KaRMaPIT, Komunitas Gowes Kagama yang Guyub dan Penuh Kekeluargaan

KaRMaPIT adalah singkatan dari Kagama Rame-rame Mancal Pit. Mancal artinya menggenjot atau mengayuh, sedangkan pit adalah bahasa Jawanya sepeda yang diambil dari kata serapan Belanda fietsen / fiets. Jadilah sebuah akronim yang mudah diucapkan dan sangat terkesan njawani. Dan itu sangat “dekat” dengan UGM yang terkenal sebagai kampus ndeso, merakyat dan dekat dengan rakyat. Pokoknya pas dengan sosok UGM yang identik dengan kesederhanaan.

KaRMaPIT diinisiasi oleh 2 perempuan tangguh penghoby gowes, yaitu Decita Tutyastri (Fisipol HI) dan Nuningbyo Pratiwi (Fak. Pertanian), pada pertengahan Maret 2022. Mengenai usulan nama komunitas mereka melakukan konsultasi dengan Eko Eshape, warga Kagama senior yang juga pecinta olah raga sepeda. Di komunitas sendiri, Eko hanya bertindak sebagai semacam pembina yang memberikan arahan dan langkah-langkah apa yang harus dilakukan. Sementara penggerak utamanya adalah Decita dan Nuningbyo.

Menurut Eko, pembentukan KaRMaPIT tak lepas dari wacana kangen-kangenan warga Kagama yang hobi gowes untuk tilik kampus. Karena pandemi, selama ini mereka hanya menjalin silaturahmi secara daring lewat media sosial Facebook. Ketika badai Covid sudah mulai mereda, beberapa di antaranya merencanakan untuk temu darat sekaligus mengunjungi kampus tercinta. Dan akhirnya lewat wadah KaRMaPIT bisa terealisasikan dalam sebuah acara yang diberi nama “Susur Kampus UGM” pada tanggal 20 Maret 2022.

Susur Kampus UGM diikuti 25 goweser dari berbagai macam fakultas. Titik kumpul di bunderan UGM, start mulai pukul 06.30 WIB. Rutenya menuju utara, kemudian kembali ke arah selatan masuk komplek kampus UGM. Rombongan akhirnya terpecah, tapi finish terakhirnya tetap di Kopi Lembah UGM, kecuali yang ingin segera pulang ke rumah masing-masing.

Eko mengatakan jarak susur kampus sengaja tidak terlalu lauh, karena memang hanya sebagai ajang pemanasan sebelum acara gowes bareng-bareng ke warung “Geblek Pari” di Nanggulan, Kulonprogo yang digelar seminggu kemudian. Yang mana jaraknya lumayan jauh yaitu sekitar 50 km pulang pergi.

Ketika pendaftaran dibuka, Decita dan Nuning benar-benar suprise, tidak menyangka tour de Geblek Pari pesertanya membludak. Total diikuti 100 peserta, 86 dari warga KaRMaPIT dan sisanya dari Perhutani Semarang.

Start dimulai pukul 06.15 WIB dari bunderan UGM. Sampai di tujuan acara langsung dimulai dengan ramah-tamah dan bincang-bincang seru. Disusul dengan makan siang bersama, diakhiri acara pembagian doorprize dadakan sumbangan dari peserta yang tergerak hatinya untuk menyumbang.

Selanjutnya peserta balik ke titik start. Namun tidak semuanya ikut dengan berbagai alasan. Hanya sekitar separo yang kembali ke bunderan UGM berbarengan.

Dari dua agenda yang sudah digelar, semuanya berlangsung penuh keceriaan dan menimbulkan rasa nostalgia. Para peserta menjadi teringat kembali kenangan-kenangan manis semasa jaman masih aktif sebagai mahasiswa dulu. Banyak yang baru bertemu, namun langsung terasa akrab dan guyub, serasa seperti teman lama yang sudah lama tidak bertemu.

“Karmapit adalah komunitas yang lebih menekankan pada fungsi guyubnya dan menomor duakan kecepatan maupun jarak. Diharapkan ke depannya Karmapit bukan hanya sekedar bikin acara nggowes saja, namun juga mampu berbuat sesuatu yang bermanfaat atau migunani buat masyarakat,” ucap Eko.