Kagama Writing 10: Novi Indrastuti Bercerita tentang Proses Kreatif Menyinergikan Puisi & Fotografi

PP KAGAMA bersama Kagama Writing kembali menggelar webinar kelas menulis online via Zoom Meetings, Minggu (26/6/2022). Pada edisi ke-10 kali ini mengangkat topik “Puisi Fotografi: Produk dari Proses Kreatif Pengarang” dengan menghadirkan narasumber Dr. Novi Indrastuti, M.Hum., staf pengajar Jurusan Sastra Indonesia UGM dan pembina UKM Swagayugama. Dian Nirmalasari, Ketua Kagama Writing, hadir memberikan sambutan mewakili panitia. Jalannya acara dipandu oleh Intan Kemala Dewi sebagai host.

Dr. Novi Indrastuti, M.Hum.

Dr. Novi Indrastuti memberikan narasi awal bahwa dunia fotografi terus menerus berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu. Perkembangan fotografi tidak hanya menyangkut hal yang bersifat teknis, tapi juga terkait dengan pemanfaatannya untuk berbagai bidang dan keperluan. Fungsi fotografi juga mengalami perkembangan yang semakin aplikatif, seperti seperti fungsi publikasi, ekspresi diri, perasaan & seni, jurnalistik, dokumentasi, bersosialisasi, sumber inspirasi, dsb.

Sebuah foto mengandung ribuan kata. Satu foto dapat diuraikan dengan banyak kata hingga menjadi sebuah karya, seperti puisi, esai, narasi, dll.

Dalam proses transformasi dari bentuk visual menjadi verbal melibatkan imajinasi. Dalam foto terdapat penyajian benda-benda, alam, dan aktifitas manusia karena foto adalah hasil mimesis / tiruan obyek-obyek tersebut. Obyek-obyek dalam foto bisa direpresentasikan, diolah, dikomposisikan, dan diekspresikan kembali sesuai dengan pesan-pesan yang ingin disampaikan dan selera estetisnya.

Dr. Novi melanjutkan, puisi fotografi adalah sinergi antara dua dunia seni yaitu senin sastra dan seni fotografi. Puisi dan foto disandingkan menjadi sebuah karya yang estetis, interpretatif, dan ekspresif. Dalam puisi fotografi, kedua cabang seni itu melebur menjadi satu kesatuan yang di dalamnya terkandung daya penguat makna yang resiprokal.

Karya fotografi dapat berfungsi sebagai media pemicu inspirasi dan ekspresi. Juga berfungsi sebagai pembatas topik yang satu dengan yang lain.

Dalam kaitannya dengan proses kreatif pengarang, karya fotografi dipergunakan sebagai sarana untuk memicu ide, gagasan, inspirasi, kreasi, dan ekspresi. Saat telah menjadi produk jadi, karya fotografi dapat juga berfungsi menjadi ilustrasi.

Selanjutnya, Dr. Novi menjelaskan apa itu proses kreatif pengarang. Proses kreatif merupakan seluruh tahapan yang dilalui pengarang, mulari dari proses pemerolehan ide hingga perbaikan terakhir untuk menghasilkan sebuah karya.

Yang pertama prapenulisan, yaitu sudah harus ada kegiatan yang dilakukan pengarang sebelum menulis (puisi). Yang kedua tahap penulisan, yaitu tahap mengekspresikan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Yang ketiga tahap revisi, yaitu kegiatan yang dilakukan setelah penulisan.

Pada tahap pra penulisan, penulis yang sekaligus fotografer mendokumentasikan perjalanan dan aktivitas dalam bentuk foto. Kegiatan ini berlaku bagi pengarang yang belum punya koleksi foto yang memadai atau tidak ingin bekerja sama dengan fotografer atau penghobi foto.

Penting juga melakukan kategorisasi atau klasifikasi foto, tujuannya mempermudah tema, dan bermanfaat bagi yang sudah punya tema untuk menentukan subtema-subtema.

Menyeleksi foto juga penting. Seleksi dilakukan untuk mendapatkan kualitas foto yang memadai dan membatasi jumlah terlalu banyak. Lalu lakukan ‘riset kecil’ apabila diperlukan. Yang terakhir, menginterpretasikan atau menafsirkan foto, karena foto bersifat multitafsir.

Pada tahap penulisan, penulis menuangkan ide, gagasan, dan ekspresi perasaannya ke dalam bentuk tulisan atau kumpulan kata-kata. Karya fotografi dalam tahap ini dijadikan sumber inspirasi atau pemantik ide.

Dalam tahap ini, obyek-obyek, suasana, nuansa, dan aktivitas dalam foto bisa direpresentasikan, diolah, dikomposisikan, dan diekspresikan kembali oleh pengarang sesuai dengan pesanan yang ingin disampaikan dan selera estetisnya.

Ada kemungkinan terjadi berbagai kreativitas spontan dari penulis. Apabila fenomena seperti ini terjadi, biarkan seperti ‘air mengalir’ karena masih bisa disempunakan lagi pada tahap revisi.

Setelah menulis puisi, penulis akan melakukan kegiatan untuk menyempurnakan karyanya. Penulis dapat memeriksa kembali hasil tulisannya agar hasilnya lebih baik.

Pada tahap ini, penulis dapat menghilangkan hal-hal yang dirasa tidak perlu, dan menambahkan yang perlu ditambahkan. Penulis juga bisa mengubah diksi atau pilihan kata, gaya bahasa, dan bahasa kiasan yang dirasa tidak tepat. Jika penulis sudah terikat dengan penerbit tertentu, biasanya ia akan mendapatkan masukan dari editor untuk merevisi beberapa hal dalam tulisannya.

Berikutnya, Dr. Novi menjelaskan strategi dan metode produksi puisi fotografi. Penulis bisa berperan ganda sebagai fotografer sekaligus penulis, atau bisa bekerja sama dengan fotografer atau penghobi foto.

Penulis dapat memanfaatkan foto sebagai pemicu ide, gagasan, dan ekspresi. Dan bisa juga melakukan pengembangan kata-kata kunci yang berupa obyek, sifat obyek, latar (tempat & suasana), aktivitas, dan tokoh dalam foto.

Penulis bisa menggunakan obyek, latar, aktivitas, dan tokoh dalam foto sebagai sarana penciptaan kiasan. Penulis bisa fokus pada satu atau beberapa obyek dan aktivitas saja dalam foto.

Penulis bia menggunakan foto sebagai pembatas topik yang satu dengan yang lain dalam sebuah antologi puisi. Hal ini bisa menghemat biaya cetak.

Penulis bisa mempublikasikan karya puisi fotografi melalui media sosial maupun e-book.

*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel: