada terpaksa ditunda dulu, karena susah juga KDS membuat kegiatan saat pandemi ini akibat terlalu banyaknya prosedur keamanan dan kesehatan yang harus ditaati.

Gepeng melihat potensi wisata selam di Indonesia sangat tinggi, namun harus diakui banyak terkendala oleh infra struktur yang tidak mendukung serta belum memadainya SDM pariwisata. Pendapat itu dibenarkan oleh Ika Morisco, salah satu pengurus KDS yang juga merupakan intruktur selam. Ika terkadang ‘gemas’ melihat kekayaan dan kecantikan bawah air Indonesia yang belum semuanya tereksplore.

Ika menjelaskan bahwa Indonesia terletak di wilayah yang disebut coral triangle atau segitiga terumbu karang, yaitu kawasan laut yang meliputi Philipina dari ujung utara hingga ke selatan meliputi sebagian Indonesia dan Malaysia, terus ke arah timur melintasi Timor Leste serta Papua Nugini, dan berakhir di ujung paling timur adalah Kepulauan Solomon. Yang spesial wilayah coral triangle ini memiliki tingkat keragaman dan densitas biomassa yang sangat tinggi, dengan banyaknya spesies terumbu karang dan makhluk-makhluk laut penghuninya.

Pusat segitiga ada di Indonesia, membuat negara kita sangat kaya akan keragaman biota laut. Luas terumbu karang di Indonesia menyumbang sekitar 65% dari keseluruhan total coral triangle, dan sebagian besar berada di wilayah negara kita bagian timur. Dengan melihat kondisi tersebut artinya itu merupakan sebuah keuntungan buat kita, bisa menikmati dan mendokumentasikan berbagai macam terumbu karang berikut biota lautnya yang cantik.

Ika mempersilakan kawan-kawan Kagama yang tertarik dengan wisata bawah air untuk bergabung dengan KDS. Syaratnya gampang yaitu pernah kuliah di UGM, tidak takut air, dan sebaiknya bisa berenang. Bagi yang belum bisa menyelam maupun belum punya sertifikat selam, ada juga program pelatihan & sertifikasi selam. Bagi yang sudah punya sertifikat selam dari afiliasi manapun akan diterima dengan tangan terbuka.

“Ayo menyelam bersama KDS, menikmati kecantikan bawah laut Indonesia yang sungguh luar biasa. Sembari kita melakukan kegiatan yang bermanfaat buat masyarakat di sekitar lokasi penyelaman.” demikian pungkas Ika menutup pembicaraan.

Susunan Kepengurusan Kagama Diving Society Periode 2017-2022:

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*