Kagama UK Gelar Halal bi Halal di Nottingham

Oleh: Anton Alifandi

Baru bulan Maret lalu warga Kagama-UK bertemu, tapi hasrat untuk berkumpul sudah muncul lagi. Kali ini kami merayakan Hari Raya Idul Fitri, walaupun acara berlangsung setelah bulan Syawal lewat.

Baru kali ini Kagama-UK mengadakan halal bi halal. Acaranya kami gelar 2 Juni, tanggal yang bersejarah bagi Inggris Raya, karena pada hari itu seluruh Inggris merayakan 70 tahun Ratu Elizabeth II bertahta. Sepanjang sejarah 1,000 tahun kerajaan Inggris, belum pernah seorang raja atau ratu bertahta selama 70 tahun. Peristiwa langka ini dirayakan dengan libur empat hari, 2-5 Juni.

Agar Kagama-UK tak bersifat London-sentris, pengurus dan anggota bersepakat acara kali ini diadakan di Nottingham, di Inggris Tengah. Kota Nottingham juga sedang bersuka cita karena klub sepakbolanya yang termasyhur, Nottingham Forest, baru berhasil promosi kembali ke Premier League setelah lebih dua puluh tahun lebih bertanding di kompetisi yang lebih rendah.

Jadi halal bi halal Kagama-UK kali ini istimewa, bersamaan dengan platinum jubilee Sri Ratu dan kebangkitan kembali Nottingham Forest yang pernah dua kali menjadi juara Eropa. Fanatisme anggota Kagama-UK pun tak kalah dengan pendukung sepakbola. Kami hadir dari Isle of Wight di ujung selatan Inggris, dan pelbagai kota lain hingga Newcastle di utara, kota yang terkenal sebagai basis NU, Newcastle United.

Dari perkenalan di awal acara, rentang angkatan yang hadir mulai dari tahun 1979 sampai 2016, dari berbagai fakultas. Sambutan tuan rumah di Nottingham amat hangat. Mereka menyewa sebuah gedung bernama Sheila Roper Community Centre yang ukurannya pas untuk acara kami.

Soal hidangan, acara kali ini kami adakan secara pot luck, masing-masing anggota yang bersedia, membawa makanan dan minuman untuk disantap bersama. Jumlahnya jauh lebih dari cukup, rasanya pun lezat.

Jenis masakannya beragam, tidak semua saya bisa sebut di sini. Saya lihat tempe dan tahu bacem, sayur nangka, rendang, bebek, ayam suwir, sambal goreng petai dan ketang, opor. Jajanannya pun mengingatkan pada kampung halaman, ada kue lapis sagu, lapis legit, putri salju, kaastengels. Hidangannya berlebih tapi tak mubazir, karena di akhir acara kami masing-masing membawa bungkusan makanan dan minuman yang tersisa.

Semoga foto-foto terlampir menggambarkan kemeriahan acara. Kami menyanyi dan menari. Meskipun tak semua bersuara merdu atau berbadan luwes, suasananya penuh kegembiraan.

Semoga pula kami bisa berjumpa secara berkala, seperti semboyan kami: guyub, rukun, dan migunani.